IDING!!!!!!!!
"Aruna aku tanya padamu! Apakah aku adalah teman terbaikmu? Apakah begini sikap terbaik seorang sahabat? Aku merasa di khianati olehmu!" bentak Arumi memotong pembicaraan Aruna."Tentu saja kau sahabat terbaikku! Bukankah kau yang membuatku yakin untuk mendirikan CV ini? Bahkan kau yang menyuruhku mengajukannya menjadi PT! Tanpa mu aku tak dapat melakukan semua ini, mengapa kau mengatakan hal seperti itu?" tanya Aruna."Apakah kau yakin?" sahut Arumi memandang wajah Aruna."Tentu saja! Bahkan semua rahasiaku kau pasti tahu! Bisakah kau tidak bertanya seperti itu padaku? Sepertinya kau meragukan kesetiaan kawanku. Aku sedikit tersinggung dengan ucapanmu," kata Aruna pada Arumi sambil duduk di meja kerja Arumi Aku."Lalu apakah kau pacaran dengan seseorang tanpa memberi tahuku?" tanya Arumi. 'Glek' Aruna menelan ludahnya dengan kasar."Aku? Pacaran? Apakah kau bisa tidak tahu jika aku pacaran? Apakah ada yang bisa aku tutupi darimu, Arumi?" tanyaINI PELECEHAN!"Apakah aku bisa bicara empat mata dengan Ibu Aruna?" tanya Dion tak mengindahkan pertanyaan Arumi."Eh! Oh, bisa, Pak!" sahut Arumi. Arumi melihat mereka bergantian. Dion menatap Arumi yang tak kunjung keluar."Bisa kan?" tanya Dion."Eh iya, Pak! Tidak masalah, silahkan mengobrol," ujar Arumi."Stttt! Arumi kembali! Jangan hiraukan Pak Dion! Tetaplah di sini," perintah Aruna."Ibu Arumi, keluar," perintah Dion.Arumi memilih untuk tidak mengidahkan permintaan Arun. Dia memilih untuk keluar dan menutup pintu, begitupun dengan Hendi. Aruna hanya bisa menghela nafasnya panjang, dia tahu Arumi melakukan itu bukan tanpa sebab. Bagaimanapun Dion adalah penyuntik dana perusahaan mereka selain mama Arumi di jakarta. Setelah pintu itu di tutup hanya tinggal mereka berdua."Sekarang hanya ada kita berdua dalam ruangan, Pak Dion! Lalu sebutkan alasan Bapak, kenapa Bapak mengusir semua orang? Apakah ini urusan rumah?" tanya Aruna."Aruna dengar, aku memang tidak berhak ikut campu
PLOT TWIST IDING!"Tidak masalah Mei- Mei! Tidak perlu terburu- buru! Pelan- pelan saja," kata Iding lagi sambil mengamati pantat milik Mei- Mei."Ah, Mei- Mei! Pena ini sangat penting bagiku! Aku bahkan tidak bisa mentanda tangani proposal tanpa pena itu," ucap Iding sambil memperhatikan lekuk tubuh Mei- Mei."Bukankah masih ada satu pena di meja? Mei- Mei, berdirilah!" perintah seseorang.Orang itu tak lain adalah Aruna yang datang dan masuk ke ruangan Iding. Dia melihat Iding yang duduk di atas meja sambil menatap mesum ke arah Mei- Mei di bawahnya. Aruna geram sekali melihat tingkah Iding yang sudah masuk kategori menyalahkan artikan jabatan dan membuat wanita rendah seperti itu."Kenapa kau ada di mana- mana? Sopankah masuk ruangan orang lain tanpa mengetuk pintu, Ibu Aruna?" tanya Iding sambil mendengus kesal."Aku mencarimu karena ada urusan yang sangat penting! Lagian Pak Iding, apakah kau tidak tahu tindakan yang kau lakukan itu termasuk tindak pelecehan verba?" sindir Aruna.
SIASAT LICIK HARUS DI CURANGI!"Pak Hendra, Lihatlah! Kedua wanita ini mencoba membully ku dan mengancamku," ucap Iding."Diamlah, Pak Iding," bentak Pak Hendra."Tapi, Pak Iding! Mereka sudah merebut Hpku," keluh Iding."Sudahi drama mu mencari muka Pak Iding! Aku sudah muak melihatnya! Saya jelaskan Pak Hendra, saya memiliki program dalam USB ini, program ini dapat menemukan semua foto tersembunyi di hp-mu sekaligus dapat menemukan foto yang terhapus melalui awan ponsel," jelas Aruna.Cloud Storage atau Penyimpanan Awan sudah tak asing bagi pengguna internet. Cloud storage biasa digunakan pengguna sebagai penyimpanan berkolaborasi pengguna. Hal ini karena memudahkan pengguna dapat berbagi berbagai file dengan mudah. Salah satu penyimpanan awan yang cukup sering digunakan pengguna adalah Google Drive. Hanya dengan mendaftar akun Google pengguna sudah mendapatkan fasilitas cloud storage Google Drive hingga 15 GB.Dengan akun Google tersebut, antarpengguna bisa mengakses, melihat, meng
IDING SI NARSISTIK BERTEMU DENGAN DION!"Tapi kau sangat hebat juga Aruna. Kau bisa menulis program hanya dengan waktu kurang dari satu jam saja," puji Arumi."Hey, sejak kapan aku bisa menulis sebuah program secepat itu? Kau anggap aku ini adalah Albert Einstain ya? Jangankan satu jam! Aku bahkan tidak bisa menulisnya dalam sehari," kata Aruna sambil tertawa."Hah? Kalau begitu aku tadi hanya mengancamnya dengan omong kosong saja?" tanya Arumi."Hahaha! Benar! Siapa suruh dia takut ketahuan isi video porno di hpnya! Maka nya sesekali aku akan memberinya pengajaran. Bukankah orang licik harus di balas dengan kelicikan," ujar Aruna."Hahaha! Astaga Aruna! Mulai sekarang kau adalah idolaku," puji Arumi.Mereka saling berpelukan. Kedua sahabat yang telah menjalin pertemanan lama. Susah senang mereka hadapi bersama.Sedangkan di ruangan Arumi, Pak Hendra sedang menegur Iding. Dia mulai meragukan kecakapan Iding. Mengapa kakak perempuannya bisa sampai mempercayakan keponakanannya Arumi pad
KEKALAHAN IDING!"Selain itu, Pak Dion pasti juga tahu karakter Aruna sangat susah untuk di ajak bergaul. Apalagi dia juga punya anak kecil yang tak jelas Bpaknya, dia tidak mampu mengelola proyek ini dengan baik, Pak Dion. Dengan mempertimbangkan tanggung jawab kepada investor mka saya di utus menggantikan Ibu Aruna untuk bertanggung jawab atas tidak lanjut proyek ini," lanjutnya.Dion menatap Iding dengan tatapan tajam. Mendapat tatapan seperti itu apakah respon Iding bukannya takut atau sungkan. Dia justru makin menjadi jadi."Lalu? Apa maksudmu?" tanya Dion."Yah, karena ini adalah keputusan yang telah di sepakati oleh perusahaan. Maka saya hanya bisa patuh. Tapi, Pak Dion tenang saja, saya pasti akan lebih totalitas untuk melayani Bapak dala tander ini," jawab Iding."Bukankah Bapak berpikir lebih enak untuk berdiskusi dengan sesama pria?" tanya Iding."Benar juga! Aku berpikir akan lebih mudah untuk berkomunikasi dengan pria! Kebetulan aku akan pergi ke
KEJUJURAN HUBUNGAN!'ceklek' Dion masuk dalam rumah. Dia baru saja pulang. Entah apa yang di kerjakan nya hari ini sampai harus lembur. Melihat Bima dan Aruna sedang bercanda otomatis membuat Dion langsung bahagia juga. Energi positif dari keduanya membuat nya senang."Bima! Cepatlah kabur, aku tidak bisa menyelamatkanmu dari Ibumu! Dia terlalu galak," kata Dion."Kau bahagia sekali! Sepertinya suasana hatimu juga baik hari ini?" tanya Dion."Apakah kau puas dengan penyelesaian masalah itu?" tanya Dion."Sangat puas! Bagaimankah Pak Dion bisa tahu?" tanya Aruna."Coba ceritakan padaku," pinta Dion sambil membuka jasnya dan duduk di kursi makan mengamati Aruna dan Bima."Dia minta maaf secara terbuka kepadaku melalui surat permintaan maaf di group chat WA perusahaan. Dia juga mengklarifikasi gosip tentangku, suasana hatiku sekarang bahagia sekali," ucap Aruna."Rasanya seperti mendapatkan air di tengah gurun pasir! Dingin sekali," ucap Aruna."Kita
SEMUA DEMI ANAK!"Sebentar! Sebentar, jika Pak Dion mengatakan hal itu? Bukankah itu artinya Iding mengetahui hubungan kita?" tanya Aruna. Tanpa rasa bersalah, Dion menganggukkan kepalanya."Pak Dionnn! Bukan kah kita sudah melakukan ksepakatan bersama bahwa tidak ada yang boleh tahu hubungan kita sekarang ini? Kenapa kok kau malah langsung mengatakannya pada Iding? Kau tak tahu? Dia itu biang gosip di kantor!" omel Aruna."Sekarang, apa rencanamu?" tanya Aruna."Ihhh! Pak Dion, kau ini benar- benar ya," geram Aruna."Hey! Kenapa kau yang marah. Kalau kau tidak bisa mengucapkan terima kasih pada orang lain jangan memarahinya dong!" protes Dion."Tapi...""Aku sudah tegaskan lagi padamu, aku an niat awalnya hanya ingin membantumu saja, tak lebih!" ujar Dion memakan buburnya sambil memasang wajah tak berdosanya."Sebentar Pak Dion! Awalnya ini hanya gosip yang tersebar dan akan segera berlalu beberapa hari lagi, tapi justru dengan bantuanmu ini sekarang kau malah membuatnya menjadi sebu
SEPENGGAL DONGENG KANCIL MENCURI TIMUN!"Bima, bagaimana kalau Ibu membacakan dongeng untukku?" tanya Aruna."Aku mau Ayah Baik yang membacakan buku untukku," ujar Bima."Jangan membebani Ayah Baik, Bima. Itu tidak baik, Ayah Baik itu tidak punya waktu. Dia sedang sibuk," cegah Aruna."Siapa bilang aku sibuk? Aku menganggur kok! Ayo Ayah Baik sekarang akan membacakan dongeng untukmu malam ini," kata Dion."Ayo!" ajak Dion hendak berjalan. Bima yang masih di gendongan Dion pun mengambek."Tidak mau! Bima mau kalian berdua mendongeng untukku," pinta Bima lagi."Bima!" tegur Aruna.'Cup' dengan cepat Bima pun mencium pipi Aruna yang bediri di sampingnya. Aruna tersenyum mendapatkan perlakuan manis dari anaknya itu. Kemudian Bima mencium pipi Dion. Hal simpel itu juga mampu membuat Dion bahagia. Mereka bertatapan penuh senyum."Ayo!" kata Bima bersemangat.Mereka pun berjalan menuju kamar Aruna. Karena memang selama ini Aruna tidur dengan Bima. Sedangkan kamar Bima di gunakan untuk Dion.