AYAH KANDUNG!"Pak Dion!" tegur Aruna."Kenapa?" tanya Dion dengan memasang wajah bingungnya."Aku harus bicara dengan Bapak!" bentak Aruna lagi sambil memandang ke arah Dion."Baiklah," ujar Dion dengan wajah pasrah sambil memandang ke arah Bima.Mereka pun meninggalkan ruang dapur umum. Mereka semua duduk di mja makan. Aruna mengambil laptopnya untuk membuat sebuah kesepakatan perjanjian dengan di tulis kertas. Aruna mulai mengetik sebuah perjanjian, tak sulit untuk Aruna membuat hal itu karena dia memang bekas bekerja sebagai sekertaris di Dion selamasepuluh tahun lebih/"Pak Dion, sekarang dengarkan saya baik- baik. Pertama agar tidak mengganggu istirahat Bima akses pintu hanya sampai jam dua belas malam! Maka mulai detik ini di sepakati bahwa lewat pukul jam dua belas malam pintu akan di kunci. Saya tidak akan pernah membukakan pintu untuk Pak Dion! Apapun alasannya," jelas Aruna sambil asik mengetik."Kedua ruang tamu, dapur, kamar mandi, balkon dan sebagainya termasuk area bers
SARAPAN KELUARGA IDAMAN DION?"Aku tahu Ayah Rendi bukan Ayah kandungku! Sedangkan Ayah Baik barulah Ayah kandungku," ujar Bima."Kau memang anakku! Hebat sekali," kata Dion sambil bertepuk tangan.Dia cukup kagum dengan Bima yang bisa menangkap hal- hal seperti itu di usianya yang baru menginjak lima tahun kurang."Kau tahu kan betapa hebatnya genetik seorang bapak itu menurun kepada anaknya kan sekarang? Kecerdasan ku lah yang membuat Bima seperti ini," ujar Dion dengan sombongnya"Kau memang anakku! Bahkan kecerdasanmu benar- benar menurun dariku," ujar Dion."Nah, sekarang kau harus ingat, Bima! Kau punya Ayah, jadi mulai hari ini dan ke depannya tidak boleh sembarangan lagi memanggil lelaki lain atau orang dewaasa lain dengan sebutan Ayah!" perintah Dion."Mengerti kan? Ayo coba panggil Ayah," perintah Dion.Bima tidak langsung menuruti semua permintaan Ayah Baiknya itu. Dia justru sedang mengamati dan melihat wajah ibunya. Dia tak tega melihat w
DRAMA TINGGAL SEATAP PART 1PEMANAS AIR!"Ayo Bima makanlah," perintah Aruna."Apa kau setiap hari hanya memberi anak makanan seperti ini?" tanya Dion.Aruna tertegun dan memandang Dion dengan wajah bingung dan sejuta tanya. "Memang apa salahnya aku memberinya makanan seperti ini?" tanya Aruna."Lihatlah! Ini makanan sereal karbohidrat di tambah roti tawar. Tak hanya itu ada kandungan protein dari daging juga susu, gizi seimbang bukan? Menurutku ini sangat memenuhi pertumbuhan tubuh dan perkembangan intelektual Bima! Anakmu juga suka, apa masalahnya?" tanya Aruna dengan wajah polosnya."Hah? Ini tak harus makanan yang seimbang, namun juga bergizi, dan enak! Baru cukup, ini tak hanya masalah sekedar makan itu saja Aruna," sanggah Dion."Memang kau bisa memakannya tapi dia pasti bosan kalau menu makanannya begini," tegur Dion sambil melihat ke arah Aruna dengan menghujam."Maafkan saya ya, Pak Dion! Namun jangan lupa satu hal, keluarga biasa seperti kam
KANTUNG DI BAWAH MATA!"Kenapa kau memiliki pemanas air yang ribet sih?" keluh Dion yang setengah malu karena tak bisa menyalakan air panasnya."Maaf ya ak Dion! Saya memang hanya memiliki pemanas air panas tangki yang selama ini cukup untuk stok kami selama dua puluh empa jam! Bahkan biasanya satu kali isi air sudah cukup untuk kami. Kalau Pak Dion merasa repot, maka Pak Dion bisa pulang untuk mandi dengan air panas!" usir Aruna sambil mendengus kesal karena memang Dion yang tak pernah hidup susah justru merepotkannya sekarang ini."Ah! Tidak! Aku tak akan semudah itu pulang hanya karena tidak ada air panas. Ada atau tak ada air panas pun rasnaya tidak masalah. Aku suka mandi air dingin," sahut Dion."Benarkah?" tanya Aruna setengah tak percaya.Jiwa nya langsung iseng dengan mengambil air shower dan menyemprotkannya ke arah Dion. Hal itu membuat Dion terkejut dan langsung menghindar dengan bersembunyi di bawah selambu."Aruna! Hentikan! Gila kau ya, aku bisa basah," tegur Dion/"Hah
DOKTER, BOLEHKAN AKU MEMINTA NOMORMU?"Dari pada aku di rumah setiap hari! Rasanya lebih baik aku lembur," uajr Aruna lagi."Hah? Mengapa demikian? Apa maksudmu, Aruna?" tanya Arumi heran.Aruna langsung menyadari kesalahannya yang keceplosan mengatakan pada Arumi. Dia memang belum menceritakan pada siapapun termasuk orang tuanya sendiri masalah Dion tinggal di rumahnya sementara. Akankah dia harus menyembunyikannya dari Arumi juga?"Em! Bukan apa- apa kok," ujar Aruna langsung cepat mengalihkan pembicaraan karena taakut rahasia itu terbongkar.Aruna tak ingin seorang pun tahu dulu tentang keberadaan Dion di rumahnya. Meskipun itu adalah Arumi, sahabatnya sekalipun. Tentulah Arumi nanti tak dapat meyembunyikan ini, takut kalau dia keceplosan. Apalagi skandal Aruna dan Dion yang sudah tercium oleh orang lain maka akan menjelekkan citra CV nya dan perusahaan Dion. Dia tak mau jika kinerja nya selama ini akan berganti dengan tudingan miring bahwa Aruna adalah seorang yang menafaatkan Dio
DRAMA TINGGAL SEATAP PART 2MENGANTAR BIMA!"Perkenalkan ini adalah putriku namanya adalah Selly Tjahyadi. Dia memaksa untuk ikut acara seminar Bapaknya karena ingin jalan- jalan. Kebetulan dia menjadi pengar exklusif di sini," ujar profesor Tjahyadi bangga memperkenalkan anak perempuannya kepada dokter Rendi."Dokter Rendi! Kita pernah bertemu, kebetulan sekali kita bertemu lagi! Apakah kau lupa denganku?" tanya Selly dengan mata berbinar-binar menatap dokter itu."Hah apa kau bilang? Kalian pernah bertemu, Nduk?" tanya profesor Tjahyadi sedikit heran.Apalagi Rendi, dia terus terdiam dan memikirkan di mana dia pernah bertemu dengan gadis di hadapannya ini. Rendi berusaha mengingatnya dengan keras, apalagi wanita itu adalah anak profesornya. Melihat Rendi yang ternyata lupa akan dirinya Selly pun dengan senang hati mengingatkannya. Hal itu karena sebenarnya Selly terpesona pada pandangan pertama dengan Rendi."Hehehe, jadi Selly dulu kaki terluka karena ceroboh, Pah! Saat mengajar ba
RAJA!"Tenang Sayang! Kita tidak akan terlambat! Cepat naik ke motor, Ibu akan mengebut mengantarkanmu," perintah Aruna."Tidak bisa! Aku tak akan mengizinkannya! Ini masalah keselamatan anak! Aku tidak akan mengalah," cergah Dion sambil menantang Aruna. Bima pun melihatnya dengan menggelengkan kepalanya dan menghela napas panjang.Akhirnya mereka bertiga naik ke mobil Dion. Aruna mau tak mau mengalah demi Bima, putranya. Ini karena permintaan Bima. Mereka sudah layaknya seperti keluarga bahagia. Bima duduk di car seta belakang khusus untuk ana PAUD. Sepertinya Dion memang sudah menyiapkan semuanya dengan apik sekali."Mobil tanpa atap penutup seperti milik Pak Dion ini, apa bedanya dengan motor? Bukannya sama saja ya?" tanya Aruna masih tak terima karena kalah dari Dion."Hah! Kau konyol sekali, jelas ini mobil berbeda dengan motor! Semu bedanya jauh sekali lah," jawab Dion kesenangan karena berhasil membawa Bima naik mobil dan bonus Aruna."Pak Dion bahkan sudah menyiapkan car seat
DRAMA TINGGAL SEATAP PART 3LAPTOP YANG TERTUKAR SAAT MEETING!"Bagaimana sekarang kita harus ke kantor masing- masing?" tanya Dion setelah mengantar Bima ke sekolah, Aruna dan Dion akan mengadakan rapat pagi. "Kau mau ku antar?" tanya Dion."Ini tak lucu, Pak Dion! Jangan mengada- ngada. Tak mungkin itu di lakukan. Aku tak mau semua orang salah paham tentang hubungan ini! Apalagi kalau Elbara tahu hubungan kita dan kita tinggal seatap. Tentu aku akan di tuduh macam- macam," tolak Aruna sambil mendengus kesal.Dion hanya tsenyum tipis. Itu yang dia suka dari Aruna, dia tak mau bergantung pada orang apalagi memanfaatkan kedekatan mereka. Tentu saja, Aruna sebnarnya bisa memanfaatkan momentum ini untuk meminta Dion menikahinya, atau merusak citra dan reputasinya. Namun nyatanya Aruna tak melakukannya.Akhirnya tentu saja Aruna pergi sendiri ke kantor tempat mereka meeting bersama pagi ini. Dion berpura- pura tak kenal. Bahkan Aruna memilih untuk berangkat