10. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Ada Yang Mengintai Penulis:Lusia Sudarti Part 10 ***"Sabar ya Ma, kita masih di Sayang Allah. Mungkin dengan ujian ini, kita bisa lebih mendekatkan diri kepadanya," Suami memberi wejangan. "Mama selalu sabar Pa, selaluu sabar. Demi Papa dan Anak-anak," senyumku mengembang. Keesokan harinya, saat kami berangkat. Bos mobil menghentikan perjalanan kami. "Mas, sudah selesai mobilnya?" tanyanya. "Iya sudah bos," jawab Suami datar. "Oh iya, ini Mas uangnya, terima kasih banyak ya Mas? Kurangnya saya minta, kalo lebih buat Nayla!" sambungnya lagi sembari menyodorkan sejumlah uang. "Iya makasih bos," suamiku berbasa-basi. "Sama-sama Mas, oh iya masih kerja di yang jauh?" tanyanya. "Iya bos, belum selesai, ya udah saya pamit dulu, masih jauh perjalanan!" Suamiku berpamitan. "Iya Mas, silahkan!" ia memberi jalan buat kami. Lalu kami melanjutkan perjalanan. "Ma, apa bannya kempes ya?" ia menunduk untuk memastikan kalo beneran kempes. "
11. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Tetap Bersyukur Penulis: Lusia Sudarti Part 11 RATE 18++ *** Hatiku mencelos melihatnya begitu menderita, tak seperti Anak-anak sebayanya yang tak pernah kekurangan. Alhamdulillah buat makan masih ada walau pun ala kadarnya. Jauh dari kata mewah, tapi seenggaknya, tidak kelaparan. Jika keadaan seperti ini terus, aku tak tau, bisa apa tidak aku menyekolahkan Anak-anakku kelak. Yang penting aku dan Suami akan terus berusaha untuk mereka, sampai titik darah penghabisan ....! Huuffft! 'Ya Allah Ya Robb ... berilah sedikit rizqi-Mu untuk kami. AMIIN. Pukul 15:05 saat Suami pulang dari kerja.Aku termenung, apa yang akan kulakukan sekarang ini? Entahlah aku juga tak tau? "Assalamualaikum Ma," ia mengucap salam ketika sampai di depan rumah. "Waalaikumsalam Pa!" kusambut dan kuraih tangannya untukku cium takzim. "Kemana Anak-anak Ma? Kok sepi?" ia celingukan mencari kesana-sini keberadaan Anak-anaknya. "Main Pa!" sahutku dari dalam men
12. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Jangan Tinggalin Papa Ma Penulis:Lusia SudartiRATE 18++++ Part 12 ***Aku begitu geli melihat tingkah Dewi. Ingin cepat keluar dari persembunyian, tapi kutahan dulu. "S1nt1n9 kamu Wi, bisa-bisa dijadiin besi sama Suci," ucap Endang. Aku mendengarkan dari balik persembunyianku dipinggir jalan dibalik rerimbunan bonsai pagar. "Aku nggak takut Ndang sama Suci," ujarnya sinis. "Oh ya, benarkah? Kamu nggak takut?" seru Endang menatap lekat kearah Dewi yang tersenyum penuh arti. Emosiku semakin tak terbendung, aliran darahku seperti lava panas yang siap meledak dari dadaku. Kedua tanganku terkepal, rasanya ingin sekali aku memberinya pelajaran yang takkan pernah dia lupa. Ku atur nafas, untuk meredakan sedikit amarah yang memuncak.Dengan langkah tegas, kuhampiri mereka berdua. Tentu saja mereka kaget bukan kepalang. Terlebih Dewi sang janda genit, penggoda Suami orang. "Su-Su-Suci ... ," Endang gugup dan ketakutan. Sedang Dewi wajahn
13. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Maaf, Tolong, Terimakasih Penulis: Lusia Sudarti Part 13 ***"Adek cali Mama, tapi kata Mbak, Mama beli sabun, ya udah Adek main sama Mbak, sekalang Adek pulang," cerocosnya. "Terus, sekarang Adek lapar?" tanyaku. "Iya Adek lapel Ma," ujarnyacsambil bergelayut manja. "Ya udah, Adek makan dulu, habis makan Mama punya hadiah, tapi harus makan dulu," aku mau memberikan hadiah kecil, berupa susu kotak. "Oke, siaap Ma!" ia begitu antusias mendengarkan kata-kataku. Aku dan Suami tersenyum bangga. "Ini makannya!" aku memberikan sepiring kecil nasi, sayur serta tempe goreng. "Adek cuci tangan dulu ya Ma!" katanya sambil berjalan menuju tempat cuci tangan. Aku tersenyum dan mengangguk. Setelah Nayla selesai makan, kedua Kakaknya pulang dari bermain, kemudian mereka pun ikut makan, karena memang sudah waktunya makan siang. "Mbak, Mas, Adek mau di kasih hadiah lho sama Mama, iya kan Ma?" Nayla memberi tau kedua Kakaknya. "Iya Ma ... ?" s
14. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Kapankah Semua Ini kan Berakhir? Penulis : Lusia Sudarti Part 14*** Sedang Dewi, wajahnya langsung merah melihat perlakuan manis Suami kepadaku.Tanpa pamit ia langsung pergi begitu saja. "Dasar janda gatel," umpat Mbak Mita, yang melihat Dewi nyelonong pulang tanpa pamit. "Hust nggak baik bilang gitu Dek," Mas Cipto menasihati Istrinya. "Biarin aja, memang kenyataannya. Hemm, apa jangan-jangan Mas ada hati ya sama Dewi?" ketus Mbak Mita, dengan wajah yang memerah menahan amarah. "Astagfirrulah Dek, ngomong apa sih? Malu sama Mas Iman dan Mbak Suci!" tegasnya kemudian, ia menatap kami dengan raut wajah memerah. Kami pura-pura tak mendengar dan pura-pura tak melihat. Dalam hati aku membathin, ternyata bukan hanya aku yang tak menyukai sikap Dewi. "Maaf ya Mas, Mbak, kalo suasananya jadi kurang mengenakkan?" ujar Mas Cipto. "Aahh biasa Mas, Istri saya juga suka begitu, malah lebih parah Istri saya Mas, hehehe," seloroh Suamiku, dan
15. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Selalu Bertahan Penulis: Lusia Sudarti Part 15 *** "Siap Mas, jadi bagaimana nih? Langsung kita selesaikan pembayarannya oke?" sambung bos. "Boleh bos, kebetulan lagi kismin banget nih, hehehe," canda Suamiku disambut gelak tawa bos dan Istrinya.Setelah beres semua dan kami pun berpamitan, setelah Suami berpesan untuk tetap merayen mobil selama 12 jam.Akhirnys kami sampai rumah, aku dan Suami menghitung sisa uang dari bos. Ternyata cukup untuk bayar kontrakan dan beli sembako selama dua minggu. "Ma, ini dibagi-bagi dulu ya, asal cukup untuk makan dan bekal selama kita kerja ditempat baru. Sisanya untuk bayar lampu dan kontrakan!" ujarnya menyerahkan uang hasil kerja. "Iya Pa, alhamdulillah, tetap harus disyukuri seberapa pun itu!" sahutku. Suami mengangguk. *** Kebetulan hari masih siang, saat kami sampai rumah. Anak-anak sedang melakukan aktivitas hariannya, belajar sebentar sepulang sekolah, sementara Nayla tidur siang. Aku ber
16. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Ujian Belum Berakhir Penulis: Lusia Sudarti Part 16 *** "Ma, tolong percaya Papa ya!" diraihnya tanganku dan digenggamnya hangat. "Udah Pa, Mama nggak mau disentuh Papa, karena tubuh Papa bekas pelukan Dewi!" emosiku kembali memuncak, saat ingat Dewi memeluknya dari belakang. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Teriknya matahari membuatku harus beristirahat di saung yang ada di bengkel. Keringat membanjiri seluruh tubuhku. "Ma, Adek ngantuk, Adek mau bobo ya?" rengek Nayla kepadaku. "Aduhh bidadari Mama ngantuk, ya udah sini bobo, Mama temani dulu!" jawabku sambil menyusun tempat untuk Nayla bobo. "Anak gadis Papa ngantuk ya, Papa kipasin ya!" sahutnya seraya ngipasin Nayla pakai potongan kardus. Tak lama kemudian ia pun terlelap. "Percayalah Ma, Papa nggak akan menyakiti Mama, apa pun yang terjadi," ungkap Suamiku dengan lirih sambil menatapku dengan tatapan sendu. Aku bingung dengan hatiku sendiri, padahal jelas aku meliha
17. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Ternyata Begitu Lelah Penulis: Lusia Sudarti Part 17 *** "Iya Yar, mau bayar helper nggak sanggup, jadi bawa helper yang gratis," Suamiku membalas candaan mereka, sedang aku pun tersenyum. "Adek juga ikut ya?" tanya Kakak perempuan Yarli. "Iya Wak, Adek ikut," Nayla menjawab sambil tersenyum malu.Membuat semua orang pun tersenyum dan gemas. Sementara aku menyiapkan kunci-kunci, Suami dibantu pemilik mobil membuka dan memeriksa semua kerusakan. Nayla bermain dengan teman barunya.Hari ini ngecek alat apa aja yang perlu diganti. "Yar, ini semua harus diganti, poring dua, satu set ring piston, pak deksel, lem silicon!" ujar Suamiku sambil menunjukkan semua yang perlu diganti. "Oh iya Mas, besok ikut belanja ya Mas?" Yarli mengajak serta Suami. "Oh iya, block juga harus di skrensap, askruk harus ganti," sambung Suami lagi. "Jadi kira-kira berapa Mas biaya semua?" tanya Yarli sembari meneliti alat-alat mobil. "Kalau itu saya nggak