Namanya Aruna"Aruna, namanya Aruna," tegas Rendi."Oh namanya Aruna ya? Apakah Aruna adalah orang yang selalu kau sukai?" tanya Selly.Rendi menghela nafasnya panjang. Dia terdiam sampai mobil itu sampai ke pekarangan rumah Selly. Selly pun cukup tahu diri, bahwa mencintai Rendi memang membutuhkan effort yang lebih. Ingin rasanya dia bermanja seperti pasangan yang lainnya, tapi dia juga jadi harus bahwa dirinya dan Rendi memang tak memiliki ikatan apapun. Jadi dia tak berharap untuk lelaki itu membuka kan pintu mobil layaknya seperti pasangan kekasih.Rendi tak lantas terus pulang, dia mengantarkan Selly sampai ke depan pintu rumahnya. Mereka harus melewati taman yang cukup luas, karena mama Selly merupakan pencinta tanaman. Mereka berjalan sambil diam sambil berpikir masing- masing. "Dokter Rendi," panggil Selly."Ya," jawab Rendy sambil menoleh."Bagaimana apakah pertanyaanku tadi benar? Apakah Aruna adalah orang yang kau sukai?" tanya Selly lagi.Rendy pun hanya bisa terdiam seje
KEPERCAYAAN ITU DI PEROLEH, MENCINTAI GRATIS!"Jangan berkecil hati, Nona cantik. Apakah kau lupa kalau ads kata pepatah jawa witing tresno jalaran soko kulino. Simbok tahu betul saat ini kau sedang mengejarnya kan? Lanjutkan saja jika kau memang benar-benar mencintai lelaki itu. Percayalah saat wanita yang mengejar pria maka aku jamin dia akan menyukaimu juga," ujar Mbok Jum mencoba menghiburnya."Benarkah, Mbok?" tanya Selly."Benar dong. Kau sangat cantik Nona mudaku. Pasti cepat atau lambat lelaki itu pasti akan menyukaimu. Kau sangat ceria, kau tulus, dan kau penyayang, Nona," kata Mbok Jum."Ah terimakasih, Mbok Jum," kata Selly sambil bangun dari tidurnya. Selly langsung memeluk pembantu nya. Sedikit banyak dia sekarang terhibur dengan ucapan Simboknya itu. Selly merasa lebih baik, Mbok Jum membelai rambut majikan muda nya itu."Benar, terima kasih ya, Mbok. Terimakasih karena dengan Mbok Jum mengatakan itu, aku tidak akan menyerah. Terima kasih ya," kata Selly sambil tersenyu
APAKAH PAK DION MASIH MENCINTAI ARUNA?Keesokan harinya Dion mengetuk pintu rumah susun Aruna. Bahkan dia membelikan makanan khusus kesukaan Aruna. Dia masih sangat ingat, setiap pagi dulu Aruna lebih suka makan yang hangat dan ringan bukan nasi. Dion sengaja membuatkan bubur kacang hijau dan bakcang hangat."Ah pasti Aruna senang aku membawakan ini, apalagi bakcang tak setiap hari ada," batin Dion dalam hari.Kebetulan hari ini memang hari Bakcang atau Hari Peh Cun, yang dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 menurut penanggalan Khongcu Lek. Bakcang merupakan hidangan khas yang terbuat dari ketan yang diisi daging cincang dan sangat erat hubungannya dengan masyarakat Tionghoa. Penetapan Hari Bakcang tidak terlepas dari perayaan Peh Cun yang terkait dengan cerita legenda yang melibatkan Qu Yuan. Bacang atau bakcang (Hanzi: 肉粽; Pinyin: ròuzòng; Pe̍h-ōe-jī: bah-chàng) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata 'bakcang' sendiri berasal dari bahasa Hokkien (bah tsàng) yang la
AKU MENCINTAIMU, ARUNA."Pak Dion," panggil Steven. Dion menoleh."Apakah setelah tahu semua fakta ini, Pak Dion masih mencintai Aruna?" tanya Steven. Dion menganggukkan kepalanya."Karena yang aku cintai ternyata bukan Seruni, melainkan orang yang bernama Aruna. Seruni dan aku adalah sepenggal kisah masa kecil, kami terbiasa bersama dan Serunin lah yang mendukungku. Dia selalu ada di garda terdepanku dan dia selalu menemaniku, mungkin aku salah mengartikan itu sebagai cinta. Padahal itu karena terbiasa bersama, sedangkan pada Aruna itu lain," jawab Dion."Aku merasa benar-benar mencintainya, cinta dalam arti sesungguhnya," sambungnya."Sayang sekali," gumam Steven."Hal ini juga baru aku pahami dan aku sadari belakangan ini," jawab Dion."Lalu bagaimana dengan kakakku?" tanya Steven."Dia adalah adikku sendiri dan selamanya aku akan menganggapnya seperti itu," jawab Dion."Baiklah kalau begitu," sahut Steven."Mari kita masuk. Aku ingin
BUKET BUNGA PUTIH UNTUK SERUNI"Setelah aku tenang, aku bisa mengerti sudut pandangmu dan menerima permintaan maafmu," jawab Aruna lagi."Lalu kenapa kau seperti ini?" tanya Dion."Karena aku takut aku. Aku takut setelah kita mulai lagi, maka kita akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku juga takut kita akan selalu hidup di bawah bayang-bayang kak Seruni," jawab Aruna"Aruna kau salah. Aku sudah menjelaskan padamu sejak awal bahwa perasaan ku kepada Seruni bukanlah perasaan romantis, hubunganku dengannya hanya sebatas rasa sahabat cerita masa lalu. Sedangkan denganmu aku mencintaimu. Hal berbeda, Aruna," jelas Dion."Aku percaya itu Pak Dion, tapi apakah kau bisa menjamin ini terakhir kalinya kau menyalahkanku karena masalah ini? Apa kau bisa berjanji kau percaya padaku?" tanya Aruna.Dion pun langsung terdiam mendengar semua jawaban Aruna. Dia benar- benar tahu alasan Aruna mendiamkannya, bahwa Aruna memang kecewa padanya. Dia tipikal wanita yang selal
SIAPA SELLY ITU?"Andai saja semua ini tak terjadi pasti yang menikah dengan Pak Dion bukan aku kan, Kak? Pasti Bima tak kan pernah hadir di dunia ini. Pasti kau dan Steven akan bertemu, namun ternyata Tuhan memiliki jalan takdir lain. Apakah benar kata mereka, Kak? Apakah aku merebut kebahagianmu?" tanya Aruna.Tak ada jawaban, hening. Hanya deru angin saja yang terdengar menerpa wajah Aruna. Dia menghela nafas panjang sambil menatap nisan milik Seruni. Aruna tersenyum kecut dan meletakkan buket bunga itu diatasnya."Kak Seruni, seperti pesanmu dulu semasa hidup, aku akan tetap menjadi orang kuat. Aku sekarang juga berjanji akan menjadi orang tua mandiri membesarkan putraku Bima, meskipun tanpa sosok Bapak. Sama sepertimu, Bima akan aku didik menjadi anak yang ceria, pemaaf, meskipun semua ini sangat sakit. Kak Seruni, aku juga sudah bertemu dengan Steven, aku akan segera mengurus semua pembagian rumah susun yang kita beli dulu," ucap Aruna sambil tersenyum pahit.
KEDATANGAN ORANG TUA ARUNA"Wahh, informasi ini agak mengejutkan," gumam Aruna. Rendi menoleh dan menghela nafasnya panjangnya."Jangan bicara sembarangan, Bima! Jangan kau dengarkan Aruna, Bima itu hanya asal bicara saja," sahut Rendi."Benarkah? Siapa itu Kak Selly? Apakh itu pacarmu, Mas?" tanya Aruna pada Rendi.Rendi diam tak menjawab, dia asik memotong buah yang akan dia gunakan untuk membuat salad buah. Semakin Rendi diam, justru membuat Aruna makin gemas dan ingin menggodanya. Dia mendekat ke arah Rendi lalu memakan buah yang sudah di potong oleh dokter muda tersebut."Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Rendi melirik sekilas."Menurutku ini agak aneh, Mas. Benarkah sosok Dokter Rendi, ahli jantung yang terkenal sangan dingin seperti kulkas lima pintu sepertimu juga bisa jatuh cinta? Aku penasaran dengan gadis yang di panggil Kak Selly oleh Bima. Apakah dia cantik? Berapakah umurnya? Apakah dia menyukaimu? Apakah kalian saling mengenal? Apakah aku pernah bertemu denganny
MENIKAHLAH DENGAN ARUNA, RENDI!"Kau jangan keceplosan, kau jangan mengatakan apapun tentang Ayah Baik di hadapan Eyang Kakung dan Eyang putrimu," jawab Aruna."Kenapa memangnya, Bu?" tanya Bima."Kau masih ingin bertemu dengan Ayah Baikmu kan?" tanya Aruna. Bima pun menganggukkan kepalanya. Karena dia memang masih menginginkan bertemu dengan Dion, karena menurutnya memang itu adalah ayahnya. Jadi wajar saja jika dia ingin bertemu dengannya apalagi selama ini Ayah Baiknya sangat memanjakannya. Bahkan apapun yang diinginkannya pasti akan diberikan tanpa banyak bertanya atau cerewet seperti ibunya. Itulah yang membuat Bima lebih senang jika menghabiskan waktu bersama ayah baiknya itu."Nah jika nanti Eyang Putri tahu tentang Ayah Baik, rasanya mereka akan marah," gumam Aruna."Marah? Marah kenapa, Bu?" tanya Bima."Ya, tentu marah. Karena Ayah baik kan belum berkenalan dengan Eyang Putri dan Eyang Kakung," jawab Aruna."Mengapa mereka tak berkenalan, Bu?" tanya Bima. "Itu karena Ayah
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu