Home / Romansa / Sentuhan Mama Muda / Chapter 4: Sulitnya Menjadi Ibu

Share

Chapter 4: Sulitnya Menjadi Ibu

Author: Rissa Audy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Setelah cukup lama berjalan, Gracia akhirnya tiba di sebuah hotel yang tak terlalu mewah. Wanita tersebut menyewa salah satu kamar biasa di hotel tersebut. Dia harus membersihkan bayinya dan juga memberi pakaian agar tak kedinginan. 

Meskipun, tidak memiliki pengalaman mengurus bayi, tetapi Gracia berusaha semaksimal mungkin. "Tenang saja, Sayang. Aku akan menjadi ibumu sekarang." 

Gracia menyadari nasibnya tak jauh berbeda dengan bayi perempuan ini. Dia juga sudah ditinggalkan oleh ibunya sejak masih kecil, sehingga membuatnya menjadi gadis pemberontak karena kurang kasih sayang. 

Namun, dia tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi pada bayi ini. Gracia berencana mengadopsinya dan merawat sendiri hingga dewasa. Meskipun, mungkin nyawanya menjadi taruhan kali ini. 

Setelah mandi dia cukup bingung harus berbuat apa pada bayinya. Gracia tidak memiliki apapun untuk dikenakan pada sang bayi, lalu anak itu juga mulai menangis dengan kencang. 

"Sssttt, Sayang. Tenanglah!" Perlahan dia berusaha menenangkan sang bayi, tetapi anak itu terus saja menangis. 

Tanpa menunggu waktu, wanita itu pun meminta room service agar ke kamarnya segera. Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Gracia pun melangkah mendekat untuk membukanya. 

"Selamat malam, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu." 

Sebelumnya Gracia meminta agar pelayan wanita yang datang ke kamarnya, tetapi hari sudah larut sehingga pelayan hanya ada pria. Jadi, resepsionis sendirilah yang datang untuk melayani pelanggannya. 

"Masuklah cepat!" Suara tangisan bayi terus terdengar begitu keras. Meskipun, anak itu sudah berada dalam gendongan Gracia. "Apa kau tahu cara menenangkan bayi ini?"

Pertanyaan Gracia membuat pelayan mengernyitkan dahi. Bagaimana bisa seorang ibu tidak bisa menenangkan bayinya sendiri? batinnya. 

"Jangan heran! Aku menyelamatkannya dari bahaya. Ibunya meninggal karena menjadi korban perampokan." Gracia terpaksa berbohong ketika wanita di depannya menatap menyelidik ke arahnya. Dia tidak ingin wanita tersebut menganggap dirinya sebagai penculik yang bisa membongkar keberadaan mereka. 

"Nyonya, mungkin bayi ini lapar." Resepsionis itu terlihat lebih tua daripada Gracia. Jadi, wajar saja jika memahami hal ini karena dia juga sudah memiliki anak. 

"Lapar? Haruskah aku memesankan makanan. Kalau begitu cepat pesankan makanan!"

Ingin sekali rasanya wanita itu menepuk jidat Gracia saat ini. Bagaimana bisa bayi sekecil itu mau diberi makan langsung. 

"Nyonya, bayi belum bisa makan makanan kita. Di usia seperti ini dia hanya minum susu?" 

"Susu?" Gracia mengernyitkan dahi menatap wanita di depannya. 

"Aa … susu ini maksudmu? Tapi, milikku mana ada airnya?" Tanpa rasa berdosa Gracia malah meraba miliknya sendiri, meskipun sudah dewasa, tetapi untuk hal semacam ini dia masih sangat polos. 

Beruntung resepsionis membantunya dengan sabar. "Nyonya, Anda bisa membeli susu formula di toko-toko terdekat. Haruskah saya membantu Anda?"

"Ah, ya. Belikan aku semua barang yang dibutuhkan bayi ini!  Apa pun itu?" Dia lantas melangkah mengambil tasnya dan mengambil sejumlah uang tunai. "Apa ini cukup?" 

Wanita tersebut hanya membelalakkan mata di kala Gracia memberinya setumpuk uang hanya untuk membeli keperluan bayi. Dia pun mengembalikan separuhnya. "Ini saja lebih dari cukup, Nyonya. Tunggu sebentar kalau begitu!"

Gracia hanya mengangguk, dia terus berusaha menenangkan bayi yang menangis cukup kuat tersebut dengan agak kesal. "Ternyata merawat bayi tidak semudah yang aku bayangkan." 

Tak lama kemudian, wanita tersebut sudah kembali dengan membawa beberapa kantong belanjaan di kedua tangannya. Kondisi malam yang sudah larut membuatnya hanya membeli barang-barang di supermarket terdekat. 

"Ini, Nyonya." 

"Terima kasih, letakkan di situ!" Sang bayi masih terus menangis hingga membuat Gracia merasa kewalahan menghadapinya. "Bisakah kau membantuku menenangkannya?"

Wanita itu mengangguk, lantas mengambil sang bayi dan membawa dalam dekapannya. "Nyonya, sepertinya dia lapar." 

"Apa yang harus aku lakukan?" Gracia terlihat bingung dengan semua barang yang dibeli oleh wanita tersebut. 

"Tadi saya sudah membeli susu formula beserta botolnya, Nyonya."

Gracia pun mencari-cari benda yang dimaksud. "Dapat, apa yang harus aku lakukan?" 

"Di sana saya sudah mensterilkan botolnya, tinggal membuat susunya dengan air hangat kuku, Nyonya. Petunjuknya ada di kemasan susu." Wanita itu terus menimang sambil mengarahkan kepada Gracia apa yang harus dilakukan dengan sabar. 

Setelah itu Gracia membaca cara membuat susu berdasarkan kemasannya. "Masak air hingga mendidih, lalu tuangkan ke dalam botol." Dia lantas memasak air di termos elektrik yang tersedia di kamarnya. 

Sesaat kemudian, air mendidih dan langsung dituangkan sesuai takaran penuh botol tersebut. "Masukkan dua sendok takar susu, ah seberapa takarannya." Wanita tersebut mengisi bubuk susu hingga sendok takar terlihat penuh dan langsung memasukkan ke dalam botol. "Tutup dan kocok." 

Dia melakukan semua seperti yang tertera di kemasan tersebut, lalu memberikannya kepada wanita yang membantunya ini. "Ini."

"Aw panas." Wanita tersebut langsung menarik kembali tangannya ketika memegang botol susu yang sangat panas. "Nyonya, jika Anda memberinya susu seperti itu tenggorokannya akan terbakar. Coba, Nyonya minum sendiri deh? Panas sekali 'kan."

Mendengar ucapan wanita itu, Gracia benar-benar mencoba menyedot sendiri susu buatannya. "Aw, benar katamu. Panas." Dia menjulurkan lidah dan membuat ulang susu di depan wanita itu agar tidak mengulang dua kali. 

Susu yang sesuai pun jadi, bayi meminumnya dengan kuat hingga akhirnya terlelap dalam dekapan pegawai hotel itu. 

"Ternyata mengurus bayi sangat sulit." Gracia merebahkan dirinya sejenak, sedangkan sang wanita hanya tersenyum mendengar penuturannya. 

"Sebenarnya sangat menyenangkan ketika Anda mengurus bayi sejak kecil seperti ini, Nyonya. Ada perasaan bahagia yang tidak biasa ketika melihatnya tertawa dan terlelap seperti ini," ujarnya sambil mengenakan pakaian hangat kepada sang bayi. 

"Karena tugas sudah selesai saya permisi dulu, Nyonya. Jika dia menangis mungkin hanya karena lapar. Jadi, silakan berikan susu seperti tadi setiap dua jam sekali atau bisa juga disebabkan rasa tidak nyaman setelah buang air! Jangan lupa untuk menggantinya setelah empat jam agar tidak iritasi!"

"Terima kasih, ini untukmu." Gracia menyerahkan beberapa lembar uang kepada pegawai itu sebagai tips. 

"Terima kasih, Nyonya. Saya permisi dulu." 

Wanita itu pun lantas pergi keluar ruangan, tinggallah Gracia dan sang bayi di kamar itu. Dia membaringkan tubuh untuk menatap si kecil tersebut. "Tenang saja, Sayang. Kau memiliki aku sebagai Mommy Mu, besok kita akan urus identitasmu agar mereka tidak bisa mengambilmu." 

Gracia merebahkan tubuh di samping sang bayi, mengingat kembali apa yang terjadi terakhir kali. "Sepertinya aku pernah mendengar suara pria itu." 

Pikirannya melayang jauh, mengingat kembali siapa pemilik suara yang menembak mati ibu kandung bayi ini. Hingga tak lama kemudian, Gracia membelalakkan mata ketika mengingat tentang pria itu. "Bukankah itu suara kekasih wanita tua di atas kapal?" 

Related chapters

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 5: Terapi Erotis

    Hari berlalu begitu cepat, tak terasa enam bulan sudah perjalanan Gracia merawat bayinya. Kini si kecil sudah terlihat sangat aktif dengan segala tingkahnya. Benar apa yang dikatakan pegawai hotel malam itu, suatu kebahagiaan tersendiri bagi seorang wanita bisa merawat anaknya sejak balita.Gracia mengadopsinya secara sah. Dia bahkan melegalkan pengubahan namanya sendiri dari Gracia Dandelion menjadi Grace Pumkin, sedangkan putrinya dinamakan Dandelion Pumkin, atau biasa disebut Baby Pumpum dengan tanggal kelahiran yang dituakan satu bulan agar tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak musuh ibu kandungnya.Dia menyewa sebuah rumah sederhana untuk tinggal di sekitar kota New York bersama anaknya. Namun, kini masalah baru mulai mendatangi hidup bahagianya. Uang tunai yang sekarang Grace miliki semakin menipis karena kebutuhan hidup cukup tinggi. Mau tak mau

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 6: Mami Mucikari

    Keesokan harinya Grace memutuskan untuk melihat terlebih dahulu tempat yang ditawarkan Stevani, dia berdiri cukup lama menatap tempat yang kini ada di depannya. Tatapannya tak beralih ketika membaca papan nama yang tertera di sana, sama persis dengan alamat yang diberikan wanita itu.Berulang kali Grace menghirup udara dan mengembuskannya, menepis rasa ragu yang sempat datang. "Ah, sial! Jika saja ada pekerjaan lain, aku tidak akan datang ke tempat seperti ini," gumam Grace pelan.Kakinya perlahan mulai melangkah hendak masuk ke dalam tempat itu. Namun, dalam sekejap dia kembali berputar arah. "Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak boleh melakukan itu." Sesuatu dalam dirinya seakan menolak pekerjaan tersebut. Namun, bayangan putri kecilnya kembali melintas dalam benaknya. Susu dan popok di rumah sudah mulai habis, jika dia tidak bekerja bagaimana caranya membeli semua

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 7: Bandot atau Hot

    Setelah pergi dari ruangan Mami, Stevani membawa Grace ke tempat pelatihan. Akan tetapi, mereka berpapasan dengan seorang wanita seksi yang tak kalah cantiknya dengan Grace. "Tunggu!" Wanita tersebut menghentikan langkah keduanya ketika melihat wajah cantik Grace. Dia selalu tidak senang di saat ada terapis lain yang menyaingi kecantikannya. "Siapa dia?" "Kau tak perlu tahu!" ujar Stevani ketus. "Ayo pergi! Jangan pedulikan Rose Brand!" "Hei! Apa maksudmu, hah?" Suara teriakan wanita itu terdengar begitu keras. Namun, tak membuat keduanya menghentikan langkah. Sejenak Grace masih menoleh ke belakang untuk melihat wanita yang tampak berulang kali mengentakkan kaki. Kemudian bertanya pada Stevani demi kenyamanan hati. "Siapa dia?"

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 8: Sentuhan Pertama

    Awalnya Rose sudah antusias ketika mendengar Jayden Bannerick pertama kali datang ke tempat itu. Selama ini dia selalu mengagumi pria tersebut karena prestasinya sebagai salah satu pengusaha muda berbakat yang selalu tampil di cover terdepan majalah pebisnis handal. Selain itu, ketampanan juga kekayaannya yang melimpah membuat banyak wanita terpesona dan mengincarnya, tak terkecuali Rose. Dia bahkan sampai berulang kali mendatangi klub, kasino, maupun restoran milik keluarga tersebut, tetapi sayangnya Rose tak pernah mendapatkan kesempatan sedikit pun untuk menemui Jayden.Kini Jayden malah datang sendiri ke tempat ini, tentu saja hal itu membuat Rose sangat antusias dan bersemangat. Dia bahkan langsung mengganti pakaian dengan seragam terseksi yang dimiliki. Berbekal rok sejengkal dan atasan one shoulder off sebatas pusar serta berbahan setipis saringan tahu, sungguh menampakkan kaca mata berenda juga segitiga bermuda yang dikenakan terpampang nyata. Kali ini Rose berhar

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 9: Memberimu Pelajaran

    Jayden yang merasakan sakit di kejantanan akibat ulah Grace dengan cepat mengamankan benda tersebut menggunakan kedua tangannya. "Apa yang kau lakukan, hah?"Dia berteriak hingga kedua bola matanya membulat dengan sempurna menatap wanita di depannya yang tampak acuh setelah melakukan hal buruk pada batangnya yang berharga seakan itu bukanlah apa-apa baginya. "Cepat panggil Mami!" Grace hanya mencebikkan bibir melihat wajah merah padam Jayden. 'Rasakan!' batinnya di kala pria di depannya meringis kesakitan akibat ulahnya. Dia pun lekas berbalik dan berjalan meninggalkan ruang itu tanpa menjawab sepatah kata pun ucapan pria tersebut dengan sebuah senyum bangga ketika membelakanginya."Pria Menyebalkan!" gumam Grace ketika melangkah pergi dan menutup pintu dengan sangat keras, menyebabkan Jayden di dalam sontak terlonjak kaget akan tingkahnya. "Dasar wanita," gerutu Jayden menatap arah kepergian Grace, lalu melihat kejantanannya yang tampak menyusu

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 10: Batang Tergigit

    Keempat orang berada dalam satu ruangan. Jayden meminta pihak pelayanan untuk menambahkan pembatas berupa kain tipis yang membentang di antara ranjang dan sofa, sehingga dia nantinya hanya bisa melihat bayangan jadi tak harus menodai mata ketika Rose menjalankan aksinya. Pria tersebut yakin, wanita sepertinya tidak akan melakukan hal biasa pada pelanggan. Steven keluar hanya mengenakan bathrobe seperti halnya Jayden, sedangkan Rose masih menyalakan lilin aroma terapi di berbagai sudut ruang hingga bau harum seketika menguar memenuhi kamar. "Bos," ujar Steven sambil menatap diri sendiri yang berbalut kain tebal itu. "Panggil wanita itu!" perintah Jayden pada Grace ketika Steven sudah di depannya. Grace hanya bisa mencebikkan bibir melihat Jayden yang bersikap menyebalkan. Dia lantas memanggil Rose dan keduanya menghadap pada pria sombong itu. "Kau layani dia!" tunjuk Jayden pada Rose dan Steven.Wanita itu sontak membelalakkan mata. Apa dia baru saja

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 1: Melarikan Diri

    "Tuan, Nona Cia melarikan diri," lapor salah seorang bawahan kepada tuannya di tengah keramaian pesta."Apa? Bagaimana itu bisa terjadi?" Mereka pun segera meninggalkan aula tempat pesta digelar dan melangkah menuju ballroom–ruang ganti pengantin."Tidak tahu, Tuan. Ketika kami memanggilnya, nona sudah tidak ada di dalam dan para periasnya pun pingsan.""Bocah itu!" Pria tersebut melangkah dengan geram menyusuri hotel tempat acara pernikahan sang putri digelar.Dialah Chiba, pengusaha Jepang yang memiliki seorang putri bernama Gracia Dandelion. Namun, istrinya telah meninggal sejak sang anak masih kecil, sehingga wanita tersebut tumbuh sebagai gadis pemberontak dan pembangkang yang selalu berbuat onar.Oleh sebab itulah, Chiba memutuskan untuk menjodohkan putri semata wayangnya dengan rekan bisnisnya. Awalnya Gracia tidak menolak, tetapi juga tak menjawab iya. Jadi, dia hanya menyimpulkan jika sang anak bersedia menerima

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 2: Menyerahkan Buah Hati

    "Apa ini?" Gracia membelalakkan mata ketika pertama kali melihat ujung kepala bayi yang mulai keluar dari jalan lahirnya."Argh!" Wanita di depannya kembali mengeram kesakitan semakin kuat, hingga kedua tangannya sontak menjambak rambut Gracia untuk menyalurkan rasa sakitnya."Awh!" Gracia pun ikut meringis sebab rasa sakit di kepalanya. Jambakan wanita tersebut sangat kuat seakan mencabut rambutnya secara bersamaan."Nyonya, tenanglah! Tarik napas pelan-pelan!" Gracia mencoba untuk mengarahkan metode pernapasan kepada wanita tersebut agar lebih tenang, beruntung dia menurut dan terlihat mulai menghirup oksigen dalam-dalam. "Embuskan!""Hufft."Perlahan cengkeraman tangan sang wanita hamil di kepalanya mulai mengendur seiring deru napas yang terdengar stabil dan mampu diatur dengan baik. Namun, dalam sekejap wanita tersebut kembali menjambaknya lebih kuat daripada sebelumnya, hingga membuat Gracia hanya bisa berteriak karena

Latest chapter

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 10: Batang Tergigit

    Keempat orang berada dalam satu ruangan. Jayden meminta pihak pelayanan untuk menambahkan pembatas berupa kain tipis yang membentang di antara ranjang dan sofa, sehingga dia nantinya hanya bisa melihat bayangan jadi tak harus menodai mata ketika Rose menjalankan aksinya. Pria tersebut yakin, wanita sepertinya tidak akan melakukan hal biasa pada pelanggan. Steven keluar hanya mengenakan bathrobe seperti halnya Jayden, sedangkan Rose masih menyalakan lilin aroma terapi di berbagai sudut ruang hingga bau harum seketika menguar memenuhi kamar. "Bos," ujar Steven sambil menatap diri sendiri yang berbalut kain tebal itu. "Panggil wanita itu!" perintah Jayden pada Grace ketika Steven sudah di depannya. Grace hanya bisa mencebikkan bibir melihat Jayden yang bersikap menyebalkan. Dia lantas memanggil Rose dan keduanya menghadap pada pria sombong itu. "Kau layani dia!" tunjuk Jayden pada Rose dan Steven.Wanita itu sontak membelalakkan mata. Apa dia baru saja

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 9: Memberimu Pelajaran

    Jayden yang merasakan sakit di kejantanan akibat ulah Grace dengan cepat mengamankan benda tersebut menggunakan kedua tangannya. "Apa yang kau lakukan, hah?"Dia berteriak hingga kedua bola matanya membulat dengan sempurna menatap wanita di depannya yang tampak acuh setelah melakukan hal buruk pada batangnya yang berharga seakan itu bukanlah apa-apa baginya. "Cepat panggil Mami!" Grace hanya mencebikkan bibir melihat wajah merah padam Jayden. 'Rasakan!' batinnya di kala pria di depannya meringis kesakitan akibat ulahnya. Dia pun lekas berbalik dan berjalan meninggalkan ruang itu tanpa menjawab sepatah kata pun ucapan pria tersebut dengan sebuah senyum bangga ketika membelakanginya."Pria Menyebalkan!" gumam Grace ketika melangkah pergi dan menutup pintu dengan sangat keras, menyebabkan Jayden di dalam sontak terlonjak kaget akan tingkahnya. "Dasar wanita," gerutu Jayden menatap arah kepergian Grace, lalu melihat kejantanannya yang tampak menyusu

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 8: Sentuhan Pertama

    Awalnya Rose sudah antusias ketika mendengar Jayden Bannerick pertama kali datang ke tempat itu. Selama ini dia selalu mengagumi pria tersebut karena prestasinya sebagai salah satu pengusaha muda berbakat yang selalu tampil di cover terdepan majalah pebisnis handal. Selain itu, ketampanan juga kekayaannya yang melimpah membuat banyak wanita terpesona dan mengincarnya, tak terkecuali Rose. Dia bahkan sampai berulang kali mendatangi klub, kasino, maupun restoran milik keluarga tersebut, tetapi sayangnya Rose tak pernah mendapatkan kesempatan sedikit pun untuk menemui Jayden.Kini Jayden malah datang sendiri ke tempat ini, tentu saja hal itu membuat Rose sangat antusias dan bersemangat. Dia bahkan langsung mengganti pakaian dengan seragam terseksi yang dimiliki. Berbekal rok sejengkal dan atasan one shoulder off sebatas pusar serta berbahan setipis saringan tahu, sungguh menampakkan kaca mata berenda juga segitiga bermuda yang dikenakan terpampang nyata. Kali ini Rose berhar

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 7: Bandot atau Hot

    Setelah pergi dari ruangan Mami, Stevani membawa Grace ke tempat pelatihan. Akan tetapi, mereka berpapasan dengan seorang wanita seksi yang tak kalah cantiknya dengan Grace. "Tunggu!" Wanita tersebut menghentikan langkah keduanya ketika melihat wajah cantik Grace. Dia selalu tidak senang di saat ada terapis lain yang menyaingi kecantikannya. "Siapa dia?" "Kau tak perlu tahu!" ujar Stevani ketus. "Ayo pergi! Jangan pedulikan Rose Brand!" "Hei! Apa maksudmu, hah?" Suara teriakan wanita itu terdengar begitu keras. Namun, tak membuat keduanya menghentikan langkah. Sejenak Grace masih menoleh ke belakang untuk melihat wanita yang tampak berulang kali mengentakkan kaki. Kemudian bertanya pada Stevani demi kenyamanan hati. "Siapa dia?"

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 6: Mami Mucikari

    Keesokan harinya Grace memutuskan untuk melihat terlebih dahulu tempat yang ditawarkan Stevani, dia berdiri cukup lama menatap tempat yang kini ada di depannya. Tatapannya tak beralih ketika membaca papan nama yang tertera di sana, sama persis dengan alamat yang diberikan wanita itu.Berulang kali Grace menghirup udara dan mengembuskannya, menepis rasa ragu yang sempat datang. "Ah, sial! Jika saja ada pekerjaan lain, aku tidak akan datang ke tempat seperti ini," gumam Grace pelan.Kakinya perlahan mulai melangkah hendak masuk ke dalam tempat itu. Namun, dalam sekejap dia kembali berputar arah. "Tidak! Tidak! Tidak! Aku tidak boleh melakukan itu." Sesuatu dalam dirinya seakan menolak pekerjaan tersebut. Namun, bayangan putri kecilnya kembali melintas dalam benaknya. Susu dan popok di rumah sudah mulai habis, jika dia tidak bekerja bagaimana caranya membeli semua

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 5: Terapi Erotis

    Hari berlalu begitu cepat, tak terasa enam bulan sudah perjalanan Gracia merawat bayinya. Kini si kecil sudah terlihat sangat aktif dengan segala tingkahnya. Benar apa yang dikatakan pegawai hotel malam itu, suatu kebahagiaan tersendiri bagi seorang wanita bisa merawat anaknya sejak balita.Gracia mengadopsinya secara sah. Dia bahkan melegalkan pengubahan namanya sendiri dari Gracia Dandelion menjadi Grace Pumkin, sedangkan putrinya dinamakan Dandelion Pumkin, atau biasa disebut Baby Pumpum dengan tanggal kelahiran yang dituakan satu bulan agar tidak menimbulkan kecurigaan dari pihak musuh ibu kandungnya.Dia menyewa sebuah rumah sederhana untuk tinggal di sekitar kota New York bersama anaknya. Namun, kini masalah baru mulai mendatangi hidup bahagianya. Uang tunai yang sekarang Grace miliki semakin menipis karena kebutuhan hidup cukup tinggi. Mau tak mau

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 4: Sulitnya Menjadi Ibu

    Setelah cukup lama berjalan, Gracia akhirnya tiba di sebuah hotel yang tak terlalu mewah. Wanita tersebut menyewa salah satu kamar biasa di hotel tersebut. Dia harus membersihkan bayinya dan juga memberi pakaian agar tak kedinginan.Meskipun, tidak memiliki pengalaman mengurus bayi, tetapi Gracia berusaha semaksimal mungkin. "Tenang saja, Sayang. Aku akan menjadi ibumu sekarang."Gracia menyadari nasibnya tak jauh berbeda dengan bayi perempuan ini. Dia juga sudah ditinggalkan oleh ibunya sejak masih kecil, sehingga membuatnya menjadi gadis pemberontak karena kurang kasih sayang.Namun, dia tidak akan membiarkan hal yang sama terjadi pada bayi ini. Gracia berencana mengadopsinya dan merawat sendiri hingga dewasa. Meskipun, mungkin nyawanya menjadi taruhan kali ini.Setelah mandi dia cukup bingung harus berbuat apa pada bayinya. Gracia tidak memiliki apapun untuk dikenakan pada sang bayi, lalu anak itu juga mulai menangis dengan kenc

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 3: Menyelamatkan Diri

    Suara pelatuk ditekan terdengar begitu keras hingga menyebabkan ibu dari bayi tersebut meninggal karena tembakan di kepalanya. Sang buah hati seketika menangis sebab ikatan batin cukup kuat dan juga rasa terkejutnya.Tangisannya pun terdengar di telinga orang-orang yang menyerang wanita itu mengakibatkan mereka menyadari jika sang bayi masih berada di sekitar sini."Cepat cari bocah itu sampai dapat!"Gracia tak kalah terkejutnya dengan situasi yang terjadi sekarang, benar kata ibu bayi ini nyawa mereka dalam bahaya jika tidak segera pergi.Wanita tersebut melepaskan jaket di tubuhnya dengan cepat dan digunakan untuk membalut tubuh sang bayi. "Sstt, tenanglah, Sayang! Jangan menangis! Kita harus segera pergi dari sini."Mereka harus segera melarikan diri, tetapi tak mungkin berlari dengan membiarkan bayi ini kedinginan tanpa pakaian. Itulah sebabnya Gracia menggunakan jaketnya sebagai alternatif.Setelah s

  • Sentuhan Mama Muda   Chapter 2: Menyerahkan Buah Hati

    "Apa ini?" Gracia membelalakkan mata ketika pertama kali melihat ujung kepala bayi yang mulai keluar dari jalan lahirnya."Argh!" Wanita di depannya kembali mengeram kesakitan semakin kuat, hingga kedua tangannya sontak menjambak rambut Gracia untuk menyalurkan rasa sakitnya."Awh!" Gracia pun ikut meringis sebab rasa sakit di kepalanya. Jambakan wanita tersebut sangat kuat seakan mencabut rambutnya secara bersamaan."Nyonya, tenanglah! Tarik napas pelan-pelan!" Gracia mencoba untuk mengarahkan metode pernapasan kepada wanita tersebut agar lebih tenang, beruntung dia menurut dan terlihat mulai menghirup oksigen dalam-dalam. "Embuskan!""Hufft."Perlahan cengkeraman tangan sang wanita hamil di kepalanya mulai mengendur seiring deru napas yang terdengar stabil dan mampu diatur dengan baik. Namun, dalam sekejap wanita tersebut kembali menjambaknya lebih kuat daripada sebelumnya, hingga membuat Gracia hanya bisa berteriak karena

DMCA.com Protection Status