Ucapan Reigha terus mengiyang di kepala Ziea– di mana pria itu mengungkit one night stand antara keduanya. Reigha mengakuinya tetapi juga menjadikan itu sebagai ancaman untuk menikahi Ziea.
"Tapi kenapa Kak Reigha mendadak ingin menikah denganku? Pasti ada sesuatu. Tak mungkin kan karena dia menyukaiku. Hai, melihatku saja dia risih dan … harus ada Kak Haiden atau sepupunya yang lain, baru dia mau berbicara denganku," gumam Ziea pelan, bermonolog sendiri dalam kamarnya.Memalukan! Ziea benar-benar pingsan, Coi! Yah, karena terlalu dekat dan terlalu intim dengan Reigha, dia menahan napas lalu kepalanya tiba-tiba ringan. Mendadak semua gelap, dan dia berakhir pingsan. Lalu ketika dia bangun, dia sudah di dalam kamar dan langsung dimarahi oleh Haiden karena Ziea dianggap merepotkan Reigha. Untung Daddy dan Mommynya sudah pulang, jadi Ziea bisa berlindung dari amukan Kakaknya.Ceklek'Tiba-tiba pintu kamar Ziea dibuka, memperlihatkan Kakaknya dengan air muka malas dan ditekuk. Mungkin Haiden masih marah dengan Ziea."Daddy memanggilmu," ketus Haiden, menatap datar ke arah adik perempuannya kemudian segera beranjak dari sana. "Cepat!""Cik, iya." Ziea menghela napas, mematikan laptop lalu buru-buru bergegas. Padahal dia sedang sibuk menatap konsep baru dan menu baru untuk cafenya. Yah, meskipun kenyataannya Ziea asyik memikirkan Reigha.Dengan langkah cepat, Ziea menemui Daddynya. Dia masuk dalam ruang kerja sang Daddy– di mana Mommynya juga ada di sana.Kenzie Mahendra dan Mozza Marisa, nama orang tuanya. Daddynya punya kembaran bernama Keena Mahendra, tetapi Daddynya dan Auntynya sama sekali tak punya kemiripan.Keena– aunty-nya tersebut menikah dengan Paman Reigha (Kakak dari Daddy Reigha yang bernama Alfa) karena itulah Reigha dan Ziea masih disebut sepupu.Sedangkan Daddynya dan Daddy Reigha begitu dekat, bisa dikatakan bersahabat sejak mereka muda. Itu semakin memperkuat tali persaudaraan antara keluarga Mahendra dan keluarga legendaris Azam."Ada apa Daddy memanggil Ziea?" ucap Ziea setelah di ruangan Daddynya, setelah duduk di hadapan sang Daddy yang terlihat menampilkan wajah serius– memegang dua buah benda yang mirip dengan undangan pernikahan.'Untuk undangan ulang tahun perusahaan kali.' batin Ziea, positif thinking saat melihat undangan di tangan Daddynya."Kau sudah bertemu dengan Rei?""Sudah, Dad," jawab Ziea, menggaruk pipi lalu langsung menoleh ke arah Mommynya– bertanya-tanya karena heran kenapa Daddynya menyinggung Reigha.Namun, Mommynya malah mengedikkan pundak."Bagiamana? Minggu depan atau bulan depan saja?""Hah? Minggu depan apanya, Daddy?" ucap Ziea dengan semakin bingung. Apa Minggu depan orangtuanya masih ada perjalanan bisnis? Dan dia akan ditinggal lagi bersama Kakaknya yang tempramental itu?Kenzie mendongak ke arah putrinya, mendorong contoh undangan di tangannya pada Ziea. "Pernikahanmu dengan Rei.""Loh!" kaget Ziea, air mukanya muram dan wajahnya berubah pucat serta menegang kaku. Menikah dengan Reigha? Hell! Yang benar saja?!"Kenapa kaget? Rei tidak memberi tahumu jika kalian akan menikah?""Tidak, Daddy. Dan aku tidak bersedia." Ziea menggelengkan kepala dengan kuat, "aku dan Kak Reigha sepupu, kami terpaut usia yang jauh– tujuh tahun, Daddy. Dan lagipula aku sudah punya kekasih, dia berencana melamarku."Wajah Kenzie berubah dingin, menatap putrinya dengan penuh peringatan. "Semua sudah siap, Ziea tidak bisa menolak pernikahan ini.""Iya, Sayang. Rei pulang ke tanah air juga khusus untuk menikahi kamu. Jadi kalian memang harus menikah, dan kamu tidak punya pilihan untuk menolak lagi," tambah Mommynya, membuat Ziea miris dan muram secara bersamaan."Tetapi, kenapa mendadak, Mom. Dan kalian lupa, Kak Reigha dan aku sepupuan, kita masih family yang dekat, jadi tidak mungkin kami menikah. Aku-- aku sudah punya kekasih, dia akan melamarku Minggu depan. Dan aku yakin, Kak Reigha juga sudah punya kekasih di Paris. Jadi aku punya alasan untuk menolak pernikahan ini," bantah Ziea, menolak untuk menikah dengan Reigha.Dia punya kekasih yang mencintainya, dan itu cukup menjadi alasan Ziea menolak untuk menikah dengan Reigha.Pepatah mengatakan jika lebih baik menerima orang yang mencintai kita dibandingkan menerima orang yang kita cintai. Belajar mencintai seseorang mungkin bukan hal yang mudah, tetapi berusaha membuat orang yang kita cintai balik mencintai kita itu suatu hal yang bisa sangat menyakitkan.Ziea tak mau! Apalagi Reigha adalah mimpi buruk baginya. Teror dan ancaman pria itu selama ini, membuat Ziea takut untuk berumah tangga dengan pria es itu. Lagipula, Reigha sudah punya kekasih, bukan?!"Apa yang kau katakan, Nak?!" Kenzie menghela napas secara pelan, memijit kening lalu mengusap wajah dengan kasar. "Daddy memohon-mohon pada Gabriel agar memberikan putranya untuk menikahi putriku, agar dia membujuk Rei supaya bersedia menikahimu. Daddy membanting harga diri demi-mu!"Wajah Ziea murung, menatap tak enak bercampur tertohok mendengar ucapan Daddynya. "Kenapa Daddy melakukan itu?""KERENAMU!" bentak Kenzie tanpa sadar, marah karena kecewa pada sikap putrinya. Dia sudah sejauh ini, melakukan permintaan putri semata wayangnya."Daddy melakukannya karena kau sendiri yang memintanya. Setiap ulang tahunmu, kau enggan menerima kado dari Daddy. Kau memilih terus-terusan mendesak Daddy untuk menjodohkanmu dengan Rei. Jika Daddy tidak meng-iyakan, kau mogok makan dan tidak mau berbicara dengan Daddy! Dan sekarang Daddy telah menuruti kemauanmu.""Tetapi itu hanya ketika ulang tahun tujuh belas, delapan belas sampai ke ulang tahun dua puluh tahun, Dad. Selanjutnya aku tidak pernah lagi meminta Daddy untuk berusaha menjodohkanku dengan Kak Rei. Dan lagipula aku memintanya saat aku masih bocah, Dad! Saat aku masih labil dan ambisius pada satu objek tanpa memikirkan akibatnya. Sekarang aku sudah dewasa dan aku tidak ingin dijodohkan lagi dengan Kak Reigha. Aku punya pilihan sendiri!" bantah Ziea lagi, dia enggan dijodohkan dengan Reigha.Dan sekarang dia tahu kenapa Reigha mendadak ingin menikah dengannya. Karena permintaan dan permohonan Daddynya sendiri.Kenzie memotong cepat. "Daddy sangat mencintaimu sampai rela memohon-mohon tanpa muka pada Paman Gabriel, hanya agar putriku diterima di keluarga mereka. Lalu ini balasanmu?!""Bu--bukan begitu--" Ucapan Ziea dipotong oleh Kenzie."Banyak sepupu keluarga Azam yang menawarkan putri mereka untuk dinikahkan dengan Rei, dan Daddy bersaing dengan mereka semua. Di mana Daddy selalu yakin jika putriku lebih baik dari putri mereka semua. Putriku berkualitas dan pantas bersanding dengan Rei. Dan dari banyaknya lamaran yang datang untuk Rei, Paman Gabriel memilihmu untuk menjadi pendamping putranya.Kau tahu siapa Reigha dan seberapa penting dia bagi keluarga inti Azam, Nak? Dia pewaris utama Azam, yang melanjutkan mengelola bisnis keluarga mereka di Paris– pemimpin perusahaan ElitQuality'Electronikc. Tentu Paman Gabriel tak akan sembarangan mengizinkan wanita diluaran sana untuk menjadi pendamping Rei. Dia selektif! Dan Paman mempercayaimu untuk mendampingi putranya, dia memilihmu. Entah karena permohonan Daddy atau tidak, tetapi kaulah yang dia pilih. Tolong, jangan menghancurkan ekspetasinya padamu dan jangan membuat Daddy semakin tidak punya muka dihadapannya."Ziea terdiam dan membatu. Matanya memerah dan terasa panas karena mendengar penuturan panjang sang Daddy. Hatinya tertampar dan tertohok, merasa dia telah menjadi Boomerang untuk Daddynya.Daddynya memohon supaya Ziea menjadi istri Reigha. Di satu sisi juga, Pamannya--Gabriel, mempercayainya untuk menjadi istri Rei.Sekarang bagaimana? Setelah mendengar Reigha penerus utama keluarga Azam, Ziea semakin merasa rendah dan tidak pantas. Tetapi, Daddynya terlanjur melakukan banyak hal agar Ziea bisa bersanding dengan Reigha. Bahkan Daddynya sampai memohon.'Aku anak paling durhaka dan egois, karena keinginanku dahulu, aku sampai membuat Daddyku memohon-mohon pada keluarga itu. Aku anak tidak tahu diri,' batin Ziea, tak bisa berkata apa-apa dan hanya menangis dengan kepala tertunduk. "Begini saja, Mas. Biar aku yang menasehati putri kita. Siapa tahu dia lebih mendengarku sebagai temannya," bujuk Mozza pada suaminya supaya tak terlalu menekan putri mereka lagi. Kasihan Ziea! Dia sudah menangis sesenggukan dan terus menundukkan kepala, tak berani menatap Dda"Cik." Kenzie berdecak setengah marah, berdiri dari tempat ia duduk kemudian segera beranjak dari ruangannya."Daddy telah melakukan semuanya agar kamu bisa menikah dengan pria impian kamu, Nak." Mozza mendekati putrinya, memeluknya dan membelai surai lembut Ziea. "Daddy sangat-sangat mencintaimu! Daddy rela memohon pada Aunty Keena, Paman Alfa, Paman Gabriel, Aunty Satiya, Aunty Luna dan Paman King, hanya agar kamu bisa menikah dengan pria idaman kamu. Dan apa yang kamu lakukan sekarang, tentu saja melukai hati Daddy.""Maafkan aku, Mommy," cicit Ziea lirih. "A--aku salah."'Kalian hanya tahu jika aku sangat menyukai Kak Rei. Tetapi … kalian tak tahu jika sekarang aku ketakutan. Aku bahkan takut untuk menatap matanya. Dan aku harus menikah dengan pria yang kutakuti? Ini mimpi buruk.'"Daddy pikir kamu senang saat tahu kamu akan menikah dengan Kak Rei. Ternyata responmu malah begini, ditambah kamu mengaku punya kekasih, itu semakin melukai Daddy, Sayang."Ziea menggelengkan kepala. "Aku tidak bermaksud, Mommy. Aku menyesal membantah Daddy. Maaf ….""Be--besok aku akan menemui Kak Rei dan berbicara padanya, aku akan menyelesaikan masalah ini, Mommy," ucap Ziea sesenggukan dan terus menangis."Iya, Sayang." Mozza hanya menganggukkan kepala, terus membelai pucuk kepala putrinya agar putrinya tersebut menenang dan berhenti menangis. "Jangan lupa meminta maaf pada Daddy.""Baik, Mom."Seperti yang Ziea katakan pada Mommynya, hari ini Ziea memberanikan diri untuk menemui Reigha di Mansion keluarga Azam. Agar tidak terlalu menonjol, Ziea beralasan menemani Kakaknya– seperti semalam. Padahal sekarang, murni Ziea yang ingin ikut-- tanpa dipaksa atau ditipu oleh Kakaknya lagi. Setelah melihat-lihat kondisi, Ziea memberanikan diri untuk menghampiri Reigha dan berbisik pada pria itu. "Aku ingin bicara dengan Kak Rei," bisik Ziea sembari berjinjit– berusaha menggapai telinga Reigha.Pria ini sangat tinggi, dan tingginya tidak normal bagi Ziea. Bagi Ziea dia sudah tinggi– 163 cm itu sudah termasuk tinggi yang ideal untuk wanita di tanah air. Laki-laki di negri ini pada umumnya, rata-rata punya tinggi kurang lebih 175 cm. Tetapi tidak dengan Reigha dan para sepupu pria ini. Reigha punya tinggi 193 cm, lebih tinggi satu centi meter dari Kakaknya, Rafael. Jadi, Ziea begitu pendek jika di sebelah Reigha. Sedangkan tinggi Kakaknya, Haiden, hanya 185 cm. Itu saja sudah memb
Setelah menemui Reigha, Ziea memutuskan untuk menemui pacarnya, Dion, ke rumah sakit. Harusnya Dion yang datang ke cafe milik Ziea, tetapi Ziea melarang karena entah kenapa Reigha, Kakaknya dan para sepupu mereka yang lain main ke sana. Cik, padahal Ziea belum 100 persen menyetujui pernikahannya dengan Reigha, tetapi mereka semua sudah menganggap jika Ziea menerima, dan fun fact-nya, mereka akan menikah tiga hari dari sekarang. Gila! Namun itu kenyataannya. Keadaan memang mendesak, Reigha tidak bisa berlama-lama di tanah air. Perusahaan membutuhkannya, jadi semua serba didesak. "Dion?" ucap Ziea, menatap kaget ke arah Dion yang sudah di cafenya– bersama seorang perempuan muda berperut buncit. 'Astaga, kenapa Dion kemari sih? Kan aku sudah mengatakan padanya jika aku yang akan menemuinya ke rumah sakit. Cik, Kakak di sini dan Kak Rei juga. Habislah aku!' batin Ziea. "Ziea," panggil pria itu dengan suara lembut dan pelan. Dia berjalan ke arah Ziea sembari menggandeng tangan perempu
"Daddy meminta maaf, tetapi …- besok kau harus menikah dengan Rei, Nak." Ziea yang akan masuk dalam kamarnya, sontak menoleh kaget ke arah Daddynya. "Hah? Kenapa dimajukan dan men--mendadak begini?" "Perusahaan mereka terancam, Reigha harus secepatnya kembali ke Paris, Nak," jelas Kenzie, menatap iba namun memohon jua agar putrinya ini tidak membantah seperti kemarin. Dia berharap Ziea mengerti kondisi! Namun, semisal Ziea tidak menerima situasi sekarang, Kenzie tak akan menyalahkan Ziea. Mungkin putrinya dan Reigha tidak berjodoh. "Ya … Yaudah." Ziea menganggukkan kepala. "Ziea ikut saja jika itu yang terbaik."Kenzie seketika itu juga memeluk putrinya. "Terimakasih, Nak, dan maafkan Daddy …." Ziea menganggukkan kepala. Memangnya dia bisa apa? Menolak? Tidak, Reigha sudah mengancamnya!***Sekarang Ziea dan Reigha telah resmi menjadi suami istri, ijab kabul sudah selesai– pesta pernikahan mereka telah selesai berlangsung dan hanya dihadiri oleh keluarga Azam serta keluarga Mahe
Reigha benar-benar membawa Ziea ke Paris, dan mereka sudah berada di mansion keluarga Azam yang ada di negara ini– di mana mansion tersebut akan menjadi tempat tinggal Reigha serta Ziea. Ziea tak perlu khawatir tak bisa menyesuaikan diri di sini, karena para maid di mansion suaminya ini hampir seluruhnya bisa menggunakan bahasa tanah air. Tentu saja! Banyak dari mereka juga yang berasal dari tanah air. Keadaan mansion juga dibuat mirip dengan suasana di mansion kediaman Azam yang ada di tanah air. Mama mertuanya– Satiya– sempat bercerita pada Ziea jika mansion ini sengaja direnovasi dan dibuat se mirip mungkin dengan mansion di tanah air karena permintaan Reigha sendiri.Menjadi Reigha memang sulit, bukan anak pertama tetapi punya tanggung jawab besar untuk keluarga Azam– mengurus perusahaan raksasa keluarga Azam yang ada di negara ini. Dia terpaksa tinggal di negara ini, harus berjauhan dengan keluarganya dan menjadi sosok yang lebih dingin. Mungkin itu alasan kenapa Reigha ingin n
Bug'Reigha mendorong tubuh Ziea ke atas ranjang, membuat Ziea terjatuh; berakhir berbaring terlentang, menatap nanar dan takut ke arah Reigha yang terlihat sangat marah. "Kau memikirkan pria lain di saat kau sudah menjadi milikku!" geram Reigha dengan menatap tajam serta marah ke arah Ziea, dia melonggarkan dasi yang dikenakan. Kemudian dia melepas dasi tersebut lalu melemparnya sembarangan. Ziea telah menjadi miliknya, tetapi perempuan ini masih berbalas pesan dengan mantannya dan bahkan … hanya masalah undangan, Ziea harus menangisinya. Ziea benar-benar mencintai pria itu, heh, sampai dia harus mengisi pria bastard itu?! 'Aku saja tak pernah kau tangisi!' Reigha membuka kancing kemeja, naik ke atas ranjang dan perlahan mendekati Ziea yang terlihat sangat gugup dan ketakutan. "Ka--Kak Reigha mau apa?!" cicit Ziea, meringsut di ranjang dengan menyilangkan tangan di depan dada. Tubuhnya sudah bergetar hebat dan jantungnya berpacu dengan cepat. Dia sangat takut saat ini. Ziea bena
"Hah, da--darah?!" panik Ziea, reflek memekik kaget. Dia tak mungkin datang bulan kan? Ah, tidak mungkin. Ini bukan bukannya. Ta-tapi itu darah apa? "Kenapa?" gumam Reigha pelan dan rendah, setelah sampai di kamar mandi. Dia melepas selimut yang menutupi tubuh Ziea, lalu mendudukkan Ziea dengan hati-hati ke dalam bath up. "Kenapa ada darah di--di …-" Ziea tak melanjutkan perkataannya. Sungguh, dia malu untuk mengatakannya. Terlebih, Reigha ikut masuk dalam bath up– di mana pria itu memilih duduk tepat di depan Ziea. 'Aku dan jantungku belum terbiasa dekat-dekat dengan Kak Rei. Aku gemetaran!'"Itu wajar," jawab Reigha, tiba-tiba dan secara mencurigakan menyunggingkan devil smirk ke arah Ziea. "Namanya juga pertama kali," lanjutnya dengan enteng. Ziea mengerutkan kening. Apa maksud pria ini? Pertama kali? Hei, Reigha dan dia pernah melakukan ini sebelum mereka menikah. Ini yang kedua dan bukan yang pertama. "Jangan bilang Kak--Mas Rei lupa dengan kejadian di hotel?" singgung Ziea
Seorang gadis tengah mondar mandir di dalam kamarnya sendiri, wajahnya gelisah dan matanya berkaca-kaca. "Tidak mungkin Kak Ega sudah menikah. Kak Ega ti--tidak mengatakan apa-apa padaku," monolog Cassandra, matanya panas dan dadanya perih. Dia menunggu, berharap jika kisahnya dengan Reigha akan sama dengan kisah Kakak Reigha. Yah, kisah Rafael dengan Serena, di mana Rafael menikahi gadis yang merupakan putri dari kepercayaan Daddynya sendiri. Cassandra memimpikan jika kisahnya dan Reihan juga akan seperti itu. Reigha yang notabe-nya merupakan seorang pewaris utama perusahaan ElitQuality'Electronikc, bisa berdampingan dengannya yang hanya sebatas putri seorang kepercayaan dari keluarga De Felix. "Aku mungkin salah paham. Mas bukan panggilan untuk suami saja. Untuk saudara laki-laki yang lebih tua juga bisa," celutuk Cassandra, panik sendiri– merasa terancam dengan keberadaan Ziea di rumah ini, "Kak Ega memberikan banana milk pada Ziea, minuman favorit Kak Ega sendiri. Aku-- aku t
Reigha yang tertoleh dengan cepat menatap tajam ke arah Ziea, rahangnya mengatup kuat dengan raut wajah mengerikan serta aura pekat yang menundukkan. Matanya menyorot dingin serta penuh ancaman, memancarkan kemarahan yang kentara di sana. TesNamun, saat melihat sebuah bulir kristal jatuh dari pelupuk mata Ziea, kemarahan itu seketika lenyap dan berganti perasaan bersalah. Entah, dia bingung kenapa Ziea menangis tetapi dia merasa bersalah melihat air mata itu. "Sebenci itu Kak Rei padaku yah sampai harus menyewa gigolo untuk melecehkanku?!" serak Ziea rendah dan bergetar, mendongak untuk menatap Reigha dengan manik berkaca-kaca yang penuh kesedihan."Apa yang kau katakan, Zie?" ucap Reigha pelan dan rendah, dia langsung membawa Ziea dalam pelukannya– mendekapnya dengan hangat dan erat, berusaha memberikan rasa aman pada istrinya tersebut. Shit! Dia bisa melihat ketakutan yang sangat besar memancar di mata Ziea. Dan … menyewa gigolo untuk melecehkan …- fucking jerk! Tidak mungkin Re
"Aku mencintaimu, Haiden. Aku ma--mau dijadikan istri kedua atau selingkuhanmu. Plis!" Seseorang yang diam-diam mengintip dari tempatnya, mengepalkan tangan. Lea termenung, berjongkok di balik sebuah tembok. Sejak kemarin dia dan Haiden sudah di penginapan, tempat mereka akan melakukan resepsi pernikahan dengan pasangan Matheo dan Aesya. Malam ini adalah pesta pernikahannya dengan Haiden. Setelah di penginapan ini, Lea dan Haiden memang jarang berinteraksi. Haiden seperti menjaga jarak. Keharusan! Haiden dan dia tidak tidur satu kamar sebab tradisi keluarga suaminya, di mana sebelum acara benar-benar selesai, mereka tidak diperbolehkan satu kamar dan interaksi dibatasi. Tadi malam, Lea tidur dengan sepupu perempuan suaminya–dia benar-benar dijaga. Tradisi aneh, tetapi Lea cukup menyukainya. Kembali ke sekarang. Karena acara akan dimulai dan Lea ingin hadir bersamaan dengan Haiden ke tempat pesta, dia berniat menyusul Haiden. Namun, di tengah jalan dia mendapati suaminya sedang b
"Akhirnya kau menjadi milikku, Azalea," bisik Haiden, setelah memasang cincin di jemari manis istrinya. Setelah itu, dia menarik kecil Lea kemudian mencium kening perempuan yang telah sah menjadi istrinya tersebut. Lea terdiam dengan perasaan aneh yang menyelusup dalam hati, dia hanya merenung–membiarkan Haiden mencium keningnya. Haiden melepas kecupan hangat tersebut, tetapi masih terus menatap wajah cantik Lea. Sayang, perempuan ini sangat pelit–memilih menunduk dibandingkan memperlihatkan kecantikannya pada Haiden. Haiden menangkup pipi Lea secara lembut, mengangkatnya sedikit memaksa–sekarang Lea telah mendongak ke arahnya, menatapnya dengan mata hangat bertabur sparkling. "Hello, Wife," sapa Haiden dengan rendah, tersenyum lembut ke arah Lea. Tak dapat menahan kegembiraan dalam hati, Lea seketika mengibarkan senyuman yang sangat indah. Ada perasaan berdebar ketika Haiden mengatakan hal tadi. Namun, debaran kali ini terasa gembira dan menakjubkan. "Hai, Mas suami," jawab Le
"Kau mau kemana?"Haiden berdecak pelan lalu mendengus. Dia berniat putar balik, tetapi suara dingin itu menghentikan niatannya. Dengan raut muka dingin, Haiden memutar tubuh menghadap Reigha. Melihat wajah datar sahabat sekaligus adik iparnya tersebut, Haiden menggaruk telinga. Dia mendengus lalu berjalan ke arah Reigha. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Haiden, menatap curiga pada Reigha. "Ziea," jawab Reigha datar dan singkat, duduk tenang di tempatnya–tak terganggu oleh kehadiran Haiden yang saat ini telah berdiri di sebelahnya. "Kau tidak bertanya kenapa aku di sini?" Haiden menaikkan sebelah alis, bersedekah dingin. Sejujurnya dia menunggu Reigha bertanya hal tersebut padanya. Saat dia berjalan dari mobil hingga ke tempat ini– tepat di sebelah Reigha berdiri, dia sudah memikirkan alasan apa yang akan dia katakan pada Reigha semisal Reigha menginterogasinya. Reigha menoleh malas ke arah Haiden. "Persetan!" jawabnya cukup santai, tetapi menyebalkan secara saksama. Haiden
"Lea sayang, kamu kenapa?""Papa dengar ada keributan di kamarmu, apa terjadi sesua …- Tuan Haiden?!" Mata Denis membelalak, kaget ketika melihat calon menantunya ada di dalam kamar putrinya. "Pria ini menelusup masuk dalam kamar Azalea. Untung aku lebih dulu menelusup ke kamar putrimu, Ayah mertua," ucap Haiden santai, sengaja mengatakan 'putrimu dan Ayah mertua, trik agar om yang merangkap menjadi ayah kekasihnya tersebut tersanjung. 'Anjay, jujur sekali orang ini. Bikin empeduku ketar ketir ajah,' batin Lea, menatap horor dan melongo syok ke arah Haiden. Mulutnya bahkan terbuka lebar, saking tak percayanya dia dengan Haiden. "Oh iya, Nak Haiden. Untung kamu menelusup lebih dulu," jawab Denis cukup riang, mengganti panggilan Tuan pada Haiden menjadi Nak. Hanya menyebut Lea sebagai putrinya dan dipanggil Ayah mertua oleh Haiden, hatinya meluluh–luar biasa senang. "Azalea bilang dia teman ayah," ucap Haiden, melirik sekilas pada tubuh tua yang sudah tak berdaya di lantai. Kemudian
Benni yang telah berhasil mencongkel jendela kamar Lea seketika menyunggingkan senyuman penuh kemenangan. "Akhirnya, Lea ku yang cantik dan manis-- malam ini aku mendapatkanmu!" ucap Benni, merasa senang serta tak sabar untuk melaksanakan aksinya. Perlahan dia membuka jendela kamar lalu masuk secara hati-hati serta mengendap-endap. Beruntung kamar Lea minim pencahayaan, jadi dia bisa menyelinap dengan gampang. ***Krek'Mendengar bunyi jendela terbuka secara perlahan, mata Haiden yang sempat terpejam seketika kembali terbuka. Dia menoleh ke arah jendela dalam kamar, matanya bisa dikatakan tajam dalam kegelapan sehingga dia bisa melihat siluet seseorang yang tengah menyelinap masuk ke kamar calon istrinya ini. Alis Haiden menekuk tajam, seketika terpancing amarah–jelas itu siluet seorang laki-laki! Tak mungkin Lea mengundang pria dalam kamar, meskipun sedikit genit tetapi dia kenal betul dengan pribadi calon istrinya. Lea hanya genit diluar, aslinya Lea sangat menjaga diri dsn b
Klik'Lampu menyala, bersamaan dengan mata Lea yang membelalak–menatap kaget pada sosok pria yang sekarang telah berada di pinggir ranjangnya. Menyadari pakaiannya yang kurang sopan, Lea buru-buru meraih bantal lalu menutupi bagian dada. Piyama yang Lea kenalan cukup seksi pada bagian atas, lengan berbentuk tali–membuat pundak Lea telanjang. "Pak Haiden ngapain ke sini?!" pekik Lea, setengah berbisik dan menggeram. Dia kesal pada pria ini karena kemunculannya membuat Lea merasa takut. Lea pikir siapa?! Tapi-- … hei, Lea sekarang jauh lebih takut. Haiden ada di kamarnya dan … ba--bagaimana bisa? "Kau tidak berbicara denganku ketika kuantar pulang," ucap Haiden santai, duduk lalu berakhir membaringkan diri di ranjang Lea. Lea kembali melototkan mata, kali ini tak menduga jika Haiden menjadikan itu alasan untuk bisa kemari. "Kita sudah bicara dan Pak Haiden sekarang juga pulang.""Aku datang dengan niat baik, Azalea. Kenapa kau mengusirku? Kau tidak suka bertemu denganku?" "Pak, ma
Brak' Haiden membuka pintu mobil secara kuat, kemudian menarik kasar seseorang dari dalam mobil. "KELUAR!" marah Haiden, membentak perempuan tersebut secara kasar–tak peduli jika yang ia kasari tersebut adalah perempuan. Namanya Haiden Mahendra! Tempramental dan bisa meluapkan kemarahannya pada siapapun–kecuali pada adiknya! Sekarang, Haiden sangat marah karena Lea memilih pulang tanpa diantar olehnya, dan sekarang dia memanfaatkan kemarahannya tersebut pada Melodi–alasan calon istrinya memilih pergi. "Ha--Haiden … argk! Perutku sakit!" pekik Melodi yang sudah tergeletak jatuh di halaman, satu tangan menyangga tubuh dan satu lagi memegangi perut yang terasa kram dan sakit. Bukan penyakit parah, hanya alergi susu dan dia memang sengaja meminum susu supaya bisa cari perhatian pada Haiden. "Persetan!" maki Haiden, segera masuk dalam mobil kemudian buru-buru mengendari mobil–ngebut untuk menyusul Lea. "Haiden!!" teriak Melodi sekencang mungkin, akan tetapi sayang karena Haiden ta
Lea akhirnya selamat dari kesalah pahaman Ziea padanya dan Haiden. Reigha menemukan mereka dengan mudah, sedikit marah sebab menganggap Haiden tidak sopan pada Ziea. Yah, sebab Haiden bertelanjang dada! Keduanya mengobrol lalu tiba-tiba Reigha mendadak satu jalur dengan Haiden, melarang Ziea untuk tak mengatakan apa-apa pada siapapun mengenai kejadian di toilet sebab itu bukan urusan Ziea dan dia. Untungnya Ziea sangat patuh pada suaminya, jadi Lea dan Haiden selamat dari bocah kematian bernama Ziea tersebut. "Ini pakaian Ziea, masih baru dan tak pernah dipakai olehnya. Gunakan ini supaya tak ada yang salah paham lagi," ucap Haiden pada Lea, menyerahkan sebuah pakaian baru untuk sang kekasih. Mereka berada di kamar Haiden, terpaksa sebab tempat inilah yang paling aman dari intaian siapapun. Lagipula kamarnya bersebelahan dengan kamar Ziea dan Reigha, sahabat sekaligus sepupu serta iparnya tersebut telah ia suruh berjaga di depan. "Iya, Pak." Lea meraih pakaian tersebut kemudian
"Aaa--" Lea berteriak namun buru-buru membekap mulut. Dia langsung meringsut ke sudut toilet, merapatkan kemeja pada tubuh sembari menatap pucat pias ke arah Haiden. "Bilang kalau Pak Haiden tidak melihat apapun!" paniknya, lalu buru-buru mengancing kemeja tersebut. Lebih cepat dia membungkus tubuhnya, lebih aman dia dari pria mesum ini. Ternyata oh ternyata! "Jika aku mencopot bramu, aku melihat semuanya," jawab Haiden santai, bersedekap sembari menyunggingkan smirk tipis ke arah Lea. Kini dia telah menghadap ke arah perempuan itu, memperhatikan Lea yang sedang mengancing kemeja secara terburu-buru dengan tatapan yang begitu intens. Pipi Lea memerah–sudah seperti tomat busuk. Dia mengerjab beberapa kali. Kalau dipikir-pikir Haiden tak mungkin se mesun itu. Namun, jika dipertimbangkan secara matang Haiden bahkan pernah hampir kelepasan–hampir merenggut kesuciannya sebab berkunjung dan kebetulan hujan tengah turun. "A--aku tidak peduli, yang penting serangan, Pak Haiden tolong ming