KEPERCAYAAN ITU DI PEROLEH, MENCINTAI GRATIS!"Jangan berkecil hati, Nona cantik. Apakah kau lupa kalau ads kata pepatah jawa witing tresno jalaran soko kulino. Simbok tahu betul saat ini kau sedang mengejarnya kan? Lanjutkan saja jika kau memang benar-benar mencintai lelaki itu. Percayalah saat wanita yang mengejar pria maka aku jamin dia akan menyukaimu juga," ujar Mbok Jum mencoba menghiburnya."Benarkah, Mbok?" tanya Selly."Benar dong. Kau sangat cantik Nona mudaku. Pasti cepat atau lambat lelaki itu pasti akan menyukaimu. Kau sangat ceria, kau tulus, dan kau penyayang, Nona," kata Mbok Jum."Ah terimakasih, Mbok Jum," kata Selly sambil bangun dari tidurnya. Selly langsung memeluk pembantu nya. Sedikit banyak dia sekarang terhibur dengan ucapan Simboknya itu. Selly merasa lebih baik, Mbok Jum membelai rambut majikan muda nya itu."Benar, terima kasih ya, Mbok. Terimakasih karena dengan Mbok Jum mengatakan itu, aku tidak akan menyerah. Terima kasih ya," kata Selly sambil tersenyu
APAKAH PAK DION MASIH MENCINTAI ARUNA?Keesokan harinya Dion mengetuk pintu rumah susun Aruna. Bahkan dia membelikan makanan khusus kesukaan Aruna. Dia masih sangat ingat, setiap pagi dulu Aruna lebih suka makan yang hangat dan ringan bukan nasi. Dion sengaja membuatkan bubur kacang hijau dan bakcang hangat."Ah pasti Aruna senang aku membawakan ini, apalagi bakcang tak setiap hari ada," batin Dion dalam hari.Kebetulan hari ini memang hari Bakcang atau Hari Peh Cun, yang dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan Khongcu Lek. Bakcang merupakan hidangan khas yang terbuat dari ketan yang diisi daging cincang dan sangat erat hubungannya dengan masyarakat Tionghoa. Penetapan Hari Bakcang tidak terlepas dari perayaan Peh Cun yang terkait dengan cerita legenda yang melibatkan Qu Yuan. Bacang atau bakcang (Hanzi: 肉粽; Pinyin: ròuzòng; Pe̍h-ōe-jī: bah-chàng) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata 'bakcang' sendiri berasal dari bahasa Hokkien (bah tsàng) yang la
AKU MENCINTAIMU, ARUNA."Pak Dion," panggil Steven. Dion menoleh."Apakah setelah tahu semua fakta ini, Pak Dion masih mencintai Aruna?" tanya Steven. Dion menganggukkan kepalanya."Karena yang aku cintai ternyata bukan Seruni, melainkan orang yang bernama Aruna. Seruni dan aku adalah sepenggal kisah masa kecil, kami terbiasa bersama dan Serunin lah yang mendukungku. Dia selalu ada di garda terdepanku dan dia selalu menemaniku, mungkin aku salah mengartikan itu sebagai cinta. Padahal itu karena terbiasa bersama, sedangkan pada Aruna itu lain," jawab Dion."Aku merasa benar-benar mencintainya, cinta dalam arti sesungguhnya," sambungnya."Sayang sekali," gumam Steven."Hal ini juga baru aku pahami dan aku sadari belakangan ini," jawab Dion."Lalu bagaimana dengan kakakku?" tanya Steven."Dia adalah adikku sendiri dan selamanya aku akan menganggapnya seperti itu," jawab Dion."Baiklah kalau begitu," sahut Steven."Mari kita masuk. Aku ingin
BUKET BUNGA PUTIH UNTUK SERUNI"Setelah aku tenang, aku bisa mengerti sudut pandangmu dan menerima permintaan maafmu," jawab Aruna lagi."Lalu kenapa kau seperti ini?" tanya Dion."Karena aku takut aku. Aku takut setelah kita mulai lagi, maka kita akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku juga takut kita akan selalu hidup di bawah bayang-bayang kak Seruni," jawab Aruna"Aruna kau salah. Aku sudah menjelaskan padamu sejak awal bahwa perasaan ku kepada Seruni bukanlah perasaan romantis, hubunganku dengannya hanya sebatas rasa sahabat cerita masa lalu. Sedangkan denganmu aku mencintaimu. Hal berbeda, Aruna," jelas Dion."Aku percaya itu Pak Dion, tapi apakah kau bisa menjamin ini terakhir kalinya kau menyalahkanku karena masalah ini? Apa kau bisa berjanji kau percaya padaku?" tanya Aruna.Dion pun langsung terdiam mendengar semua jawaban Aruna. Dia benar- benar tahu alasan Aruna mendiamkannya, bahwa Aruna memang kecewa padanya. Dia tipikal wanita yang selal
SIAPA SELLY ITU?"Andai saja semua ini tak terjadi pasti yang menikah dengan Pak Dion bukan aku kan, Kak? Pasti Bima tak kan pernah hadir di dunia ini. Pasti kau dan Steven akan bertemu, namun ternyata Tuhan memiliki jalan takdir lain. Apakah benar kata mereka, Kak? Apakah aku merebut kebahagianmu?" tanya Aruna.Tak ada jawaban, hening. Hanya deru angin saja yang terdengar menerpa wajah Aruna. Dia menghela nafas panjang sambil menatap nisan milik Seruni. Aruna tersenyum kecut dan meletakkan buket bunga itu diatasnya."Kak Seruni, seperti pesanmu dulu semasa hidup, aku akan tetap menjadi orang kuat. Aku sekarang juga berjanji akan menjadi orang tua mandiri membesarkan putraku Bima, meskipun tanpa sosok Bapak. Sama sepertimu, Bima akan aku didik menjadi anak yang ceria, pemaaf, meskipun semua ini sangat sakit. Kak Seruni, aku juga sudah bertemu dengan Steven, aku akan segera mengurus semua pembagian rumah susun yang kita beli dulu," ucap Aruna sambil tersenyum pahit.
KEDATANGAN ORANG TUA ARUNA"Wahh, informasi ini agak mengejutkan," gumam Aruna. Rendi menoleh dan menghela nafasnya panjangnya."Jangan bicara sembarangan, Bima! Jangan kau dengarkan Aruna, Bima itu hanya asal bicara saja," sahut Rendi."Benarkah? Siapa itu Kak Selly? Apakh itu pacarmu, Mas?" tanya Aruna pada Rendi.Rendi diam tak menjawab, dia asik memotong buah yang akan dia gunakan untuk membuat salad buah. Semakin Rendi diam, justru membuat Aruna makin gemas dan ingin menggodanya. Dia mendekat ke arah Rendi lalu memakan buah yang sudah di potong oleh dokter muda tersebut."Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Rendi melirik sekilas."Menurutku ini agak aneh, Mas. Benarkah sosok Dokter Rendi, ahli jantung yang terkenal sangan dingin seperti kulkas lima pintu sepertimu juga bisa jatuh cinta? Aku penasaran dengan gadis yang di panggil Kak Selly oleh Bima. Apakah dia cantik? Berapakah umurnya? Apakah dia menyukaimu? Apakah kalian saling mengenal? Apakah aku pernah bertemu denganny
MENIKAHLAH DENGAN ARUNA, RENDI!"Kau jangan keceplosan, kau jangan mengatakan apapun tentang Ayah Baik di hadapan Eyang Kakung dan Eyang putrimu," jawab Aruna."Kenapa memangnya, Bu?" tanya Bima."Kau masih ingin bertemu dengan Ayah Baikmu kan?" tanya Aruna. Bima pun menganggukkan kepalanya. Karena dia memang masih menginginkan bertemu dengan Dion, karena menurutnya memang itu adalah ayahnya. Jadi wajar saja jika dia ingin bertemu dengannya apalagi selama ini Ayah Baiknya sangat memanjakannya. Bahkan apapun yang diinginkannya pasti akan diberikan tanpa banyak bertanya atau cerewet seperti ibunya. Itulah yang membuat Bima lebih senang jika menghabiskan waktu bersama ayah baiknya itu."Nah jika nanti Eyang Putri tahu tentang Ayah Baik, rasanya mereka akan marah," gumam Aruna."Marah? Marah kenapa, Bu?" tanya Bima."Ya, tentu marah. Karena Ayah baik kan belum berkenalan dengan Eyang Putri dan Eyang Kakung," jawab Aruna."Mengapa mereka tak berkenalan, Bu?" tanya Bima. "Itu karena Ayah
BUKAN KEMEWAHAN TAPI ANAK YANG HIDUP BAHAGIA!"Tidak, Pakde! Tidak, Bima hanya mengada-ngada saja...""Bohong! Ayah Rendi bohong, Eyang. Kemarin kakak Selly sendiri yang mengatakan jika dia akan menikah dengan Ayah Rendi!" teriak Bima memprotesnya."Tuh kan iya kan! Mas Rendi sekarang punya pacar kan! Sungguh aku tak menyangka Mas Rendi bisa seperti itu, bahkan saat Mas Rendi punya pacar tak mau jujur dan mengatakan padaku lebih dulu. Kejam sekali rasanya," kata Aruna merajuk.Rendi hanya menggarukkan kepalanya saja. Percuma saja dia menjelaskan kepada Aruna jika tidak mempertemukannya langsung dengan Selly. Mereka pun makan bersama, setelah itu juragan Waluyo mengajak Rendi untuk sekedar berbincang di luar, mereka memilih taman perumahan. Karena karena juragan Waluyo ingin merokok."Pakde sebaiknya pakde kurang-kurangi lah merokok Pakde, kan sudah tua. Bukannya apa-apa harga rokok itu tak seberapa, Pakde. Justru Rendi begini karena Rendi sayang dengan Pakde. Ingat Pakde, merokok itu