SEPASANG SAHABAT YANG SAMA- SAMA JATUH CINTA!
Pagi ini, Arumi datang menyusul Steven di kolam renang. Semalam lelaki itu sudah memintanya untuk datang ke kolam sejak jam delapan pagi. Arumi pun menurutinya, dia meluangkan waktu beberapa jam sebelum masuk ke kantor. Saat memasuki kolam, terlihat suasana sepi. Tak ada satupun orang di sana. Arumi celingak celinguk ke kanan kiri mencari lelaki itu."Kau di mana Steven? Steven!" teriak Arumi datang di kolam renang. Hening tak ada jawaban."Sialan! Apa dia mengerjaiku?" gerutu Arumi. Arumi pun mulai berjaan meninggalkan kolam renang dengan hati yang dongkol. Sebelum benar- benar pergi dia ingin mengambil Hp untuk menghubungi Steven. Baru saja Hp itu di pegangnya, tiba -tiba ada seorang lelaki memanggilnya."Arumi!" teriak lelaki itu. 'Byurrrr' seseorang masuk ke dalam kolam renang secara tiba- tiba. Arumi langsung menoleh, melihat ke arah kolam renang. Nampak seorang lelaki yaang amat sangat di kenalnya beBAJU KEMEJA BERCAP BIBIR MERAH ITU DI MANA? Tanpa menjawab, Arumi menoleh menatap wajah Steven dengan tajam. Lalu tiba- tiba Arumi makin mendekat. Namun Aruni langsung mengecup bibir Steven. Mendapat perlakuan seperti itu tentu membuat Steven langsung terkejut dengan perlakuannya. Mengingat ini juga pengalaman pertama kali bagi Steven berpacaran."Sudah jelas kan sekarang? Bagaimana menurutmu hubungan kita?" tanya Arumi. Steven tersenyum."Kalau begitu coba cium lagi! Mungkin aku akan paham," goda Steven dengan usil. Baru saja, Arumi hendak mendekatkan wajahnya pada Arumi. Tiba- tiba saja HP Arumi berbunyi. Arumi pun langsung mengambil HP dalam tasnya membatalkan acara ciuman kedua kali itu."Tunggu sebentar ya, Hp aku berbunyi!," kata Arumi sambil mengangkat telponnya dengan menggeser layar HP."Halo Aruna! Ada apa?" sapa Arumi."Arumi dengar, program kita di setujui!" pekik suara di sebrang."Benarkah?" sahut Arumi lagi."Benar, aku baru
PELECEHAN SEKSUAL DALAM LIFT! Entah mengapa dia sengaja menaruhnya begitu saja untuk di tanya oada Dion namun lupa dan tak sempat sampai sekarang. Hendi ingat jika kemarin menaruhnya di tumpukan baju kotor. Hendi pun mencoba mencarinya."Ck! Di mana ya kemeja itu?" batin Hendi sambil berusaha mencari baju kemeja dengan cap lipstik merah di bahu depannya. Setelah cukup lama mengubrek ruang wadrobe itu, akhirnya Hendi menemukan kemeja itu menyempil di antara tumpukan kemeja yang memang sudah di sortir oleh dirinya. Dengan senyum sumringah, Hendi pun berbalik badan. Dia melihat presiden direkturnya itu masih asik bercermin."Sepertinya presiden direktur ini benar- benar sedang jatuh cinta di puber keduanya," ledek Hendi dalam hati."Untung saja tidak aku laundry kau kemarin," kata Hendi pada baju itu dan menyerahkannya pada Dion."Lagi kali ini aku memuji kinerjamu, Hendi!" puji Dion. Dia pun segera mengambil kemeja itu dan pergi ke pusat perbelanjaa
TATAPAN DINGIN WANITA ITU!"Lihat lah, Dik! Lelaki seperti itu benar -benar manusia sampah! Adikku, beritahu ya! Kalau lain kali kau bertemu dengan suatu situasi seperti di lift tadi maka aku pesan padamu, kau jangan takut lagi! Kau punya harga diri! Maka berteriak lah," perintah Aruna."Karena semakin kau ketakutan dan diam, pelaku pelecehan seperti itu akan semakin senang dan makin gencar mengganggumu," kata Aruna menasehati gadis kecil itu. Ada berbagai macam pelecehan seksual yang masuk kategori ini, seperti catcalling, menggesek-gesekkan anggota tubuh, meraba-raba, hingga menatap dengan mata genit. Beberapa kasus lainnya mungkin juga terjadi di ruang publik, bahkan saat banyak orang di sekitar. Namun, tidak banyak orang yang tahu harus melakukan apa saat melihat seseorang mendapatkan perlakuan ini karena banyaknya pertimbangan tentang dampaknya bagi diri sendiri. Saat kita melihat seseorang mengalami pelecehan seksual, cobalah untuk mengalihkan perhatian korba
TANTE GIRANG VS BERONDONG GARANGAN? Tak lama kemudian mobil polisi itu pergi membawa pelako pelecehan dan wanita yang menjadi korbannya. Namun tak sengaja mata Aruna melihat seorang wanita yang amat sangat di kenalnya. Aruna heran mengapa wanita itu ada di posisi ini? Bahkan wanita itu tak ingin menghampiri Aruna. Padahal mereka saling mengenal."Mengapa dia mendadak ada di sini ya?" batin Aruna dalam hati. Dia cukup penasaran bagaimana mungkin Mei- Mei ada di depan hotel itu tanpa menyapa Aruna. Bahkan saat Aruna melihat wanita itu dan ingin menghampirinya, justru Mei- mei melenggang pergi. Aruna hanya menatap punggun wanita itu yang mulai pergi. Tiba- tiba lamunan Aruna buyar, saat ada seorang wanita yang datang dan menpuknya."Mengapa kau bisa terlibat dalam masalah ini?" tegur Arumi yang menghampiri Aruna itu sambil menepuk pundaknya."Eh! Ah, anu kenapa kau sampai turun ke sini, Arumi? Aku kan sudah bilang padamu. Kau tidak perlu mencariku! Aku akan
APAKAH DIA JUGA MENCINTAIMU?Mendengar Arumi mengatakan sayang di depan Aruna, dia pun langsung salah tingkah dan malu-malu. Sontak saja, perbuatan Steven dan Arumi itu membuat Aruna geli sendiri."Aku minta maaf sekali! Tapi bisakah kalian menghentikan semua kalimat yang romantis di depanku? Maaf sekali, namun aku agak tidak terbiasa," kata Aruna lagi sambil cekikan"Kenapa kau iri ya? Iri bilang saja! Iya kan, Sayang! Muaccch!" kata Arumi mengecup cium jauh Steven."Muah!" balas Steven pun langsung membalas kecupan itu dengan ciuman jauh juga."Aduh! Kenapa kalian semua seperti ini?" ucap Aruna sambil memandang ke arah keduanya. Mereka pun makan sore bersama sambil bercanda sesekali. Menghabiskan waktu bertiga, Aruna cukup senang dengan hubungan Arumi sekarang ini. Setelah makan sore bersama, Aruna pun segera pulang. Dia harus segera menyiapkan Bima untuk makan malam bersama Dion. Dion sengaja sudah datang di tempat makan itu lebih awal. Sengaja
HILANG NYA BIMA!Selly hanya mengangguk setuju dan menerima uluran minuman itu. Dia mencicipi susu hangat yang di belikan oleh Rendi tadi. Dia memandang wajah Rendi dengan tatapan mendalam."Oh ya, Dok. Bolehkah aku bertanya?" tanya Selly."Silahkan," sahut Rendi."Orang yang kau bilang kau sukai sebelumnya padaku itu. Apakah dia juga menyukaimu?" tanya Selly."Tidak," sahut Rendi."Hah? Dia tidak mencintaimu? Bagaimana mungkin? Wahhh! Bagaimana bisa ada seorang wanita yang tak tergoda olehmu? Ck! Ck!" kata Selly. "Kau tak sakit hati, Dokter Rendi?" tanya Selly lagi. Rendi melihat ekspresi dan ucapan Shelly yang sewot. Hal itu membuat Rendi tertawa sedikit renyah. Namun dia menggelengkan kepalanya lemah."Tidak," jawab Rendi."Kenapa bisa kau tak marah? Kenapa kau hanya diam saja. Bagaimana bisa? Kau sudah menyukainya, tapi dia tak bisa menyukaimu," ucap Selly. "Selly dengar, saat kau menyukai seseorang orang itu, kau tak bisa menu
PELUKAN DION UNTUK BIMA DAN ARUNA!"Baik, Pak Dion," jawab Aruna melepaskan pelukan Dion."Kabari aku juga kalau kau sudah ketemu!" pesan Aruna."Jangan tergesa- gesa, Aruna!" teriak Dion melihat Aruna berlari diantara kerumunan orang. Aruna dan Dion pun berpencar. Mereka saling mencari keberadaan putranya itu. Mneyibak semua gerombolan pengunjung bazar UMKM. Bazar itu lumayan besar karena tingkat Jawa Timur. Bazar UMKM merupakan salah satu program pemberdayaan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah untuk memastikan ketahanan dan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas serta berkeadilan. Semua masyarakat yang hadir merasa seang untuk ikut mendorong pengembangan UMKM dengan berpartisipasi dan membeli produk-produk hasil UMKM pada Bazar ini."Permisi! Apakah kalian melihat anak ini?" tanya Aruna."Anak ini memakai baju jas anak, tingginya kira- kira segini," sambung Aruna. Semua orang menggelengkan kepalanya. Aruna tak putus asa, dia terus berusaha men
PERASAAN RINDU?"Sudah Bim! Jangan menangis lagi! Jangan menangis lagi," kata Aruna sambil terus menangis begitupun dengan Bima."Cup! Sudah, jangan menangis. Sudah! Sudah!" kata Dion."Maafkan Ibu ya, Bima. Tidak seharusnya Ibu memarahimu, jangan menangis lagi," ujar Aruna. Mereka pun lantas pulang bersama. Dion mengambil mobilnya, saat di perjalanan Bima tidur dalam pangkuan Aruna. Aruna pun mencium dan memeluk Bima dengan erat seperti takut kehilangan sepanjang perjaanan. Dion menggotong Bima dan menidurkan di kamar Bima. Aruna memandangi wajah putranya lalu berpindah pandangan ke arah Dion. Memang benar- benar mirip."Kenapa kau memandangku seperti itu?" tanya Dion merasa salah tingkah."Mari kita ke luar!" ajak Dion mengajak Aruna keluar. Aruna menganggukkan kepalanya dan mereka berjalan keluar. Aruna membuatkan dua gelas susu hangat untuk dirinya dan Dion. Setelah selesai dia menyerahhkan satu gelas susu hangat untuk Dion."Minum lah, Pak