Seperti yang Ziea katakan pada Mommynya, hari ini Ziea memberanikan diri untuk menemui Reigha di Mansion keluarga Azam. Agar tidak terlalu menonjol, Ziea beralasan menemani Kakaknya– seperti semalam.
Padahal sekarang, murni Ziea yang ingin ikut-- tanpa dipaksa atau ditipu oleh Kakaknya lagi. Setelah melihat-lihat kondisi, Ziea memberanikan diri untuk menghampiri Reigha dan berbisik pada pria itu."Aku ingin bicara dengan Kak Rei," bisik Ziea sembari berjinjit– berusaha menggapai telinga Reigha.Pria ini sangat tinggi, dan tingginya tidak normal bagi Ziea. Bagi Ziea dia sudah tinggi– 163 cm itu sudah termasuk tinggi yang ideal untuk wanita di tanah air. Laki-laki di negri ini pada umumnya, rata-rata punya tinggi kurang lebih 175 cm. Tetapi tidak dengan Reigha dan para sepupu pria ini. Reigha punya tinggi 193 cm, lebih tinggi satu centi meter dari Kakaknya, Rafael.Jadi, Ziea begitu pendek jika di sebelah Reigha.Sedangkan tinggi Kakaknya, Haiden, hanya 185 cm. Itu saja sudah membuat Ziea bagai tenggelam di danau. Apalagi Reigha bukan?! Ziea seperti tenggelam di samudera!"Silahkan," ucap Reigha dengan santai, mengambil susu kotak di lemari pendingin kemudian segera menutup pintu kulkas."Tidak di sini," ucap Ziea, mendongak ke arah Reigha dengan raut muram bercampur gugup. Jantungnya sebenarnya melaju dengan cepat, hampir meledak dalam sana. Jujur saja, ada sedikit perasaan takut pada pria ini yang menyelimuti diri Ziea. Aura Reigha sangat mengerikan dan tatapannya membius serta menghipnotis."Humm." Reigha berjalan lebih dulu, diikuti oleh Ziea.Reigha membawanya ke rooftop, mengunci pintu dan hanya mereka berdua yang ada di sana. Ziea semakin gugup dan deg deg kan. Tetapi, Reigha tak mungkin melakukan hal-hal aneh padanya karena ini masih di kediaman Azam."Duduk," titah Reigha yang sudah lebih dulu duduk di sebuah kursi santai.Ziea menganggukkan kepala dan memilih duduk di kursi sebelah Reigha."Kau ingin mengatakan jika kau sudah memutuskan hubunganmu dengan pacarmu?" dingin Reigha, tanpa menoleh ke arah Ziea.Ziea menggelengkan kepala. "Aku datang ke sini untuk meminta Kak Reigha membatalkan pernikahan kita. Maaf sebelumnya, Kak, tapi aku baru tahu jika Daddy meminta Paman supaya aku yang menjadi pendamping Kak Reigha. Itu kesalahanku karena dulu aku terus mendesak Daddy untuk berusaha menjodohkan kita. Maaf, dulu aku memang kekanak-kanakan. Ulahku mungkin membuat Paman tak enak hati pada Daddy, jadi mungkin Paman menekan Kak Reigha agar bersedia menikahiku. Tapi sekarang tak akan ada yang membebani Kak Reigha lagi, karena sekarang aku tidak berharap menjadi istri Kak Reigha lagi dan … dan aku juga tidak akan mengusik Kakak lagi. Kakak bisa membatalkan pernikahan kita.""Kau pikir mudah membatalkan pernikahan ini? Undangan sudah disebar," geram Reigha tiba-tiba, menatap tajam dan marah ke arah Ziea."Tapi--" Ziea mendadak kaku.'Aku bahkan tidak tahu kapan tanggal pernikahannya. Kenapa undangan sudah disebar saja? Tadi malam, Daddy baru memberikan contoh undangan. Apa-apaan?'"Sekarang kau lebih kekanak-kanakan! Setelah membuat Paman Kenzie memohon demi dirimu, kau tetap keukeh membatalkan pernikahan ini?!"Ziea meneguk saliva dengan kasar. "Karena itu aku datang untuk meminta maaf dan mengakui kesalahanku.""Kau punya otak?!" sarkas Reigha, seketika membungkam mulut Ziea, "dada busa palsumu sama sekali tidak bisa membuatmu untuk bersikap dewasa. Lebih baik copot saja!""Kak Rei!" jerit Ziea, marah bercampur malu. Ucapan Reigha bukan hanya sarkas, tetapi membully serta body shaming juga. Jujur saja, Ziea sakit hati karena ucapan sarkas tak senonoh Reigha, tetapi dia lebih dominan malu.Faktanya … di--dia memakai bra busa. Ucapan Reigha mengenai dadanya yang kecil, membuat Ziea tidak pede. Karena itu dia memakai bra busa untuk membantu memperbesar ukuran dadanya. "Bisa tidak, nggak usah mempermasalahkan dadaku?! Dari dulu, selalu itu saja yang Kak Rei singgung. Apa masalahnya kalau dadaku kecil?!" marah Ziea. Sebenarnya dia ingin sekali menangis, tetapi dia malu.Ya kali dia menangis hanya karena ukuran dadanya yang kecil?! Astaga! Memalukan sekali."Cih." Reigha berdecis pelan, menatap ke arah dada Ziea dan membuat perempuan itu sontak menyilangkan tangan di depan dada."Baiklah, tetapi jika kau tetap ingin membatalkan pernikahan ini, itu bukan masalah besar bagiku, Zie."Ziea menatap ragu-ragu ke arah Reigha, masih menampilkan air muka malu dan pipi memerah– sisa-sisa efek perkataan Reigha sebelumnya. Nada pria ini kembali santai, tetapi entah kenapa itu malah menambah kesan horor dan bahaya. Ziea semakin takut! Pria ini terlalu misterius, dan Ziea tak bisa menebaknya."Aku sudah merasakan tubuhmu," ucap Reigha santai, "dan jika kau masih ingin membatalkan pernikahan ini-- it's ok! Tapi saat kau sudah hamil nanti, jangan harap aku akan bertanggung jawab. Dan satu lagi, jangan menyeret namaku!"Deg deg degBak diremas, jantung Ziea seperti akan pecah dan meledak, terasa ngilu serta sakit. Tubun Ziea menengang dan membeku, dia tertampar mendengar perkataan Reigha.Pria ini benar-benar memanfaatkan tragedi malam itu. Ziea tak bisa berkutik!"Tapi jika kau setuju menikah denganku, maka mulai detik ini kau harus memanggilku dengan sebutan Mas," ucap Reigha selanjutnya.Ziea meremas tangannya sendiri– dia cemas dan gelisah. Reigha mengancamnya dan sekarang bersikap semaunya pada Ziea. Tapi --Sebenarnya apa tujuan Reigha begitu keukeh untuk menikahinya? Reigha sangat anti serta risih padanya. Ziea sudah meminta maaf jua pada pria ini mengenai masalah Daddynya yang memohon agar Reigha menikahinya. Reigha sudah bebas!Apa Reigha suka padanya? Tidak mungkin! Jika dia menyukai Ziea, dia akan melamar baik-baik, atau minimal mengutarakan perasaan. Bukan memperkosa Ziea dan menjadikan alat untuk menundukkan Ziea. Reigha kesannya … bastard!Apa Reigha punya dendam padanya?! Nah, itu lebih masuk logika bagi Ziea."Ma--Mas Reigha," cicit Ziea. Terpaksa! Karena dia takut hamil dan jika dipikir-pikir dia sangat egois jika menolak pernikahan ini. Daddy-nya sudah berkorban banyak untuk ini!Sebenarnya … Reigha berhasil mengancamnya dengan memanfaatkan tragedi itu."Tidak buruk," gumam Reigha pelan, menyender santai ke kursi sembari menatap lurus ke arah depan."Tapi kita sepupu, Ka--Mas Rei. Kita tidak bisa menikah.""Agama tidak menyalahi," singkat Reigha, "secepatnya putuskan kekasihmu."Ziea hanya menganggukkan kepala. 'Mungkin Kak Reigha tidak tega melihat Daddy terus memohon padanya agar dia bersedia menikah denganku. Kak Reigha dan Daddy kan dekat. Jadi mungkin itu alasan kenapa Kak Reigha mengotot menikahiku. Atau … balas dendam?'Setelah menemui Reigha, Ziea memutuskan untuk menemui pacarnya, Dion, ke rumah sakit. Harusnya Dion yang datang ke cafe milik Ziea, tetapi Ziea melarang karena entah kenapa Reigha, Kakaknya dan para sepupu mereka yang lain main ke sana. Cik, padahal Ziea belum 100 persen menyetujui pernikahannya dengan Reigha, tetapi mereka semua sudah menganggap jika Ziea menerima, dan fun fact-nya, mereka akan menikah tiga hari dari sekarang. Gila! Namun itu kenyataannya. Keadaan memang mendesak, Reigha tidak bisa berlama-lama di tanah air. Perusahaan membutuhkannya, jadi semua serba didesak. "Dion?" ucap Ziea, menatap kaget ke arah Dion yang sudah di cafenya– bersama seorang perempuan muda berperut buncit. 'Astaga, kenapa Dion kemari sih? Kan aku sudah mengatakan padanya jika aku yang akan menemuinya ke rumah sakit. Cik, Kakak di sini dan Kak Rei juga. Habislah aku!' batin Ziea. "Ziea," panggil pria itu dengan suara lembut dan pelan. Dia berjalan ke arah Ziea sembari menggandeng tangan perempu
"Daddy meminta maaf, tetapi …- besok kau harus menikah dengan Rei, Nak." Ziea yang akan masuk dalam kamarnya, sontak menoleh kaget ke arah Daddynya. "Hah? Kenapa dimajukan dan men--mendadak begini?" "Perusahaan mereka terancam, Reigha harus secepatnya kembali ke Paris, Nak," jelas Kenzie, menatap iba namun memohon jua agar putrinya ini tidak membantah seperti kemarin. Dia berharap Ziea mengerti kondisi! Namun, semisal Ziea tidak menerima situasi sekarang, Kenzie tak akan menyalahkan Ziea. Mungkin putrinya dan Reigha tidak berjodoh. "Ya … Yaudah." Ziea menganggukkan kepala. "Ziea ikut saja jika itu yang terbaik."Kenzie seketika itu juga memeluk putrinya. "Terimakasih, Nak, dan maafkan Daddy …." Ziea menganggukkan kepala. Memangnya dia bisa apa? Menolak? Tidak, Reigha sudah mengancamnya!***Sekarang Ziea dan Reigha telah resmi menjadi suami istri, ijab kabul sudah selesai– pesta pernikahan mereka telah selesai berlangsung dan hanya dihadiri oleh keluarga Azam serta keluarga Mahe
Reigha benar-benar membawa Ziea ke Paris, dan mereka sudah berada di mansion keluarga Azam yang ada di negara ini– di mana mansion tersebut akan menjadi tempat tinggal Reigha serta Ziea. Ziea tak perlu khawatir tak bisa menyesuaikan diri di sini, karena para maid di mansion suaminya ini hampir seluruhnya bisa menggunakan bahasa tanah air. Tentu saja! Banyak dari mereka juga yang berasal dari tanah air. Keadaan mansion juga dibuat mirip dengan suasana di mansion kediaman Azam yang ada di tanah air. Mama mertuanya– Satiya– sempat bercerita pada Ziea jika mansion ini sengaja direnovasi dan dibuat se mirip mungkin dengan mansion di tanah air karena permintaan Reigha sendiri.Menjadi Reigha memang sulit, bukan anak pertama tetapi punya tanggung jawab besar untuk keluarga Azam– mengurus perusahaan raksasa keluarga Azam yang ada di negara ini. Dia terpaksa tinggal di negara ini, harus berjauhan dengan keluarganya dan menjadi sosok yang lebih dingin. Mungkin itu alasan kenapa Reigha ingin n
Bug'Reigha mendorong tubuh Ziea ke atas ranjang, membuat Ziea terjatuh; berakhir berbaring terlentang, menatap nanar dan takut ke arah Reigha yang terlihat sangat marah. "Kau memikirkan pria lain di saat kau sudah menjadi milikku!" geram Reigha dengan menatap tajam serta marah ke arah Ziea, dia melonggarkan dasi yang dikenakan. Kemudian dia melepas dasi tersebut lalu melemparnya sembarangan. Ziea telah menjadi miliknya, tetapi perempuan ini masih berbalas pesan dengan mantannya dan bahkan … hanya masalah undangan, Ziea harus menangisinya. Ziea benar-benar mencintai pria itu, heh, sampai dia harus mengisi pria bastard itu?! 'Aku saja tak pernah kau tangisi!' Reigha membuka kancing kemeja, naik ke atas ranjang dan perlahan mendekati Ziea yang terlihat sangat gugup dan ketakutan. "Ka--Kak Reigha mau apa?!" cicit Ziea, meringsut di ranjang dengan menyilangkan tangan di depan dada. Tubuhnya sudah bergetar hebat dan jantungnya berpacu dengan cepat. Dia sangat takut saat ini. Ziea bena
"Hah, da--darah?!" panik Ziea, reflek memekik kaget. Dia tak mungkin datang bulan kan? Ah, tidak mungkin. Ini bukan bukannya. Ta-tapi itu darah apa? "Kenapa?" gumam Reigha pelan dan rendah, setelah sampai di kamar mandi. Dia melepas selimut yang menutupi tubuh Ziea, lalu mendudukkan Ziea dengan hati-hati ke dalam bath up. "Kenapa ada darah di--di …-" Ziea tak melanjutkan perkataannya. Sungguh, dia malu untuk mengatakannya. Terlebih, Reigha ikut masuk dalam bath up– di mana pria itu memilih duduk tepat di depan Ziea. 'Aku dan jantungku belum terbiasa dekat-dekat dengan Kak Rei. Aku gemetaran!'"Itu wajar," jawab Reigha, tiba-tiba dan secara mencurigakan menyunggingkan devil smirk ke arah Ziea. "Namanya juga pertama kali," lanjutnya dengan enteng. Ziea mengerutkan kening. Apa maksud pria ini? Pertama kali? Hei, Reigha dan dia pernah melakukan ini sebelum mereka menikah. Ini yang kedua dan bukan yang pertama. "Jangan bilang Kak--Mas Rei lupa dengan kejadian di hotel?" singgung Ziea
Seorang gadis tengah mondar mandir di dalam kamarnya sendiri, wajahnya gelisah dan matanya berkaca-kaca. "Tidak mungkin Kak Ega sudah menikah. Kak Ega ti--tidak mengatakan apa-apa padaku," monolog Cassandra, matanya panas dan dadanya perih. Dia menunggu, berharap jika kisahnya dengan Reigha akan sama dengan kisah Kakak Reigha. Yah, kisah Rafael dengan Serena, di mana Rafael menikahi gadis yang merupakan putri dari kepercayaan Daddynya sendiri. Cassandra memimpikan jika kisahnya dan Reihan juga akan seperti itu. Reigha yang notabe-nya merupakan seorang pewaris utama perusahaan ElitQuality'Electronikc, bisa berdampingan dengannya yang hanya sebatas putri seorang kepercayaan dari keluarga De Felix. "Aku mungkin salah paham. Mas bukan panggilan untuk suami saja. Untuk saudara laki-laki yang lebih tua juga bisa," celutuk Cassandra, panik sendiri– merasa terancam dengan keberadaan Ziea di rumah ini, "Kak Ega memberikan banana milk pada Ziea, minuman favorit Kak Ega sendiri. Aku-- aku t
Reigha yang tertoleh dengan cepat menatap tajam ke arah Ziea, rahangnya mengatup kuat dengan raut wajah mengerikan serta aura pekat yang menundukkan. Matanya menyorot dingin serta penuh ancaman, memancarkan kemarahan yang kentara di sana. TesNamun, saat melihat sebuah bulir kristal jatuh dari pelupuk mata Ziea, kemarahan itu seketika lenyap dan berganti perasaan bersalah. Entah, dia bingung kenapa Ziea menangis tetapi dia merasa bersalah melihat air mata itu. "Sebenci itu Kak Rei padaku yah sampai harus menyewa gigolo untuk melecehkanku?!" serak Ziea rendah dan bergetar, mendongak untuk menatap Reigha dengan manik berkaca-kaca yang penuh kesedihan."Apa yang kau katakan, Zie?" ucap Reigha pelan dan rendah, dia langsung membawa Ziea dalam pelukannya– mendekapnya dengan hangat dan erat, berusaha memberikan rasa aman pada istrinya tersebut. Shit! Dia bisa melihat ketakutan yang sangat besar memancar di mata Ziea. Dan … menyewa gigolo untuk melecehkan …- fucking jerk! Tidak mungkin Re
"Punya pemikiran darimana sehingga kau bisa meyakini jika aku berniat buruk padamu?" tanya Reigha dingin, mengabaikan perkataan Ziea sebelumnya dan tiba-tiba mendongak– menatap intens pada sang istri. Jantung Ziea berdebar dengan sangat kencang. Oh, Tuhan! Bisakah Reigha tidak menatapnya seperti ini? Jujur saja jantung Ziea sudah tidak sanggup. Rasanya … sulit dijelaskan. Intinya dia gugup. 'Dia masih bisa bertanya begitu? Setelah semua yang dia lakukan padaku?' batin Ziea, masih gugup karena tatapan Reigha yang terlalu dalam dan menghipnotis. Tetapi di sisi lain, dia sangat kesal! Pertanyaan Reigha sangat menjengkelkan. "Kak-- Mas Rei masih nanya? Jelas-jelas perbuatan Mas Rei lah.""Perbuatan apa? Coba katakan," ucap Reigha dingin, merapikan kotak obat lalu meletakkannya di atas meja. Kemudian dia beralih duduk di sebelah Ziea. 'Serius, dia masih nanya?' batin Ziea yang semakin kesal dengan suaminya ini. "Mas lupa yah jika Mas pernah mengancamku, dan hanya orang berniat jahat ya