Share

Senõrita Sang Vampir Mafia
Senõrita Sang Vampir Mafia
Penulis: Zenareth-Gdnvl

1. Prolog

Penulis: Zenareth-Gdnvl
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 12:31:35

"Seperti bunga yang mekar dalam gelap malam, disirami darah, dan bercahaya berkat sinar rembulan. Aku mengakuimu untuk menjadi milikku"

Gang sempit di belakang kampus terasa lebih sunyi dari biasanya. Udara dingin menyelinap melalui kain hoodie hitamnya, tetapi Selenia tidak menggubrisnya. Ia baru saja selesai belajar kelompok dan ingin segera pulang.

Langkahnya terhenti.

Sebuah perasaan aneh menjalari tubuhnya, seperti ada sesuatu yang mengintai dalam kegelapan. Ia menoleh ke belakang, kosong. Hanya bayangan bangunan tua dan lampu jalan yang redup.

Ini perasaan yang konyol, batinnya.

Ia mempercepat langkah, tetapi angin malam tiba-tiba berdesir, membawa bisikan halus yang hampir seperti panggilan. Sebelum sempat bereaksi, tubuhnya tertarik ke dalam bayangan.

Selenia terkejut. Sebuah tangan kuat melilit lehernya, mengangkat tubuhnya dengan mudah. Ia menendang, meronta, tapi tak ada gunanya.

Tangan kekar Raven bermain dengan kasar di leher Selenia. Gadis itu terengah-engah, sesak nafas. Lehernya harus menahan bobot tubuhnya, pria sialan itu mengangkat lehernya demi menyamakan tinggi mereka.

"L-Lepaskan, sialan"

Bukannya melepaskan, Raven malah menyeringai. Menampakkan dua taring tajamnya yang berkilat tertimpa cahaya lampu jalan yang temaram. Selenia tersentak melihatnya, gadis itu bergetar ketakutan.

"Jangan lakukan a-apapun yang akan kau sesali!"

Malam yang sepi, dengan udara yang dingin. Raven mengangkat tubuh Selenia lebih tinggi, menabrakkan tubuh rapuh itu ke tembok. Keduanya bersitatap di gang sepi. Aura gelap yang pekat akan negatifitas terasa menegangkan.

"Mari kita cicipi dulu, yang katanya darah murni dari gadis suci titisan dewi"

Menurunkan tubuh Selenia, Raven meletakkan satu tangannya di bahu Selenia untuk menahan pergerakan gadis itu. Sedang tangan lainnya di samping tubuh sang gadis untuk mencegahnya kabur.

"A-Apa yang mau kau- Akhh!" Bermain-main dengan cara yang berbeda, Raven menancapkan taringnya bukan pada tempat yang seharusnya. Ia tak mengigit Selenia di leher, melainkan di area bawah tulang selangka sang hawa. Menghantarkan gigil yang menjalari punggung Selenia. Setelahnya, Raven menghisap dengan brutal. Membiarkan gadis itu mulai memucat bak kertas polos.

Gigitan itu bukan sekadar rasa sakit. Ada sesuatu yang lebih dari itu, dingin yang menjalari tubuhnya, mencengkeram organ dalamnya, membuatnya lemas seketika. Darahnya terasa seolah mengalir keluar, menyatu dengan pria itu.

Hawa panas menjalari punggungnya. Seluruh tubuhnya bergetar, kelopak matanya berkedip lemah.

"Uhh.... H-Hentikan" Darahnya memang tidak dihisap habis, namun cukup untuk membuat gadis bersurai putih itu tumbang. Bulu mata putihnya nan lentik bergerak pelan sebelum sang empunya benar-benar kehilangan kesadaran.

"Kau yang akan mati di tanganku. Kujadikan cadangan makanan saja, darahmu segar sekali sih~"

Membersihkan sisa darah di bibirnya, Raven tersenyum mengerikan sebelum akhirnya memboyong tubuh sang gadis dalam kegelapan malam.

---

"Selenia, pakai jimat yang nenek berikan. Di luar sana bahaya, takutnya ada makhluk jahat"

Memutar matanya dengan malas, Selenia Vanderbilt hanya melenguh panjang untuk menjawab ucapan sang nenek. Gadis dengan rambut panjang seputih salju itu kemudian memakai hoodie hitam kesayangannya, lalu melangkah keluar kamar dan berpamitan pada orang tuanya.

"Mama, Len pergi dulu ya"

"Iya, hati-hati sayang"

Sepatu boots yang stylish sudah terpasang di kedua kaki manisnya. Selenia segera keluar dari pintu utama kediamannya, dengan ransel di punggungnya. Menghirup udara malam yang dingin sudah biasa bagi Selenia. Ini semua karena kondisi langka yang dideritanya. Putih, adalah warnanya. Rambut putih, kulit putih, alis dan bahkan bulu mata pun putih.

Selenia menderita albino. Keluar di siang hari saat matahari bersinar terik akan menjadi masalah besar baginya. Mata biru cerahnya sangat sensitif akan cahaya, pun kulitnya mudah terbakar. Ia seperti vampir yang dibesarkan bak tuan putri oleh Vanderbilt.

Selenia tidak percaya akan kalimat pendeta yang dahulu pernah datang ke kediaman Vanderbilt saat dirinya berusia tujuh tahun. Selenia adalah anak cahaya titisan Dewi penghakiman, Librae. Anak yang akan tumbuh menjadi gadis pembawa cahaya, menghapuskan kegelapan.

Bohong.

Itu semua hanya bualan belaka bagi Selenia. Kalau benar ia titisan Dewi, harusnya ia tak dilahirkan dengan kondisi yang membuatnya menderita kan? Harusnya ia malah dianugerahi kekuatan. Tapi apa? Albino? Selenia jadi harus hidup dalam bayang.

Memainkan liontin di kalung yang disebut jimat pelindung itu, Selenia jadi berpikir. Bukankah tidak masuk akal kalau benda kecil ini dapat melindunginya dari bahaya besar? Pelindung dari makhluk jahat katanya? Haha, lelucon kuno. Bagi Selenia, kalau sudah waktunya mati ya akan tetap mati. Karena itu takdir kan? Mana ada takdirnya Selenia mati dibunuh orang jahat, tapi jadi terselamatkan berkat jimat pemberian neneknya ini?

"Haha... Aneh"

Selenia Vanderbilt yang lugu dan manis. Usia dua puluh tiga tahun. Mahasiswi fakultas kedokteran. Putri semata wayang Eugene Vanderbilt dan Elaine Vanderbilt. Berpikir dengan nalar, selalu mencari penjelasan logis. Tidak percaya cerita takhayul dan mitos. Bersih dan suci. Tak tahu dirinya diincar oleh sosok dalam gelapnya malam.

---

"Kau akan mati di tangan seorang gadis titisan dewi. Tunggu saja ajalmu, Makhluk hina penguasa kegelapan"

Seorang wanita tua yang telah bungkuk menyeka darah di sudut bibirnya. Kedua mata butanya tak dapat menyamarkan penglihatannya akan kegelapan pekat dihadapannya. Meski netranya tak berfungsi, batinnya masih dapat meraba sosok di hadapannya. Seorang pria bernetra merah darah. Rambut hitam jelaga dengan segaris perak membuatnya sangat mengerikan.

Alarm tanda bahaya seolah menyala dalam benak si wanita tua, merasakan bendera merah berkibar di alam bawah sadarnya. Ia tahu tak seharusnya menantang sang penguasa dunia hitam. Namun inilah takdir yang sudah digariskan, ia harus menyampaikan apa yang dititipkan padanya. Ia adalah pembawa berita kematian.

"Beraninya kau, makhluk rendahan"

Tawa menghina terdengar dari mulut sosok yang duduk santai di singgasana kebanggaannya. Aroma tembakau menguar kuat, bercampur dengan aroma amis darah. Mata merah yang mempesona bak permata rubi itu berkilat, memancarkan amarah. Seringainya membuat bulu kuduk berdiri.

Raven Drachov, pria yang telah hidup lebih dari satu abad. Makhluk yang terperangkap dalam keabadiannya sendiri. Hampir jengah dengan hidupnya. Kini, saat ia menemukan hiburan dalam hidup monoton, seorang wanita tua bangka dengan lancang menyatakan bahwa ajal akan segera menjemputnya? Ia tak salah dengar?

"Kau akan menyesal telah menantangku, wanita renta"

"Kau yang akan menyesal, bila tak mengindahkan himbauanku"

Bangkit dari singgasana, Raven melangkah ke hadapan wanita buta itu. Mencengkram wajah keriput itu dengan ekspresi jijik, pria bertubuh tegap tersebut membiarkan kuku-kukunya memanjang atas keinginannya, mulai menusuk kulit si wanita tua.

Erangan tipis terdengar, namun itu mengalun bak melodi indah di telinga Raven. Raven adalah pecinta musik, dan ada tiga musik yang sangat dicintainya : Erangan kesakitan, suara kematian, dan terakhir musik instrumental.

"K-Kau takkan mendapatkan apapun walau membunuhku"

Mata merah itu kembali berkilat.

"Mati"

Dengan sekali cengkraman yang bahkan tak ada setengah dari tenaga sang adam, wanita tua itu sudah meregang nyawa di tangannya. Tersenyum mengerikan, pria itu merubah tubuh dingin si wanita renta menjadi sekelompok gagak yang bergerak sesuai perintahnya.

"Hm, pembunuhku di masa depan? Menarik. Cari gadis sialan dalam ramalan payah itu. Akan ku tunjukkan padanya arti tantangan"

Raven Drachov. Usia lebih dari satu abad. Dikenal sebagai raja dunia hitam, pun penguasa dalam kegelapan. Bisnis ilegal seperti perdagangan miras, narkoba, bahkan perdagangan manusia ada di tangannya. Menguasai dunia mafia, pemilik gudang senjata rahasia, dan melatih anak-anak untuk menjadi assassin kelas atas. Kotor dan gelap. Terakhir, dia adalah vampir yang berambisi untuk hidup abadi setelah sebelumnya mengutuk keabadian itu sendiri.

---

Menatap gadis bersurai putih itu dari kejauhan, tanpa banyak bicara Raven segera menerjangnya. Dibawanya Selenia ke tempat yang benar-benar gelap, menghimpit tubuh gadis itu dalam posisi yang intim. Setelah beberapa dialog yang tidak menyenangkan dan aksi brutalnya menghisap darah Selenia, gadis itu tumbang. Jatuh ke tangannya. Namun Raven menjadi bingung sendiri. Inikah gadis yang akan membunuhnya kelak? Lemah, rapuh, namun indah. Sungguh menarik.

Raven ingin melihat, apa yang bisa dilakukan kelinci kecil ini untuk membunuhnya. Mengangkat gadis itu di bahunya bak karung beras, anehnya vampir brutal sepertinya menyentuh Selenia seakan menyentuh bunga yang rapuh. Meski gaya menggendong yang tidak lazim, ia benar-benar menyentuh Selenia dengan lembut. Dengan iseng, Raven menepuk pelan bokong semok Selenia yang tak sadarkan diri.

"Yah, lumayan. Cadangan makanan"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    2. Hitam-Putih

    "Putih. Seputih salju" Raven menatap lekat Selenia yang ia ikat di dinding dengan keadaan tangan dan kaki terentang. Tangannya sibuk memainkan rambut putih bersih gadis itu, menatapnya dengan pandangan penuh penilaian. Rapuh. Seperti itulah Selenia Dimata Raven. Seorang iblis berwujud manusia yang dapat meratakan satu batalion dalam sebuah pertarungan jika dia mau. Dan wanita lemah inilah yang digadang-gadang sebagai pembunuhnya kelak? Lucu. Raven menarik dagu gadis bersurai putih itu, menatap bibir merah cerinya yang sangat kontras dengan kulit sang hawa. Bak mawar merah yang mekar di hari bersalju. Raven ingin menghancurkannya, namun anehnya menginginkannya. Vampir itu akhirnya menekan dan mengusap kasar bibir Selenia dengan ibu jarinya. Vampir tersebut mencekik leher putih Selenia, dengan kekuatan yang sama seperti mencekik musuhnya. Raven ingin membunuh Selenia, tak peduli ramalan itu benar atau tidak. Namun seketika tangannya merasakan sensasi terbakar. Secara refleks ia me

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    3. Beauty and the Brute

    "Cantik. Mawar cantik yang ingin kuhancurkan dalam genggamanku."Raven suka mengamati Selenia. Sudah tiga hari gadis itu berada di kastil gelapnya yang mencekam, tanpa makanan. Raven ingin menguji sejauh mana gadis titisan dewi bisa bertahan. Hanya anggur yang sama yang selalu Raven berikan pada Selenia.Anggur beracun.Selenia membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, tubuhnya terasa berat, seolah dunia di sekelilingnya berputar. Namun, satu hal yang ia sadari adalah sensasi aneh yang mengalir dalam darahnya. Dingin dan membakar sekaligus. Ia lupa kapan terakhir kali dirinya mengecap rasa makanan. Dan sialnya, sudah tiga hari dirinya disekap di tempat menyesakkan ini. Entah mengapa keluarga Vanderbilt tak kunjung menyelamatkannya. Padahal ia putri kesayangan Vanderbilt.Di hadapannya, Raven Drachov berdiri dengan santai, mata merahnya mengamati setiap reaksi tubuh Selenia dengan intensitas berbahaya."Menarik," gumamnya, sudut bibirnya melengkung dalam seringai samar."Kau

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    4. Menangislah, Selenia

    "Mengapa nasibku begini? Mengapa aku bisa ada di sini? Apa salahku?" Selenia duduk bersandar di dinding batu yang dingin. Sudah berhari-hari ia disekap di tempat ini, dan tubuhnya mulai menyesuaikan diri dengan kegelapan serta hawa dingin yang merasuk hingga ke tulang. Namun, bukan berarti ia menyerah. Tidak. Dalam diam, ia mengamati, menganalisis. Jika Raven ingin mengujinya, maka ia akan melakukan hal yang sama. Ia memperhatikan setiap kebiasaan pria itu, bagaimana Raven tidak pernah benar-benar meninggalkannya tanpa pengawasan, bagaimana setiap pintu yang ia lewati dikunci dengan sistem yang lebih kompleks dari yang terlihat. Tapi ada satu kelemahan, tangguhnya Raven sering kali disertai dengan kepercayaan dirinya yang berlebihan. Ia menganggap dirinya tak terkalahkan, dan itu bisa menjadi celah bagi Selenia. Ketika Raven kembali malam itu dengan segelas anggur yang sama, Selenia sudah siap. “Kau tahu? Aku hampir bosan melihatmu di sini” ujar Raven santai, mendekatkan gelas ang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    5. Titisan Dewi?

    "Lelah."Selenia terbaring lesu di dinding batu yang dingin, tubuhnya masih tertinggal bekas-bekas perlawanan yang sia-sia melawan Raven. Setiap sendi, setiap serat ototnya seolah-olah berteriak dalam penderitaan, namun di balik kesakitan itu, ada percikan keberanian yang masih tersisa. Di ruang tahanan kastil Raven yang suram, waktu seakan berjalan lambat, menghitung detik-detik penderitaan dan penantian yang tiada henti.Raven telah membawa Selenia ke sebuah ruangan yang berbeda, lebih sempit dan kelam, di mana cahaya lilin hanya menari-nari di dinding dengan bayangan yang menyeramkan. Kali ini, Selenia tidak lagi diizinkan untuk duduk atau berbaring dengan nyaman, ia hanya dibelenggu menempel ke dinding dengan tangan dan kaki yang terikat erat, sebuah posisi yang memaksa ia menyaksikan setiap gerakan sang vampir dengan mata yang penuh perlawanan.Raven mendekati dengan langkah yang berat, namun setiap langkahnya dipenuhi dengan keangkuhan dan kekejaman. Tatapannya tajam menelusuri

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    6. Tumbal

    "Kau adalah tumbal" Selenia terhenyak. Ucapan Raven menembus benteng pertahanannya. Taring nan tajam kembali menusuk lehernya. Dalam percakapan batin sebelumnya, terungkaplah relasi yang rumit antara dewi Librae dengan Raven. Dahulu, Raven adalah salah satu prajurit bayangan yang dikhianati oleh takdir. Librae, dengan keadilan yang mutlak, pernah menghukumnya karena ambisinya yang melampaui batas. Sejak saat itu, Raven menyimpan kebencian mendalam, namun juga ada penghargaan terselubung terhadap kekuatan yang mampu mengubah nasib. Baginya, Librae adalah cermin dari apa yang pernah ia inginkan, kekuasaan dan keabadian, namun juga sebagai simbol penderitaan yang tiada tara. Sementara itu, Selenia, yang sejak kecil tumbuh dengan cerita-cerita tentang titisan dewi Librae, mulai memahami bahwa dirinya bukan sekadar manusia biasa. Meski ia selalu mengandalkan logika dan sains, setiap luka, setiap rasa sakit yang ia rasakan, seolah mengingatkan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    7. Berburu

    “Nona tidak dapat ditemukan.” Laporan datang. Seorang bawahan keluarga Vanderbilt melaporkan kepada Eugene Vanderbilt. Seluruh Keluarga Vanderbilt hancur oleh kepanikan. Eugene tidak bisa tidur semalaman, Elaine bahkan pingsan setelah mendengar bahwa putrinya, Selenia... Putri semata wayang yang rapuh, mungkin saja telah diculik. Sementara itu, Lucas, tunangan Selenia, bersama pihak kepolisian dan seluruh bawahan Vanderbilt, terus menggempur jalanan mencari jejak sang gadis. Di balik bayang-bayang itu, Raven menyimpan rahasia yang hanya dia ketahui. Raven melangkah perlahan di lorong kastil yang gelap, matanya yang merah menyala menatap ke arah ruangan tahanan. Di sana, terikat di dinding batu dengan tangan dan kaki yang terbelenggu. Selenia, menatap dunia dengan campuran keberanian dan keputusasaan. Raven mendekat, menikmati setiap gerakan kecil gadis itu, tak hanya sebagai tawanan, tetapi sebagai sumber segala kegembiraan dalam kegelapan hidupnya. "Nona, kau memang benar-bena

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    8. Menghisap

    "Tapi lihatlah, darahmu ini...."Raven menghisap darah Selenia sedikit lagi, menutup mata sejenak."Membawa keajaiban yang kualami hanya dalam mimpi burukku."Rasa darah Selenia mengalir ke dalam dirinya begitu intens, seolah mengaburkan batas antara penderitaan dan kenikmatan. Raven merasakan setiap detik penderitaan Selenia sebagai hadiah, sebuah perlawanan halus terhadap semua yang menentang takdirnya. Ia tahu, suatu hari nanti, dunia akan tahu bahwa dirinya bukan hanya bayangan yang menghantui kegelapan, tetapi kekuatan yang tak terelakkan.Karena ia dapat menggenggam titisan seorang Dewi di tangannya."Dengar aku, Selenia. Kau mungkin merasa bahwa keluargamu yang terhormat sedang mencari-cari jejakmu. Tapi di sinilah kita, terikat oleh takdir yang lebih besar daripada keinginan manusia. Librae telah memilihmu untuk menjadi penyeimbang, untuk menggabungkan cahaya dan kegelapan dalam darahmu. Dan aku? Aku adalah bagian dari kegelapan itu. Aku adalah penegak keadilan yang sesungguhn

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-08
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    9. Kendaliku

    "Oh? Apa ini? Putri kecil kita sudah mulai menangis?"Raven berjalan perlahan di antara pepohonan, langkahnya nyaris tak bersuara di atas tanah basah. Matanya menyala merah, penuh ketertarikan dan ejekan saat melihat Selenia berusaha mencari bantuan. Lalu, nama itu keluar dari bibirnya.Lucas."Hah. Lucas? Kau sungguh berpikir tunangan manismu bisa menyelamatkanmu dari cengkeramanku?"Raven lebih dari sekedar tahu seluk beluk kehidupan Selenia. Bahkan pertunangannya dengan pria bernama Lucas.Ia melangkah lebih cepat, sengaja membuat kehadirannya terasa lebih nyata. Angin malam berbisik di telinga Selenia, membawa aroma darah yang samar. Ia tahu sang gadis bisa merasakannya. Dan Raven sangat menikmati ketakutan yang merayap di setiap inchi tubuh sang gadis."Sayang sekali, Selenia,"Raven mendengus, lalu menghilang sejenak dalam bayangan, hanya untuk muncul kembali tepat di belakang Selenia. Tangannya mencengkeram lengan sang hawa, keras, hingga tak bisa bergerak."Apa yang kau harapk

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-09

Bab terbaru

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    33. Barang Rahasia

    Pagi yang sejuk, dengan cuaca berawan.Selenia duduk di taman belakang kastil seorang diri. Rambut putih panjangnya tergerai bebas, tak lagi tertata dengan rapi. Tangannya masih sibuk merajut syal."Aku tidak bisa menentukan panjang syal yang pas kalau Lucas tidak ada disini... Bagaimana caranya aku mengukurnya?" Gumam Selenia pada dirinya sendiri.Sebuah daun kering gugur, bergerak lembut dan tersangkut di rambut putih Selenia. Namun wanita itu tak menyadarinya.Selenia menghela napas, menatap rajutannya dengan ekspresi tak puas. Ia merasa sudah menghabiskan banyak waktu untuk ini, tapi tanpa Lucas, semuanya terasa setengah hati. Sambil terus menggerakkan hakpen di jemarinya, ia melirik ke langit yang mendung. Musim dingin sebentar lagi datang. Syal ini harus selesai sebelum saat itu tiba, agar Lucas bisa memakainya. Tiba-tiba, hembusan angin mengusik ketenangannya. Ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh kepala

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    32. Cuek

    "Pola ini salah"Akhir-akhir ini, Selenia sibuk dengan syal yang tengah dirajutnya. Mengabaikan keberadaan Raven, dan fakta bahwa dirinya adalah tawanan di kastil itu. Sementara Raven, sepertinya tidak terlalu memusingkan Selenia yang anteng dan jarang berinteraksi dengannya belakangan ini. Pria itu lebih sibuk dengan bisnisnya di dunia hitam, begitulah yang Selenia kira."Selamat jalan" Ucap Selenia melihat Raven hendak keluar kastil.Itulah kalimat yang selalu Selenia ucapkan pada Raven kala pria itu keluar di malam hari untuk menjalankan perannya sebagai bos organisasi Mafia besar. Dengan nada yang seolah dipermanis, padahal Selenia hanya meyakinkan Raven bahwa dirinya patuh dan takkan berusaha melarikan diri lagi.Raven hanya melirik sekilas ke arah Selenia yang duduk di dekat perapian, jemarinya sibuk dengan hakpen dan benang biru tua. Matanya yang tajam menangkap pola rajutan yang semakin terbentuk jelas, namun ia tidak berkomentar."Jangan melakukan hal bodoh saat aku pergi," u

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    31. Syal Rajut

    "Aku akan membuat masakan itu hari ini" Selenia tengah sibuk berkutat dengan bahan makanan dan alat-alat dapur. Ia pun baru membuka bungkusan belanjaannya kemarin malam. Belanja menyebalkan bersama si vampir, Raven Drachov. Tangannya sibuk memotong bahan-bahan, kemudian kembali mengambil sesuatu di dalam tas belanja. Tersenyum horor, Selenia menatap benda di tangannya dengan sedikit harapan. Bawang putih. Selenia memutar siung bawang putih di antara jemarinya, matanya menyipit penuh perhitungan. Apakah ini benar-benar bisa bekerja? Selama ini, ia hanya mengetahui dari cerita dan legenda bahwa vampir membenci bawang putih. Tapi, Raven bukan vampir biasa. Ia lebih kuat, lebih licik, dan jelas lebih sulit dikalahkan daripada makhluk-makhluk menyeramkan di dongeng. Namun, tetap saja, tidak ada salahnya mencoba. Wanita itu menyeringai kecil, mulai mengupas dan mengiris bawang putih dengan hati-hati. Potongan kecil-kecil ia sisipkan ke dalam masakannya. Jika ini berhasil, mungkin ia

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    30. Labirin

    "Pagi di sini cukup dingin.." Selenia terbangun lebih awal hari ini. Bukan, bukan karena ia ingin, tapi memang ia tak pernah sudi tidur nyenyak sementara Raven berada di sekitarnya. Ingat, Selenia tak pernah terlelap nyenyak di kastil sang vampir melainkan karena dua hal, dihisap darahnya hingga lemas, atau kelelahan kabur darinya. Selenia sudah mandi, memakai sebuah gaun santai berwarna merah muda, dan menata rambutnya dengan rapi dan ringkas. Wanita itu kini tengah menyapu daun-daun kering di taman belakang kastil, entah motivasi dari mana. "Waah, cantiknya" Selenia meraih sebuah daun maple yang tergeletak di tanah, mengangkatnya dan menatap lekat. Daun itu oranye, dengan garis-garis merah di tulang daun, dan rona kekuningan di beberapa permukaannya. Wanita bersurai putih itu termenung sejenak, ia bahkan sampai lupa kalau saat ini masih musim gugur. Ia lupa, karena segala kekacauan dan masalah yang disebabkan satu orang yang sama. Raven. Musim semi terakhir yang ia ingat adalah

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    29. Belanja

    Selenia kira mereka akan kembali ke kastil, namun secara tiba-tiba, Raven mengubah arah langkahnya. "Kau bilang, aku boleh meminta apa saja padamu kan?" Selenia memalingkan wajahnya, enggan menatap wajah pria yang tengah menggendongnya saat ini. "Mati saja, sana. Dasar menyebalkan" Selenia menatap jalan yang mereka lewati. Menyusuri hutan gelap, demi mencapai sebuah perkotaan. Raven tertawa kecil, suara rendahnya menggema di antara pepohonan. "Mati? Kau tahu aku tidak bisa melakukan itu semudah manusia biasa, Selenia." Ia mempererat gendongannya, seakan sengaja membuat Selenia semakin kesal. Wanita itu menggeliat, mencoba melepaskan diri, tapi tentu saja sia-sia. "Kau ini kenapa?!" gerutu Selenia, mendelik pada Raven sebelum kembali memalingkan wajahnya. "Aku bisa jalan sendiri! Aku bukan anak kecil!" "Ah, tapi aku suka begini," jawab Raven santai. "Kau begitu ringan, seperti boneka kecil yang bisa kubawa ke mana saja." Selenia mendengus kesal. "Aku akan mengg

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    28. Manis

    "Lepaskan..." Raven membawa Selenia ke dalam kamar dengan langkah tenang, sementara wanita itu masih meronta di gendongannya. Namun, sekuat apa pun Selenia mencoba melepaskan diri, kekuatan vampir di hadapannya jauh lebih dominan. Begitu mencapai ranjang besar dengan seprai hitam yang elegan, Raven meletakkan Selenia dengan hati-hati di atasnya. Selenia segera bergerak, hendak bangkit, namun sebelum sempat menjauh, satu tangan kuat sudah menekan bahunya, menahannya di tempat. "Jangan bergerak." Suara Raven terdengar rendah dan dalam, membawa sensasi aneh yang merambat di kulit Selenia. "Lepaskan aku, dasar iblis!" Selenia mendesis, tapi tubuhnya menegang saat Raven mencondongkan tubuhnya ke depan, wajah mereka hanya terpaut beberapa senti. "Iblis?" Raven menatapnya dengan mata merah yang berkilat penuh bahaya. "Bukankah sudah sejak lama kau tahu bahwa aku memang bukan manusia?" Jemarinya bergerak, menyusuri lengan Selenia, menyentuh kulit halusnya dengan sentuhan yang ny

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    27. Selamat Datang

    "Warnanya cantik sekali" Selenia tengah terduduk di ruang tengah kastil Raven. Tangannya sibuk memotongi tangkai mawar yang terlalu panjang dengan gunting, kemudian menatanya di vas bunga. Wanita itu memiliki banyak hal yang berkecamuk di benak, namun berusaha tetap santai. Selesai menata bunga di vas, ia terdiam sejenak. Tak menunggu waktu lama untuk langkah ringannya mengantarkan Selenia ke dapur, ia menatap ke sekeliling. Apakah di kastil ini ada bahan makanan untuk manusia? Ia kelaparan, dan berinisiatif untuk memasak makanan. "Wah, luar biasa" Ucap Selenia kala mengetahui bahan makanan sungguh melimpah di kulkas kastil tersebut. Selenia akhirnya mulai memasak, ia cukup handal melakukannya. Tak menunggu waktu lama, masakannya telah matang. Selenia tersenyum puas melihat mahakaryanya. Setelah mempersiapkan makan siangnya, Selenia baru hendak duduk di meja makan kala suara langkah kaki terdengar di telinganya. Selenia menghampiri sumber suara, hanya untuk menemukan Raven berhent

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    26. Selamat Pagi

    Seorang wanita dengan gaun tidur merah marun menghapus jejak air matanya. Selenia duduk diatas ranjang yang sama, dengan yang ia hindari tempo lalu. Ia tidur di kamar Raven, dengan terpaksa. Sabar. Wanita itu mencoba bermain cerdas, ia harus terlihat menyerah dan tunduk dihadapan Raven, sambil merencanakan pelariannya."Selamat pagi" Ucapnya pelan, kala Raven memasuki kamar.Raven menghentikan langkahnya di ambang pintu, matanya yang berwarna merah batu delima meneliti Selenia dengan penuh selidik. Wanita itu tampak berbeda. Tidak lagi memberontak, tidak lagi menatapnya dengan sorot ketakutan yang liar. Sebaliknya, ada ketenangan yang terpatri di wajahnya, begitu halus namun mencurigakan."Selamat pagi?" Raven mengulang sapaan itu dengan nada geli, menutup pintu di belakangnya dengan tenang."Ah, ini pertama kalinya kau menyapaku seperti itu tanpa ada umpatan di belakangnya. Sesuatu yang baru, bukan?"Selenia memaksakan sen

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    25. Cium Aku

    "Aku membencimu" Selenia menatap Raven penuh kebencian, netra biru lautnya bergetar. Wanita itu terus memberontak, apalagi saat mendengar samar-samar suara Lucas memanggilnya di kejauhan. Selenia ingin kembali pada Lucas, pria yang dicintainya, suaminya."LUCAS!" Teriak Selenia."Selenia!"Lucas berlari menerobos semak-semak, dedaunan kering hancur di bawah kakinya. Perkiraannya tak salah. Vampir itu benar-benar membawa Selenia kembali ke kastilnya, dan beruntungnya Lucas karena mengetahui lokasi kastil tersebut. Napasnya terengah, jantungnya berdegup liar di dalam dadanya. Suara jeritan istrinya baru saja menembus kegelapan hutan, suara yang memanggilnya, meminta pertolongan.Dan ia tidak akan membiarkan iblis itu mengambilnya lagi.Lucas berbelok tajam, dan di sana-Ia melihatnya.Selenia, dalam balutan gaun pengantin yang sudah kotor dan robek, rambut albino panjangnya berantakan tert

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status