Share

2. Hitam-Putih

last update Last Updated: 2025-03-03 16:53:05

"Putih. Seputih salju"

Raven menatap lekat Selenia yang ia ikat di dinding dengan keadaan tangan dan kaki terentang. Tangannya sibuk memainkan rambut putih bersih gadis itu, menatapnya dengan pandangan penuh penilaian.

Rapuh.

Seperti itulah Selenia Dimata Raven. Seorang iblis berwujud manusia yang dapat meratakan satu batalion dalam sebuah pertarungan jika dia mau. Dan wanita lemah inilah yang digadang-gadang sebagai pembunuhnya kelak?

Lucu.

Raven menarik dagu gadis bersurai putih itu, menatap bibir merah cerinya yang sangat kontras dengan kulit sang hawa. Bak mawar merah yang mekar di hari bersalju. Raven ingin menghancurkannya, namun anehnya menginginkannya. Vampir itu akhirnya menekan dan mengusap kasar bibir Selenia dengan ibu jarinya.

Vampir tersebut mencekik leher putih Selenia, dengan kekuatan yang sama seperti mencekik musuhnya. Raven ingin membunuh Selenia, tak peduli ramalan itu benar atau tidak. Namun seketika tangannya merasakan sensasi terbakar. Secara refleks ia menarik tangannya menjauh dari leher Selenia.

"Tak bisa.... dilukai?"

Bulu mata putih nan lentik bergerak perlahan, sebelum akhirnya netra biru terbit. Wajah seputih porselen seakan mengumpulkan kesadaran, sementara jemarinya bergerak halus. Saat menatap wajah pria di hadapannya, Selenia seketika membeku. Tatapannya seolah menghakimi, tahu betul bahwa pria itulah yang telah menerjangnya dan membawanya ke tempat yang asing ini.

"Sudah bangun, putri tidur?"

Selenia terbangun dengan rasa sakit yang menusuk di lehernya, seperti ribuan jarum yang menari di atas kulitnya. Ia meraba-raba sekelilingnya dengan tangan gemetar, mencoba memahami di mana ia berada. Namun Selenia menyadari bahwa kedua tangan dan kakinya terjerat di dinding. Pakaiannya sebelumnya pun kini telah berganti dengan gaun putih polos yang sederhana.

Ruangan itu gelap dan dingin, hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lilin yang tersebar di sudut-sudut ruangan. Bau lilin yang meleleh bercampur dengan aroma lembab dinding batu yang dingin. Tubuhnya terasa lemah dan lemas, seolah-olah darahnya telah dihisap habis oleh makhluk kelam dalam mimpinya.

"Kau benar-benar akan mati jika selalu jatuh pingsan dengan mudah," suara berat dan dingin menggema di seluruh ruangan, seperti bisikan angin malam yang menusuk tulang. Selenia menoleh dengan mata setengah terpejam dan melihat sosok tinggi dan tegap berdiri di sana, bayangannya menyatu dengan kegelapan ruangan. Mata merahnya berkilat dalam kegelapan, memancarkan aura misteri dan ancaman yang menggetarkan hati.

"Siapa kau?" tanya Selenia dengan suara serak, setiap kata yang keluar dari bibirnya terasa seperti memecahkan kristal yang rapuh. Ia mencoba melepaskan diri dari belenggu, namun tubuhnya terlalu lemah untuk memberontak. Rasa sakit di lehernya berdenyut seperti dentuman genderang perang yang tak henti-hentinya.

"Aku yang harusnya bertanya"

Selenia terdiam, menatap Raven dengan pandangan yang mengisyaratkan kewaspadaan. Pria itu berdiri di hadapannya, menatap mata biru laut Selenia dengan intens. Raven mendorong bahu Selenia ke dinding yang dingin dengan kasar.

"Dan pertanyaan yang tepat adalah, siapa kau dan kenapa kau begitu istimewa sehingga nasibmu bertabrakan dengan milikku," ucap pria itu dengan seringai mengerikan, seperti serigala yang baru saja menemukan mangsanya. Suaranya rendah dan penuh dengan kekejaman yang dingin.

Pria itu melangkah mendekat dengan langkah pelan namun pasti, seolah setiap langkahnya membawa angin kematian. Ia menatap Selenia dengan tatapan penuh kebencian dan rasa ingin tahu yang dalam. Tangan kekarnya meraih dagu Selenia dengan kasar, memaksa gadis itu untuk menatapnya langsung. Matanya yang merah bersinar seperti bara api di malam yang gelap.

"Kau pikir kau bisa melarikan membunuhku kelak? Kau salah besar, gadis lemah. Aku akan memastikan penyiksaan yang mengerikan akan kau terima, sampai ajal menjemputmu," bisik pria itu dengan suara rendah yang menggetarkan, seperti suara gemuruh petir yang jauh.

Selenia merasa ketakutan, namun ia tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan pria kejam ini.

"Aku tidak takut padamu, siapapun kau. Kau hanya makhluk yang terjebak dalam kegelapanmu sendiri," jawabnya dengan suara tegas, meskipun hatinya bergetar.

Raven tertawa kecil, tawa yang dingin dan menghina. Ia melepaskan cengkeramannya dari dagu Selenia, namun tetap menatapnya dengan intensitas yang membara.

"Kau memiliki keberanian yang luar biasa. Tapi keberanian itu tidak akan menyelamatkanmu dari takdir yang telah menantimu, Selenia."

Cara Raven menyebut nama Selenia, dalam dan tenang. Selenia merinding, pria itu seolah menikmati bagaimana rasa nama sang gadis terucapkan dari bibirnya. Bagaimana pria yang entah dari mana ini bisa mengetahui namanya?

Raven mulai berbalik, namun tiba-tiba ia berhenti dan memandang Selenia lagi.

"Kau tahu, ada sesuatu yang menarik dalam dirimu, Selenia. Sesuatu yang membuatku ingin lebih mengenalmu," katanya dengan seringai.

"Mungkin aku akan memberimu kesempatan untuk membuktikan dirimu."

Selenia mengangkat alisnya, bingung dengan perubahan sikap pria itu.

"Apa maksudmu?" tanyanya dengan hati-hati.

Raven berjalan perlahan ke arah meja di sudut ruangan, mengangkat sebuah mangkuk perak berisi cairan merah gelap. Ia berjalan kembali ke Selenia dan mengulurkan mangkuk itu ke arahnya.

"Minumlah," perintahnya.

Selenia menatap cairan itu dengan kecurigaan.

"Apa ini?"

"Anggur," jawab Raven dengan nada datar. Selenia menatap skeptis.

"Tentu saja, dengan sedikit tambahan istimewa. Minumlah, dan kau akan mendapatkan kekuatan untuk melawan rasa sakit yang kau rasakan sekarang."

"Aku tidak mau"

"Minum"

Selenia menggeleng, memberikan tatapan kematian pada Raven. Dihadiahi geraman rendah oleh pria itu. Tanpa basa-basi, sang Adam mencengkeram rahang Selenia dan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu, hingga nafas panas menerpa kulit seputih porselen.

"Minum, atau harus kupaksa dengan cara yang takkan kau sukai" Ucap Raven sembari mendekatkan mangkuk ke bibirnya sendiri.

Selenia merasa ragu, namun ia tahu bahwa ia tidak memiliki banyak pilihan. Daripada harus minum dengan perantara bibir pria asing ini, lebih baik menenggaknya sendiri. Dengan enggan, ia mendekatkan wajahnya ke mangkuk itu dan menyesap cairan merah itu. Rasanya pahit dan aneh, namun ia memaksakan dirinya untuk meminumnya sampai habis.

"Ah, sudahlah. Kalau isinya racun pun, biarlah aku mati hari ini. Aku sudah bosan hidup"

Raven mengamati dengan mata tajam saat Selenia meminum anggur itu. Ia menjauhkan diri dari sang gadis untuk melihat reaksinya.

"Bagus," katanya dengan nada puas.

"Sekarang, mari kita lihat apakah kau benar-benar memiliki keberanian yang kau bicarakan tadi."

Selenia merasakan cairan itu meresap ke dalam tubuhnya, menghangatkan tubuhnya yang dingin dan lemas. Rasa sakit di lehernya perlahan-lahan berkurang, digantikan oleh perasaan kekuatan yang mulai mengalir dalam dirinya. Ia merasa lebih kuat, lebih berani. Wah, apakah dia baru saja diberi obat?

"Hm, aku tak berterima kasih atas obatnya" Ujar Selenia pada Raven.

Raven mengamati perubahan dalam diri Selenia dengan seringai.

"Luar biasa. Ini adalah kekuatan yang sebenarnya. Kekuatan yang bisa membawamu melampaui batasanmu."

Selenia menatap Raven dengan mata berkilat.

"Aku tidak mengerti apa kekuatan yang kau maksud, tapi aku akan menggunakan kekuatan ini untuk melawanmu, bukan untuk menyerah padamu."

Raven tertawa, tawa yang penuh dengan keangkuhan.

"Kita akan lihat, gadis lemah. Kita akan lihat."

Ia melangkah mendekat, menundukkan wajahnya hingga hampir menyentuh wajah Selenia.

"Raven Drachov"

Selenia memandang pria dihadapannya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Raja dunia gelap. Ingat namaku, karena kau tidak akan pernah bisa melarikan diri dariku."

Dengan itu, Raven berbalik dan meninggalkan ruangan, meninggalkan Selenia dengan perasaan campur aduk.

"H-Hei, sialan! lepaskan aku dulu! aku tak punya masalah denganmu, aku bahkan tak mengenalmu sebelumnya!"

Raven tertawa dalam kegelapan. Tawa yang menghantarkan ketakutan ke dalam diri Selenia. Tawa yang menggentarkan atma.

"Sayangnya, kau sudah mengenalku sekarang. Bahkan menjadi garis kecil dalam hidup panjangku ini"

Selenia menatap punggung Raven penuh amarah.

"LEPASKAN!"

Akhirnya, sepanjang malam gadis itu mencoba segala cara untuk melepaskan diri dari belenggu yang menahannya di dinding.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    3. Beauty and the Brute

    "Cantik. Mawar cantik yang ingin kuhancurkan dalam genggamanku."Raven suka mengamati Selenia. Sudah tiga hari gadis itu berada di kastil gelapnya yang mencekam, tanpa makanan. Raven ingin menguji sejauh mana gadis titisan dewi bisa bertahan. Hanya anggur yang sama yang selalu Raven berikan pada Selenia.Anggur beracun.Selenia membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, tubuhnya terasa berat, seolah dunia di sekelilingnya berputar. Namun, satu hal yang ia sadari adalah sensasi aneh yang mengalir dalam darahnya. Dingin dan membakar sekaligus. Ia lupa kapan terakhir kali dirinya mengecap rasa makanan. Dan sialnya, sudah tiga hari dirinya disekap di tempat menyesakkan ini. Entah mengapa keluarga Vanderbilt tak kunjung menyelamatkannya. Padahal ia putri kesayangan Vanderbilt.Di hadapannya, Raven Drachov berdiri dengan santai, mata merahnya mengamati setiap reaksi tubuh Selenia dengan intensitas berbahaya."Menarik," gumamnya, sudut bibirnya melengkung dalam seringai samar."Kau

    Last Updated : 2025-03-04
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    4. Menangislah, Selenia

    "Mengapa nasibku begini? Mengapa aku bisa ada di sini? Apa salahku?" Selenia duduk bersandar di dinding batu yang dingin. Sudah berhari-hari ia disekap di tempat ini, dan tubuhnya mulai menyesuaikan diri dengan kegelapan serta hawa dingin yang merasuk hingga ke tulang. Namun, bukan berarti ia menyerah. Tidak. Dalam diam, ia mengamati, menganalisis. Jika Raven ingin mengujinya, maka ia akan melakukan hal yang sama. Ia memperhatikan setiap kebiasaan pria itu, bagaimana Raven tidak pernah benar-benar meninggalkannya tanpa pengawasan, bagaimana setiap pintu yang ia lewati dikunci dengan sistem yang lebih kompleks dari yang terlihat. Tapi ada satu kelemahan, tangguhnya Raven sering kali disertai dengan kepercayaan dirinya yang berlebihan. Ia menganggap dirinya tak terkalahkan, dan itu bisa menjadi celah bagi Selenia. Ketika Raven kembali malam itu dengan segelas anggur yang sama, Selenia sudah siap. “Kau tahu? Aku hampir bosan melihatmu di sini” ujar Raven santai, mendekatkan gelas ang

    Last Updated : 2025-03-04
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    5. Titisan Dewi?

    "Lelah."Selenia terbaring lesu di dinding batu yang dingin, tubuhnya masih tertinggal bekas-bekas perlawanan yang sia-sia melawan Raven. Setiap sendi, setiap serat ototnya seolah-olah berteriak dalam penderitaan, namun di balik kesakitan itu, ada percikan keberanian yang masih tersisa. Di ruang tahanan kastil Raven yang suram, waktu seakan berjalan lambat, menghitung detik-detik penderitaan dan penantian yang tiada henti.Raven telah membawa Selenia ke sebuah ruangan yang berbeda, lebih sempit dan kelam, di mana cahaya lilin hanya menari-nari di dinding dengan bayangan yang menyeramkan. Kali ini, Selenia tidak lagi diizinkan untuk duduk atau berbaring dengan nyaman, ia hanya dibelenggu menempel ke dinding dengan tangan dan kaki yang terikat erat, sebuah posisi yang memaksa ia menyaksikan setiap gerakan sang vampir dengan mata yang penuh perlawanan.Raven mendekati dengan langkah yang berat, namun setiap langkahnya dipenuhi dengan keangkuhan dan kekejaman. Tatapannya tajam menelusuri

    Last Updated : 2025-03-05
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    6. Tumbal

    "Kau adalah tumbal" Selenia terhenyak. Ucapan Raven menembus benteng pertahanannya. Taring nan tajam kembali menusuk lehernya. Dalam percakapan batin sebelumnya, terungkaplah relasi yang rumit antara dewi Librae dengan Raven. Dahulu, Raven adalah salah satu prajurit bayangan yang dikhianati oleh takdir. Librae, dengan keadilan yang mutlak, pernah menghukumnya karena ambisinya yang melampaui batas. Sejak saat itu, Raven menyimpan kebencian mendalam, namun juga ada penghargaan terselubung terhadap kekuatan yang mampu mengubah nasib. Baginya, Librae adalah cermin dari apa yang pernah ia inginkan, kekuasaan dan keabadian, namun juga sebagai simbol penderitaan yang tiada tara. Sementara itu, Selenia, yang sejak kecil tumbuh dengan cerita-cerita tentang titisan dewi Librae, mulai memahami bahwa dirinya bukan sekadar manusia biasa. Meski ia selalu mengandalkan logika dan sains, setiap luka, setiap rasa sakit yang ia rasakan, seolah mengingatkan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dirinya.

    Last Updated : 2025-03-06
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    7. Berburu

    “Nona tidak dapat ditemukan.” Laporan datang. Seorang bawahan keluarga Vanderbilt melaporkan kepada Eugene Vanderbilt. Seluruh Keluarga Vanderbilt hancur oleh kepanikan. Eugene tidak bisa tidur semalaman, Elaine bahkan pingsan setelah mendengar bahwa putrinya, Selenia... Putri semata wayang yang rapuh, mungkin saja telah diculik. Sementara itu, Lucas, tunangan Selenia, bersama pihak kepolisian dan seluruh bawahan Vanderbilt, terus menggempur jalanan mencari jejak sang gadis. Di balik bayang-bayang itu, Raven menyimpan rahasia yang hanya dia ketahui. Raven melangkah perlahan di lorong kastil yang gelap, matanya yang merah menyala menatap ke arah ruangan tahanan. Di sana, terikat di dinding batu dengan tangan dan kaki yang terbelenggu. Selenia, menatap dunia dengan campuran keberanian dan keputusasaan. Raven mendekat, menikmati setiap gerakan kecil gadis itu, tak hanya sebagai tawanan, tetapi sebagai sumber segala kegembiraan dalam kegelapan hidupnya. "Nona, kau memang benar-bena

    Last Updated : 2025-03-07
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    8. Menghisap

    "Tapi lihatlah, darahmu ini...."Raven menghisap darah Selenia sedikit lagi, menutup mata sejenak."Membawa keajaiban yang kualami hanya dalam mimpi burukku."Rasa darah Selenia mengalir ke dalam dirinya begitu intens, seolah mengaburkan batas antara penderitaan dan kenikmatan. Raven merasakan setiap detik penderitaan Selenia sebagai hadiah, sebuah perlawanan halus terhadap semua yang menentang takdirnya. Ia tahu, suatu hari nanti, dunia akan tahu bahwa dirinya bukan hanya bayangan yang menghantui kegelapan, tetapi kekuatan yang tak terelakkan.Karena ia dapat menggenggam titisan seorang Dewi di tangannya."Dengar aku, Selenia. Kau mungkin merasa bahwa keluargamu yang terhormat sedang mencari-cari jejakmu. Tapi di sinilah kita, terikat oleh takdir yang lebih besar daripada keinginan manusia. Librae telah memilihmu untuk menjadi penyeimbang, untuk menggabungkan cahaya dan kegelapan dalam darahmu. Dan aku? Aku adalah bagian dari kegelapan itu. Aku adalah penegak keadilan yang sesungguhn

    Last Updated : 2025-03-08
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    9. Kendaliku

    "Oh? Apa ini? Putri kecil kita sudah mulai menangis?"Raven berjalan perlahan di antara pepohonan, langkahnya nyaris tak bersuara di atas tanah basah. Matanya menyala merah, penuh ketertarikan dan ejekan saat melihat Selenia berusaha mencari bantuan. Lalu, nama itu keluar dari bibirnya.Lucas."Hah. Lucas? Kau sungguh berpikir tunangan manismu bisa menyelamatkanmu dari cengkeramanku?"Raven lebih dari sekedar tahu seluk beluk kehidupan Selenia. Bahkan pertunangannya dengan pria bernama Lucas.Ia melangkah lebih cepat, sengaja membuat kehadirannya terasa lebih nyata. Angin malam berbisik di telinga Selenia, membawa aroma darah yang samar. Ia tahu sang gadis bisa merasakannya. Dan Raven sangat menikmati ketakutan yang merayap di setiap inchi tubuh sang gadis."Sayang sekali, Selenia,"Raven mendengus, lalu menghilang sejenak dalam bayangan, hanya untuk muncul kembali tepat di belakang Selenia. Tangannya mencengkeram lengan sang hawa, keras, hingga tak bisa bergerak."Apa yang kau harapk

    Last Updated : 2025-03-09
  • Senõrita Sang Vampir Mafia    10. Membisu

    "SELENIA!" Selenia berusaha mengumpulkan kesadarannya. Merasakan tubuhnya terombang-ambing di bahu Raven, ia menendang tubuh pria itu hingga sedikit oleng. Namun berhasil membuat tubuh Selenia yang mungil terlepas dan terjerembab ke tanah dengan cukup keras. "Ouch" Gumam Selenia menahan nyeri di tubuhnya. Gadis itu terdiam sejenak, bak orang linglung. Setelahnya mulai berlari ke arah suara Lucas yang menggema, dengan kaki terkilir. Raven mengumpat pelan saat tendangan Selenia mengenai rusuknya. Meski tidak cukup kuat untuk benar-benar melukainya, gerakan itu cukup mengejutkan sehingga cengkeramannya melemah, memungkinkan gadis itu terlepas dari bahunya. Bruk! Tubuh mungil Selenia menghantam tanah kasar dengan cukup keras, membuat napasnya tersengal. Sensasi nyeri menjalar dari lengannya yang tergores dan pergelangan kakinya yang terkilir akibat pendaratan yang buruk. "Sshh..." Ringis Raven, merasa ngilu melihat tubuh mungil Selenia terbanting ke tanah. Sejenak, Selenia h

    Last Updated : 2025-03-10

Latest chapter

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    33. Barang Rahasia

    Pagi yang sejuk, dengan cuaca berawan.Selenia duduk di taman belakang kastil seorang diri. Rambut putih panjangnya tergerai bebas, tak lagi tertata dengan rapi. Tangannya masih sibuk merajut syal."Aku tidak bisa menentukan panjang syal yang pas kalau Lucas tidak ada disini... Bagaimana caranya aku mengukurnya?" Gumam Selenia pada dirinya sendiri.Sebuah daun kering gugur, bergerak lembut dan tersangkut di rambut putih Selenia. Namun wanita itu tak menyadarinya.Selenia menghela napas, menatap rajutannya dengan ekspresi tak puas. Ia merasa sudah menghabiskan banyak waktu untuk ini, tapi tanpa Lucas, semuanya terasa setengah hati. Sambil terus menggerakkan hakpen di jemarinya, ia melirik ke langit yang mendung. Musim dingin sebentar lagi datang. Syal ini harus selesai sebelum saat itu tiba, agar Lucas bisa memakainya. Tiba-tiba, hembusan angin mengusik ketenangannya. Ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh kepala

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    32. Cuek

    "Pola ini salah"Akhir-akhir ini, Selenia sibuk dengan syal yang tengah dirajutnya. Mengabaikan keberadaan Raven, dan fakta bahwa dirinya adalah tawanan di kastil itu. Sementara Raven, sepertinya tidak terlalu memusingkan Selenia yang anteng dan jarang berinteraksi dengannya belakangan ini. Pria itu lebih sibuk dengan bisnisnya di dunia hitam, begitulah yang Selenia kira."Selamat jalan" Ucap Selenia melihat Raven hendak keluar kastil.Itulah kalimat yang selalu Selenia ucapkan pada Raven kala pria itu keluar di malam hari untuk menjalankan perannya sebagai bos organisasi Mafia besar. Dengan nada yang seolah dipermanis, padahal Selenia hanya meyakinkan Raven bahwa dirinya patuh dan takkan berusaha melarikan diri lagi.Raven hanya melirik sekilas ke arah Selenia yang duduk di dekat perapian, jemarinya sibuk dengan hakpen dan benang biru tua. Matanya yang tajam menangkap pola rajutan yang semakin terbentuk jelas, namun ia tidak berkomentar."Jangan melakukan hal bodoh saat aku pergi," u

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    31. Syal Rajut

    "Aku akan membuat masakan itu hari ini" Selenia tengah sibuk berkutat dengan bahan makanan dan alat-alat dapur. Ia pun baru membuka bungkusan belanjaannya kemarin malam. Belanja menyebalkan bersama si vampir, Raven Drachov. Tangannya sibuk memotong bahan-bahan, kemudian kembali mengambil sesuatu di dalam tas belanja. Tersenyum horor, Selenia menatap benda di tangannya dengan sedikit harapan. Bawang putih. Selenia memutar siung bawang putih di antara jemarinya, matanya menyipit penuh perhitungan. Apakah ini benar-benar bisa bekerja? Selama ini, ia hanya mengetahui dari cerita dan legenda bahwa vampir membenci bawang putih. Tapi, Raven bukan vampir biasa. Ia lebih kuat, lebih licik, dan jelas lebih sulit dikalahkan daripada makhluk-makhluk menyeramkan di dongeng. Namun, tetap saja, tidak ada salahnya mencoba. Wanita itu menyeringai kecil, mulai mengupas dan mengiris bawang putih dengan hati-hati. Potongan kecil-kecil ia sisipkan ke dalam masakannya. Jika ini berhasil, mungkin ia

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    30. Labirin

    "Pagi di sini cukup dingin.." Selenia terbangun lebih awal hari ini. Bukan, bukan karena ia ingin, tapi memang ia tak pernah sudi tidur nyenyak sementara Raven berada di sekitarnya. Ingat, Selenia tak pernah terlelap nyenyak di kastil sang vampir melainkan karena dua hal, dihisap darahnya hingga lemas, atau kelelahan kabur darinya. Selenia sudah mandi, memakai sebuah gaun santai berwarna merah muda, dan menata rambutnya dengan rapi dan ringkas. Wanita itu kini tengah menyapu daun-daun kering di taman belakang kastil, entah motivasi dari mana. "Waah, cantiknya" Selenia meraih sebuah daun maple yang tergeletak di tanah, mengangkatnya dan menatap lekat. Daun itu oranye, dengan garis-garis merah di tulang daun, dan rona kekuningan di beberapa permukaannya. Wanita bersurai putih itu termenung sejenak, ia bahkan sampai lupa kalau saat ini masih musim gugur. Ia lupa, karena segala kekacauan dan masalah yang disebabkan satu orang yang sama. Raven. Musim semi terakhir yang ia ingat adalah

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    29. Belanja

    Selenia kira mereka akan kembali ke kastil, namun secara tiba-tiba, Raven mengubah arah langkahnya. "Kau bilang, aku boleh meminta apa saja padamu kan?" Selenia memalingkan wajahnya, enggan menatap wajah pria yang tengah menggendongnya saat ini. "Mati saja, sana. Dasar menyebalkan" Selenia menatap jalan yang mereka lewati. Menyusuri hutan gelap, demi mencapai sebuah perkotaan. Raven tertawa kecil, suara rendahnya menggema di antara pepohonan. "Mati? Kau tahu aku tidak bisa melakukan itu semudah manusia biasa, Selenia." Ia mempererat gendongannya, seakan sengaja membuat Selenia semakin kesal. Wanita itu menggeliat, mencoba melepaskan diri, tapi tentu saja sia-sia. "Kau ini kenapa?!" gerutu Selenia, mendelik pada Raven sebelum kembali memalingkan wajahnya. "Aku bisa jalan sendiri! Aku bukan anak kecil!" "Ah, tapi aku suka begini," jawab Raven santai. "Kau begitu ringan, seperti boneka kecil yang bisa kubawa ke mana saja." Selenia mendengus kesal. "Aku akan mengg

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    28. Manis

    "Lepaskan..." Raven membawa Selenia ke dalam kamar dengan langkah tenang, sementara wanita itu masih meronta di gendongannya. Namun, sekuat apa pun Selenia mencoba melepaskan diri, kekuatan vampir di hadapannya jauh lebih dominan. Begitu mencapai ranjang besar dengan seprai hitam yang elegan, Raven meletakkan Selenia dengan hati-hati di atasnya. Selenia segera bergerak, hendak bangkit, namun sebelum sempat menjauh, satu tangan kuat sudah menekan bahunya, menahannya di tempat. "Jangan bergerak." Suara Raven terdengar rendah dan dalam, membawa sensasi aneh yang merambat di kulit Selenia. "Lepaskan aku, dasar iblis!" Selenia mendesis, tapi tubuhnya menegang saat Raven mencondongkan tubuhnya ke depan, wajah mereka hanya terpaut beberapa senti. "Iblis?" Raven menatapnya dengan mata merah yang berkilat penuh bahaya. "Bukankah sudah sejak lama kau tahu bahwa aku memang bukan manusia?" Jemarinya bergerak, menyusuri lengan Selenia, menyentuh kulit halusnya dengan sentuhan yang ny

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    27. Selamat Datang

    "Warnanya cantik sekali" Selenia tengah terduduk di ruang tengah kastil Raven. Tangannya sibuk memotongi tangkai mawar yang terlalu panjang dengan gunting, kemudian menatanya di vas bunga. Wanita itu memiliki banyak hal yang berkecamuk di benak, namun berusaha tetap santai. Selesai menata bunga di vas, ia terdiam sejenak. Tak menunggu waktu lama untuk langkah ringannya mengantarkan Selenia ke dapur, ia menatap ke sekeliling. Apakah di kastil ini ada bahan makanan untuk manusia? Ia kelaparan, dan berinisiatif untuk memasak makanan. "Wah, luar biasa" Ucap Selenia kala mengetahui bahan makanan sungguh melimpah di kulkas kastil tersebut. Selenia akhirnya mulai memasak, ia cukup handal melakukannya. Tak menunggu waktu lama, masakannya telah matang. Selenia tersenyum puas melihat mahakaryanya. Setelah mempersiapkan makan siangnya, Selenia baru hendak duduk di meja makan kala suara langkah kaki terdengar di telinganya. Selenia menghampiri sumber suara, hanya untuk menemukan Raven berhent

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    26. Selamat Pagi

    Seorang wanita dengan gaun tidur merah marun menghapus jejak air matanya. Selenia duduk diatas ranjang yang sama, dengan yang ia hindari tempo lalu. Ia tidur di kamar Raven, dengan terpaksa. Sabar. Wanita itu mencoba bermain cerdas, ia harus terlihat menyerah dan tunduk dihadapan Raven, sambil merencanakan pelariannya."Selamat pagi" Ucapnya pelan, kala Raven memasuki kamar.Raven menghentikan langkahnya di ambang pintu, matanya yang berwarna merah batu delima meneliti Selenia dengan penuh selidik. Wanita itu tampak berbeda. Tidak lagi memberontak, tidak lagi menatapnya dengan sorot ketakutan yang liar. Sebaliknya, ada ketenangan yang terpatri di wajahnya, begitu halus namun mencurigakan."Selamat pagi?" Raven mengulang sapaan itu dengan nada geli, menutup pintu di belakangnya dengan tenang."Ah, ini pertama kalinya kau menyapaku seperti itu tanpa ada umpatan di belakangnya. Sesuatu yang baru, bukan?"Selenia memaksakan sen

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    25. Cium Aku

    "Aku membencimu" Selenia menatap Raven penuh kebencian, netra biru lautnya bergetar. Wanita itu terus memberontak, apalagi saat mendengar samar-samar suara Lucas memanggilnya di kejauhan. Selenia ingin kembali pada Lucas, pria yang dicintainya, suaminya."LUCAS!" Teriak Selenia."Selenia!"Lucas berlari menerobos semak-semak, dedaunan kering hancur di bawah kakinya. Perkiraannya tak salah. Vampir itu benar-benar membawa Selenia kembali ke kastilnya, dan beruntungnya Lucas karena mengetahui lokasi kastil tersebut. Napasnya terengah, jantungnya berdegup liar di dalam dadanya. Suara jeritan istrinya baru saja menembus kegelapan hutan, suara yang memanggilnya, meminta pertolongan.Dan ia tidak akan membiarkan iblis itu mengambilnya lagi.Lucas berbelok tajam, dan di sana-Ia melihatnya.Selenia, dalam balutan gaun pengantin yang sudah kotor dan robek, rambut albino panjangnya berantakan tert

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status