USAHA DION MERAYU ARUNA!Di sisi lain, sekarang sekertaris Arumi mendatangi ruangan kerjanya sambil membawa tabel kegiatan hari ini serta jadwal pekerjaan Arumi untuk seminggu ke depan. Dia memang sekarang memutuskan mencari satu sekertaris sekaligus personal asistennya, untuk memudahkan nya dalam bekerja."Bu Arumi, Pak Surya dari PT. Gudang Gula, ingin mengajak Anda makan malam, katanya dia ingin membahas masalah pekerjaan- pekerjaan. Apakah Ibu Arumi bersedia bertemu dengannya? Jika memang iya saya akan mengosongkan jadwal untuk Ibu di malam ini karena kebetulan ada satu jadwal yang kosong," kata sekertarisnya."Ck! Alasan klasik, beberapa kali kami bertemu dengannya tapi apa yang bisa aku lakukan? Setiap kali makan dengannya aku sama sekali tak pernah berbicara pekerjaan dengannya dia selalu membahas dirinya dan harta- hartanya. Banyak omong dan membual! Membuatku muak," ujar Arumi.'Ting' satu pesan masuk di HP Arumi, dia melihat sekilas siapa yang mengirim pesan padanya. Tak l
SEMALAM BERSAMA TUAN PRESDIR![Aruna, apakah kau sibuk malam nanti? Bagaimana kalau kita dinner keluarga bertiga, kau, aku, dan anak kita.]Lagi, Aruna tak membalas pesan Dion. Dia justru tiba-tiba ikut les olahraga tinju, entah mengapa dia berpikir untuk memerlukan olahraga ini. Dion hanya bisa terdiam, percuma sekarang sepertinya membujuk Aruna dengan chat WA. Aruna benar-benar marah kali ini, dia bingung ketika orang sudah mendiamkannya. Padahal biasanya dia cerewet sekali untuk mengingatkan ada rasa kehilangan yang dirasakan oleh Dion.Sangking frustasinya Dion sampai browsing hal-hal yang menurutnya konyol, dia mencari tahu di internet apa yang harus dilakukan ketika pacar marah. Padahal seperti itu tak akan pernah dia lakukan, rasanya jika bukan Aruna dan kepepet oleh keadaan ini Dion tak akan melakukannya."Sebenarnya hubunganku apa ya dengan Aruna? Apakah aku harus mengetik mantan istri? Tapi kami belum menikah. Atau apa ya?" batin Dion dalam hati. Tak lama
TUAN PRESDIR GILA!"Hendi bilang ada film kartun baru bagus yang baru lounching malam ini," sambungnya."Baik aku sudah lama tidak menonton bioskop," jawab Bima."Ibu! Bolehkah kita pergi setelah selesai makan?" tanya Bima.Dion mendekati Aruna perlahan dengan memanfaatkan Bima seperti saran Hendi. Suka atau tidak, meskipun bukan tipikalnya berbuat seperti ini namun Dion rela melakukannya ketika Aruna marah, kecewa, dan bersikap diam. Meskipun Aruna menunjukkan sikap marah, Dion sadar semakin dia bisa menyebabkan kekesalannya bertambah karena merasa diabaikan. Sebab itu, dekati dia secara perlahan namun pasti untuk bisa meluluhkan hati perempuan yang sudah kecewa. "Ya baiklah, kau boleh pergi dengan Ayah Baik tapi selesaikan makanmu," jawab Aruna dengan santainya.Tentu saja hal itu membuat Bima tersenyum penuh arti dan saling berpandangan pada Dion. Tanpa sepengetahuan Aruna, Bima dan Dion melakukan tos di bawah meja. Aruna memandang dengan heran sambil menggelengkan kepalanya."A
Aruna Kencan Dengan Siapa"Arumi," panggil Steven."Aku merindukanmu," ujar Steven lagi."Berhenti di sana! Jaga jarak denganku dan katakan!" perintah Arumi."Bulshit! Kalau memang benar apa yang kau katakan itu, sekarang aku tanya, kenapa kau tidak mengangkat teleponku dan membalas pesanku? Hah?" bentak Arumi dengan emosi."Aku salah mengira kak Aruna yang membunuh Kakak kandungku, Seruni. Saat aku ingin menghubungimu lagi, aku bingung. Aku takut hubunganmu dan Kak Aruna memburuk karena ku, seperti nasib hubungan Pak Dion dengan Kak Aruna yang makin memburuk juga akibat rasa egoisku! Aku hanya tidak tahu harus bagaimana di hidupku, Arumi. Jadi aku memilih untuk diam," jelas Steven."Hah! Kau ini lucu sekali. Bukankah masalah Kak Seruni itu urusanmu dan Kak Aruna? Kenapa kau melibatkan aku? Ini masalah kalian!" sanggah Arumi."Aku hanya takut jika masalah ini tidak selesai, Arumi," ujar Steven."Halah basi. Semua hanya alasanmu saja. Kau harusnya tahu bahwa aku tak akan meminta putus
SEMUA BUKAN HANYA TENTANG PASANGAN!"Mengapa Ayah Baik ini tidak pandai sekali mengambil hati orang?" keluh Bima. Dion tersenyum penuh arti. Dia memang Bima kecil, memang benar-benar duplikatnya. "Kalau begitu Aruna kencan dengan siapa ya?" gumam Dion.Hari ini Aruna menghabiskan waktu dengan Arumi. Dia mendapatkan telpon Arumi yang menangis tersedu sedan. Dia tak mau menyalahkannya, karena tahu Arumi sangat mencintai Steven. Lalu tiba- tiba putus."Ck! Kau jangan menangis seperti itu, Arumi. Kau sudah tua, jadi kau tidak seharusnya bertingkah seperti cabe- cabean begini. Jangan membuatku menyesal karena mengangkat telepon darimu," keluh Aruna."Jika kau tidak datang, bukankah kau juga sendirian menghabiskan malammu. Kau harus bersyukur juga karena aku menghubungimu. Kita ini sama- sama harus saling mengasihani diri kita sendiri, kasihan sekali nasib kita sudah wanita tua tapi di permainkan oleh cinta," sahut Arumi meminum gelas sloki kosong."Arumi, sudah ku bilang Steven tidak mun
MISI MENGEJAR CINTA HARI PERTAMA."Dengarkan aku, Steven! Cepat atau lambat semua akan terjadi juga. Benar, Seruni adalah sebuah duri antara aku dan Aruna. Jadi jika duri ini tidak dicabut akhirnya kami akan sulit untuk bersama," kata Dion."Menurutmu kenapa wanita begitu aneh dan mudah berubah-ubah?" tanya Steven pada Dion.Bima hanya menyimak sambil melihat bergantian ke arah mereka. Dia hanya menghela nafasnya panjang, bukan tanpa alasan dia merasa saja mengapa orang dewasa itu aneh. Mereka sama- sama saling membutuhkan dan saling mencintai namun tidak mau mengakui."Beberapa hari lalu mereka masih baik-baik saja lalu tiba- tiba detik berikutnya dia bisa bilang putus. Tanpa alasan jadi langsung saja putus! Bagaimana bisa mereka melakukan itu? Bukankah itu tak masuk dalam logika, Pak Dion," keluh Steven."Lah kau jangan tanya hal itu padaku. Aku juga tak tahu, kau pikir aku sangat ahli dalam hal seprti itu? Kalau memang ahli pun aku tak akan melajang sampai detik ini," sahut Dion
MISI MENGEJAR CINTA KEDUA!Sesaat Aruna sampai di kantor dia melihat semua orang menatapnya sambil senyum- senyum sendiri melihatnya. Dia melihat ke arah badannya. Rasanya tak ada yang salah dengannya. Aruna masuk ke dalam ruangan, betapa terkejutnya dia melihat banyak buket bunga di ruangannya."HATTTCINGGGG!" Aruna langsung bersin.“Ahhhhh sialannnn! Hatcinggg! Hattciiingggg!!!!" aruna terus bersin.Aruna memang memiliki alergi serbuk bunga yang mengalami gejala yang mirip seperti pilek akibat paparan alergen. Meski begitu, ada beberapa perbedaan antara gejala alergi dengan gejala pilek. Alergi yang dikenal juga sebagai rhinitis alergi adalah salah satu jenis reaksi alergi yang muncul ketika serbuk sari atau tungau debu di udara masuk ke hidung dan mata. Kondisi ini bisa menyebabkan peradangan. Seorang bisa mengalami alergi ini ketika sistem kekebalan tubuhnya mengidentifikasi zat tidak berbahaya di udara sebagai zat berbahaya. Zat ini disebut alergen.Siste
MISI MENGEJAR CINTA TIGA"Bu Aruna! Ada paket untukmu," kata Mei mei masuk ke ruangannya."Paket? Terima kasih ya," ucap Aruna. Mei- Mei langsung menyerahkan paketan dalam box itu. Aruna segera membuka isinya berisi coffe dari star buck dengan cookies kesuakaan Aruna. Dia tersenyum namun seketika senyum itu luntur saat membuka cookiesnya. Di sana ada note kertas bertuliskan hal yang membuat senyum Aruna luntur."Minum dengan ini, maka kau akan menjadi manis. Bukan tanpa sebab karena minuman itu penuh dengan cintaku," gumam Aruna dalam hati. Bukannya tersanjung, justru Aruna jijik dengan ucapan itu. Tulisannya sangat berusaha untuk menunjukkan perhatian padanya, namun Aruna justru geli karena bukannya tersanjung justru itu adalah ungkapan narsistik paling tinggi. Entah bagaimana Dion bisa melakukan itu, sangat berlebihan dalam memperlakukannya. Di sisi lain, Dion sekarang menunggu dengan harap- harap cemas, bagaimana tidak padahal Dion dengan berani dan tid
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu