Share

Bab 66 Rumah Rambo

Penulis: Arumi Sekar
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-23 09:51:49

Dalam pikiran Matari, traktiran yang dimaksud akan diadakan di sebuah tempat makan atau tempat yang lebih proper. Ternyata, tempat yang dituju adalah rumah Rambo.

Rumah Rambo terletak di dekat Pasar Jatinegara. Bukan rumah mewah, namun sedikit terpisah dari area rumah-rumah yang lain. Pemisah itu adalah sebuah pabrik tahu dan pabrik jeans di sepanjang kanan-kiri jalan. Untuk ke sana, Matari bahkan harus menutup hidungnya karena bau yang tidak enak, sebagai akibat dari polusi kedua pabrik tersebut.

Gerimis masih dirasakan Matari saat mereka sampai. Matari yang sejak tadi membonceng Arai, tak berani jauh-jauh dari cowok itu. Meskipun ternyata rumah Rambo tampak ramai oleh siswa-siswi di sekolahnya. Namun hanya sedikit yang dikenalnya. Mereka semua sepertinya tergabung dalam geng GWR karena terlihat akrab satu sama lain.

Rambo hanya menggelar tikar seadanya untuk siapapun duduk-duduk. Dua gerobak kaki lima terparkir di depan rumahnya. Satunya penjual bakso dan seka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Senandung Masa SMA   Bab 67 Desma

    “Ri, kamu nggak kenal sama yang di dalem?” tanya Kak Mirna saat Matari duduk di dekatnya untuk menikmati siomay.“Siapa?” tanya Matari bingung.Dia tahu di dalam rumah Rambo masih ada beberapa orang lagi dan Matari tak kenal mereka semuanya.“Ituh yang dateng bareng sama si Anton,” jawab Kak Angela sambil bergabung dengan Matari dan Kak Mirna.“Eh, Kak, makasih ya, traktirannya,” kata Matari berbasa-basi.“Yaelah, biasa aja, Ri. Di sini mah gitu kebiasaannya. Jangan kapok aja!” jawab Kak Angela. “Jadi, lo masa nggak kenal, kan katanya sama-sama anak kelas 1?”“Oh, si Desma?” sahut Matari.“Males aku nyebutin namanya. Dasar pec*n!” seru Kak Mirna.Matari masih tak mengerti. Kenapa semua orang, terutama yang cewek-cewek, tampak tak suka dengan Desma. Bahkan kakak-kakak cewek dari sekolah lain juga tampak seperti itu.“Eman

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Senandung Masa SMA   Bab 68 Perjalanan Pulang

    Hujan telah berhenti sepenuhnya. Arai dan Matari masih sama-sama membisu di perjalanan pulang mereka. Sebenarnya keduanya masih syok, karena tanpa sengaja harus melihat adegan itu secara langsung.“Ri…, lo nggak papa?” tanya Arai.Matari mengangguk. Arai bisa melihat gadis itu tampak bingung dari kaca spionnya. Sebenarnya dia sendiri juga sama bingungnya. Sebagai cowok, dia sudah biasa melihat film-film 18+ di masa-masa pertumbuhannya sebagai remaja. Tapi dia sendiri tak menyangka, Anton dan Desma akan melakukan hal itu di sana. Apalagi mereka belum berstatus pacaran.Sudah menjadi rahasia antar sesama anggota geng, bahwa di rumah Rambo bebas mau melakukan apa saja. Mau bagaimana lagi, rumah itu sering sepi.Bahkan Bang Luigi sering melakukan hal-hal yang lebih dari itu dengan pacar-pacar lamanya. Beberapa pasangan lain juga sama. Ruangan pintu ke-4 adalah saksi semua hal bejat yang dilakukan oleh teman-temannya.Rambo bahk

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-25
  • Senandung Masa SMA   Bab 69 Meskipun Berat, Inilah Keputusan Davi

    Davi menelepon Ayla ke rumahnya siang itu sepulang sekolah. Sudah sejak kemarin dia tak bisa menemui atau berbicara dengan gadis itu. Di rumahnya pun tak ada. Untungnya, hari itu, Ayla menerima teleponnya dengan baik.“Hai, Dav, tumben nggak SMS dulu?” tanya Ayla.“Apaan? Gue SMS lo nggak dibales dari kemarin,” sahut Davi.“Eh, masa sih? Lupa berarti gue. Sorry, sorry, awal minggu kan gue ngurusin classmeeting, sisanya gue jalan-jalan ke sana- ke sini, tiap hari kaya gitu. Bosen juga di rumah. Kemarin malah ngemall kita.”“Lupa apa lupa?”Ayla tertawa. Dia memang berbohong. Sesungguhnya sejak kejadian kemarin bersama Matari, dia sudah bertekad tidak mau terlalu dekat dengan Davi lagi. Hera dan Marsha sedang dalam proses memaafkannya. Bahkan, saat Ayla mentraktir mereka makan enak di mall kemarin, mereka masih canggung terhadapnya.“Btw, lo nggak pergi-pergi Dav?”

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-27
  • Senandung Masa SMA   Bab 70 Penggalangan Dana

    Selepas liburan satu minggu sebagai pergantian semester, sekolah mulai mengadakan penggalangan Dana. Banyak yang ingin menjadi panitia, namun seleksinya tak pernah mudah, karena ketat dan banyak tahapannya.Matari baru tahu kalau Pipit menjadi salah satu yang lolos menjadi panitia Penggalangan Dana Kemanusiaan di sekolah mereka. Saat itu terjadi banjir di beberapa daerah di Jakarta karena curah hujan yang cukup besar. Bahkan beberapa siswa di sekolah mereka terpaksa tidak masuk karena harus mengungsi.Sekolah Matari akhirnya memutuskan untuk membentuk Panitia Penggalangan Dana Kemanusiaan yang nantinya akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan, terutama bagi siswa-siswi yang terkena dampak secara langsung.Matari meletakkan sekotak kardus pakaian pantas pakai ke meja panitia. Di sana, Pipit dan Sora, teman segeng Praja masa SMP dulu, duduk berjaga.“Eh, Matari, sendirian aja?” tanya Pipit menyapa.“Iya nih. Ini dari gue dan S

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Senandung Masa SMA   Bab 71 Kepopuleran Pipit

    Sebagai petugas jaga hari itu, kepopuleran Pipit dan Sora semakin meluas. Ya siapa sih nggak tertarik sama dua cewek cantik yang sama-sama masih jomblo dan ramah pada siapapun?Praja dan Beno bahkan rela bolak-balik seharian demi bisa bersama mereka entah membelikan makanan, minuman sampai cuma nongkrong menemani. Hal itu karena memang sudah lama Praja suka pada Pipit dan Beno suka pada Sora. Baik Pipit dan Sora sudah lama tahu soal perasaan mereka ini. Namun, keduanya pun kompak menolak mereka dengan alasan persahabatan.Selepas kepergian Praja dan Beno karena ditarik oleh Hafis yang ingin ditemani jajan, Davi dan Pito yang baru saja sampai di meja pengumpulan sumbangan, kaget, mereka telah ada di antrian ke-5. Lebih kaget lagi saat menyadari di belakang mereka, sudah banyak yang mengantri. Semuanya didominasi oleh siswa laki-laki dari berbagai angkatan.Saat gilirannya tiba, Davi memberikan dua mie instan di atas meja dengan hati-hati sambil menyapa mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-29
  • Senandung Masa SMA   Bab 72 Keakraban

    “Oke, biar cepet, saya bagi langsung ya! Pokoknya baris 1 dan baris 2, baris 3 dan 4, begitu seterusnya. Intinya per 2 meja depan belakang. Mengerti?” seru Bu Cita, guru Bahasa Indonesia dengan tegas. “Langsung duduk dekat dengan kelompok masing-masing, saya pilihkan topik, kalian bahas dalam satu lembar folio.”Ayla melambaikan tangan dengan wajah sedih pada Matari. Kali ini mereka tak sekelompok. Ayla dan Dinda harus bergabung dengan meja di depan mereka. Sedangkan Matari dan Praja, tentu saja bersama Beno dan Hafis.Bu Cita berkeliling membagikan kertas-kertas kecil berisi topik yang akan dibahas masing-masing kelompok. Kelompok Matari mendapatkan topik mengenai wacana busway. Tahun 2003, busway masih menjadi rencana pembangunan, belum tersinkronisasi dan melayani banyak rute seperti sekarang.Saat mengerjakan topik itu, Matari baru menyadari bahwa Hafis adalah anak yang sangat cerdas. Pengetahuannya luar biasa tentang berita dalam neg

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-30
  • Senandung Masa SMA   Bab 73 Kecemburuan Satu Sama Lain

    Praja seharian banyak diam. Matari tahu, pemandangan antara Davi dan Pipit tadi sebenarnya pasti sedikit mempengaruhi cowok itu. Sebenarnya Matari juga. Tapi dia sama sekali belum ingin percaya bahwa Davi dan Pipit ternyata bisa sedekat itu. Entah sejak kapan.Mengenal Davi, bukan hanya sehari dua hari. Matari tahu, Davi adalah cowok yang mudah tertarik pada cewek yang menurutnya menarik. Yah, rata-rata cowok memang seperti itu kan. Hanya saja, Davi nggak akan tanggung-tanggung, dia akan cari cara untuk mendekat ke si cewek dengan cara apapun. Dan lagi dia mudah terdistraksi dengan mudah. Hal itu pulalah yang membuat mereka putus dulu.Tak berhasil dengan Ayla, rupanya, Davi begitu cepat berpindah ke lain hati. Sifat dan sikap royalnya memang mampu dengan mudah membuat cewek manapun bersimpatik padanya, meskipun cuma sebatas teman. Meskipun Matari yakin, Davi punya tujuan lain selain hanya berteman.Matari merasa dia senasib dengan Praja di beberapa hal. Sayangn

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-31
  • Senandung Masa SMA   Bab 74 Ulang Tahun

    Menjelang ulang tahunnya yang ke-16, Matari tak banyak menginginkan apapun. Dia sempat meminta sepatu baru pada Ayahnya, namun, dia tahu, keinginannya bisa saja baru akan terwujud beberapa saat kemudian.Di keluarganya, Matari sudah terbiasa untuk menunggu jika menginginkan sesuatu. Jika pun terburu-buru, dia harus mengusahakannya sendiri dengan cara yang benar.Ulang tahun Matari akan jatuh di hari Sabtu. Itu tandanya, dia berada di rumah. Dia merasa beruntung, tak harus bertemu dengan teman-temannya. Tak mungkin Matari tak mentraktir mereka sesuatu.Praja saja yang uang sakunya pas-pasan juga beberapa kali membelikannya es milo. Hafis dan Beno jangan ditanya, kadang, mereka membawa sisa makanan pesta di rumah mereka yang melimpah ruah, untuk dibagi-bagikan ke teman sekelas.Dinda? Gadis itu beruntung meskipun mereka sama-sama single parent. Ibunya jago memasak, jadi saat ulangtahun beberapaa saat lalu, Dinda membagikan nasi kuning kotakan ke selur

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-03

Bab terbaru

  • Senandung Masa SMA   Epilog

    Dentingan alat musik keyboard mengalun pelan. Matari tahu itu intro lagu Hoobastank-The Reason. Tak seperti versi aslinya, ada intro tambahan panjang dari gitaris klasik setelahnya.Café rumahan yang tak terlalu besar di bilangan Jakarta Selatan, yang sebagian besar bertema outdoor, memamerkan sound system-nya yang minimalis tapi berkualitas. Café itu penuh dengan siswa-siswi kelas 11 IPS 1, yang salah satu siswinya mengubah café sedemikian rupa sehingga bisa menampung kurang lebih 50 orang.Matari baru tahu, Priscilla punya café rumahan kecil di depan rumahnya. Ulang tahun sweet seventeennya kali ini, diadakan di café rumahan miliknya sendiri. Waitress-nya saja terbatas, karena dari kalangan keluarga sendiri.“I'm not a perfect person… There's many things I wish I didn't do…,” si vokalis mengawali dengan suara yang mirip-mirip penyanyi aslinya, serta merta mem

  • Senandung Masa SMA   Bab 183 Calm Down

    Entah bagaimana Arai dan gengnya menyelesaikan permasalahan mengenai Sindhu. Namun, seminggu kemudian, Sindhu masuk dengan beberapa plester serta perban di wajah dan kakinya, setelah sebelumnya dia tak masuk 2 hari. Dia mengaku jatuh dari sepeda motor yang dikendarainya. Tapi Matari tahu, itu ulah Arai dan para cecunguk GWR.Yang lebih menakjubkan, Sindhu sudah tak berani menatap Matari secara terang-terangan. Sesekali jika kepergok, dia langsung memalingkan muka. Dia juga berubah menjadi lebih pendiam dan tak banyak omong seperti sebelumnya.“Rai, lo apain sih dia?” tanya Matari saat jam pelajaran olahraga berlangsung.Arai yang sedang menunggu giliran sepakbola, hanya tertawa-tawa.“Udah gue bilang kan, kalo permasalahan kandang sendiri mah nggak akan ketahuan. Gue jamin,” jawab Arai mengambang.“Dia bilangnya jatuh dari motor, itu beneran?” tanya Matari.“Ya enggaklah.”“Trus?&r

  • Senandung Masa SMA   Bab 182 Cerita Arai

    Setelah menceritakan semua yang dia dengar dari Daffa, wajah Arai tampak konyol. Dia malah setelah itu tertawa-tawa. Gigi taringnya, yang dulu menarik, sekarang terlihat menyebalkan bagi Matari.“Tenang, Ri. Tenaaaang aja. Gue mau kasih tahu kabar mengejutkan soal dia buat lo,” kata Arai kemudian.“Apaan tuh?” tanya Matari.“Kalo ada tambahan cerita gini, gue jadi ikutan pengen mukulin dia.”Matari tampak bingung. Arai kemudian melanjutkan bicara.“Jadiiii, anak-anak GWR itu mau mukulin dia udah lama. Kayanya sih minggu depan bakalan mukulin dia.”“Hah? Rame-rame?”“Iya, tapi aslinya tetep 1 lawan 1 lah, cuma emang kita dateng bareng-bareng. Mukulinnya gantian aja.”Matari bergidik takut.“Hei, udah biasa kaya gini di geng gue. Target sekolah lain emang lagi dipending dulu, mengingat kita diawasin banget kan sekarang sejak desas-desus peredaran

  • Senandung Masa SMA   Bab 181 Curhatan Matari

    Matari menghela napas, saat malam minggu itu, Arai untuk kesekian kalinya muncul lagi di rumahnya. Hebatnya, Tante Dina sekarang akrab dengannya. Bahkan Ayah, juga secara terang-terangan menyapa dengan lebih ramah seperti saat menyapa teman-teman perempuan Matari.Ayah bahkan tak pernah ramah pada Iko, tetangganya. Ataupun Praja, yang dulu sering mengantarkannya perempuan.“Elo kenapa tobatnya pas udah putus, bego? Nggak inget lo dulu nggak berani masuk ke sini?” ledek Sandra yang akan pergi bermalam mingguan dengan Cakra, seperti biasanya.“Diem aja lo bawel! Kan gue udah sering bilang, kalo statusnya temen, lebih santai,” jawab Arai membela diri.Matari cuma terkekeh dan memberikan asbak pada Arai. Cowok itu sedang merokok di sudut teras.“Auklah, gelap! Gue ke sebelah dulu ya, mau fotokopi dulu. Si Cakra nanti ngejemput di situ. Gue udah bilang nyokap sih, Ri,” kata Sandra sambil membuka pagar.Matari m

  • Senandung Masa SMA   Bab 180 Kejuaraan Basket Antar Sekolah

    Seluruh SMA Negeri dan Swasta yang mendaftar, akan datang bertanding di sekolah Matari secara bergantian merebutkan piala Basket antar SMA se-DKI. Seperti biasa, untuk acara pembukaan, banyak ditampilkan acara-acara penghibur seperti tari tradisional, paduan suara hingga cheers yang Bersatu dengan para breakdancer.Dari tempat duduk penonton, Matari bisa melihat bahwa Sindhu cukup mahir beratraksi meskipun tubuh cowok itu tak setinggi yang lain. Mengingat proporsi tubuhnya juga tambun.“Gue kaya liat bola hidup lagi beraksi tahu nggak?” ledek Kian berbisik pada Matari.Matari cuma tertawa kecil. Matari sejujurnya tak terlalu fokus. Karena acara ini, dia sebenarnya juga didapuk jadi panitia bergabung dengan para volunteer dari sekolah lain.Namun, karena dia ditunjuk ambil bagian di keamanan acara, tugasnya hanya mondar-mandir di area penonton, area sekitar lapangan, area luar dan lain-lain. Patrolilah istilahnya.“Gue patrol

  • Senandung Masa SMA   Bab 179 Cerita Daffa di Siang Hari

    Jam kosong hadir setelah sekian lama. Matari dan teman-teman di kelasnya bergiliran ke kantin untuk diam-diam membeli makanan. Sesuai arahan Daffa, agar pergi tak bersamaan dan cepat kembali. Berjaga-jaga kalau ada guru piket yang datang mengecek tugas yang diberikan.Dalam beberapa hal, Matari sudah mulai enjoy ada di kelas ini. Meskipun saat istirahat, dia akan nongkrong dengan Praja cs, namun, kelas ini tak terlalu buruk, meskipun Sindhu membuatnya tak nyaman.Matari baru kembali dari kantin, duduk bersama berdekat-dekatan dengan Kian, Yana, Priscilla dan Anya. Mereka sedang heboh membahas cerita hantu yang sedang hits menyebar di kalangan sekolah mereka. Kisah ini dialami oleh para anak kelas 10 yang kemahnya kali ini diadakan di sekolah, karena permintaan para wali murid.Sebagian besar dari mereka merasa keberatan diadakan di bumi perkemahan yang biasanya. Mau tak mau, akhirnya kemah diadakan di sekolah dengan mendirikan tenda di tepi-tepi lapanga

  • Senandung Masa SMA   Bab 178 Sindhu dan Jawabannya

    “Jadi, gue punya kakak perempuan. Kebetulan dia udah almarhumah. Sakit. Nah mukanya itu mirip banget sama Matari,” kata Sindhu mengawali. “Waktu kelas 1 alias kelas 11 dulu, pas liat dia nyanyi di kemah, gue sempet kepikiran. Tapi waktu itu gue tahu, Arai lagi mulai ngedeketin dia juga.”Daffa sedikit terenyuh saat Sindhu mulai bercerita bahwa Matari mirip dengan almarhumah kakak perempuannya.“Karena sekarang kita sekelas, gue jadi bisa perhatiin terus, jadi gue jadi beneran demen sama dia. Apalagi lo liat perhatiin deh bro, toket dia lumayan gede,” kata Sindhu sambil meraba dadanya sendiri. “Paslah sesuai sama tipe-tipe gue.”Daffa yang tadinya sedikit luluh kemudian berubah menjadi merasa jijik. Daffa tak tega jika harus menjelaskan perihal itu pada Matari. Daffa juga punya ibu dan kakak perempuan yang sangat sayang padanya. Dia tak bisa membayangkan jika kakaknya diperlakukan seperti ini oleh teman sekelasnya.

  • Senandung Masa SMA   Bab 177 Investigasi Daffa

    Daffa selesai mengabsen teman-teman satu kelas. Setelah Matari meminta bantuannya kemarin, Daffa jadi benar-benar menyadari ada yang tak beres dengan Sindhu. Apalagi saat selesai mengabsen barusan, saat Daffa memanggil nama Matari, Sindhu secara otomatis menoleh. Hal itu dia perhatikan, berlangsung dengan pasti selama 2 minggu berturut-turut setiap kali Daffa mengabsen.Keanehan lainnya, saat Matari harus menulis di depan sebagai sekretaris, Sindhu selalu memperhatikannya. Saat dia bengong memperhatikan, Daffa akhirnya bertanya juga. Sindhu bilang, karena tulisan Matari tak terlalu terlihat jelas di matanya yang minus, makanya dia hanya bisa bengong sambil memperhatikan papan tulis saja.“Kenapa lo nggak pake kacamata aja?” tanya Daffa.“Nggak, ah, kaya lo gitu? Nggak mau. Gue kan ikut ekskul breakdance sekarang, susah kalo pake gituan. Gue mah pake softlense aja, cuma ya tetep nggak maksimal. Minus gue udah gede,” jawab Sindhu d

  • Senandung Masa SMA   Bab 176 Bantuan Daffa

    “Eh, Matari! Lagi liatin apa lo? Serius banget?” tanya Daffa.“Kaget gue, Daf,” sahut Matari yang menyadari Daffa tiba-tiba berdiri di sebelahnya.“Elo sih serius banget. Coba gue liat, baca apa sih lo?”“Itu, lomba nulis cerpen.”“Wahhh, iya! Ikut lo? Mayan tuh hadiahnya! Laptop sama HP!”“Gue sih ngincer laptopnya. Kalo HP sih ya udahlah ya, gue udah punya.”“Heiii, itu HP seri terbaru! Udah berkamera pula. HP lo kan masih jadul, kenapa enggak?”“Iya juga sih. Juara berapa aja sih untung aja ini mah! Juara 3 sampe Harapan aja uang cash! Mayan juga kan?”“Iya, udah coba aja dulu! Lo kan ada bakat, jadi mending maju dulu aja. Kalopun nggak menang, ya udah nggak papa, nambah pengalaman. Kalo menang sih bonuslah, piagam itu bisa dipakek lho buat daftar uni nanti. Bisa ngebantu lo.”“Masa sih, Daf?”

DMCA.com Protection Status