KARMA KANDARA BEACH BALI!"Arumi," panggil Aruna."Hm," sahut Arumi."Kapan Bima bilang padamu?" tanya Aruna tambah curiga.Bukannya apa- apa, ada banyak alasan yang membuat Aruna curiga dengan semua alasan sahabatnya yang terkesan di buat- buat dan tak masuk akal ini. Bukannya dia tak percaya dengan semua perkataan Arumi, justri sandiwara dan kejutan Arumi ini sangat tertata dan khas. Layaknya seorang yanag di kenal baik oleh Aruna, namun Aruna tak ingin langsung menyalahkannya. Dia masih mencoba berpikir positif, belum sampai Arumi menjawab pertanyaannya, Bima sudah berteriak minta segera berangkat. Dia bahkan merengek dan menggeret lengan Aruna."Ibu ayo segera berangkat! Aku ingin pergi berkemah! Ayo kita berkemah!" aja Bima berteriak."Ibu! Ibu ayo!" pekiknya lagi."Baiklah. Aku akan mencoba maklum untuk kali ini sambil berdoa agar apa yang aku pikirkan tidak lah menjadi nyata. Aku akan coba mengerti dan menikmati semuanya, lagi pula kita juga libur hari ini. Jadi kita pergi ber
SIAPA YANG MENYIAPKAN SEMUA INI, ARUMI?"Tenang saja, Bu! Kami di bawah sudah menyediakan sediri dengan lengkap," jelas sopir itu."Bahkan ada petugasnya sendiri di sana," sambungnya."Benarkah?" tanya Aruna."Benar, Bu! Semua sudah include paket. Saya jamin anak- anak pasti senang karena bisa mencoba aktivitas baru selama masa liburan. Mulai dari tenda, sleeping bag, kompor portable, senter, dan sebagainya," jawab sopir itu. Aruna menganggukkan kepalanya."Selamat datang Ibu Aruna dan Bima," sapa seorang wanita keluar dari lift samping hotel membawa air kelapa muda dan bunga."Asikkk! Ibu kita kan berkemah tapi mewah sekali," pekik Bima kegirangan."Silahkan, kita akan segera turun ke bawah. Mari," ajak wanita itu."Saya akan menjelaskan sedikit tentang manfaat kemah untuk anak sangat baik karena dapat melatih kemandirian dan kemampuan anak beradaptasi dengan lingkungan, nanti di dekat bibir pantai Ibu dan Bima bisa menikmati beberapa fasilitas di pantai juga. Seperti bermain Kano da
KEBETULAN LAGI?"Oh iya, Aruna! Maaf ya, aku masih ada urusan jadi kalian bermainlah! Aku tutup ya! Have fun! Bye! Bye," ujar Arumi sambil ingin mematikan telponnya."Arumi," panggil Aruna."Siapa yang menyiapkan semua ini? Jujurlah!" perintah Aruna. Arumi pun merutuki kebodohannya sendiri. Mengapa kurang koordinasi."Ibu ada apa?" tanya Bima heran melihat nya yang terdiam."Ibu merasa ada yang aneh. Tapi ya sudahlah ayo kita segera dirikan kemah saja!" jawab Aruna."Ayo!" sahut Bima kegirangan.Mereka pun bermain dengan senang. Bima juga terlihat tampak riang, Aruna membiarkan dulu putranya bermain pasir pantai yang memang putih dan bersih. Aruna menghirup udara segar sebanyak- banyaknya sebelum harus menghadapi rutinitas besok.Di sisi pantai sebelah kanan, Dion nampang berjalan bersama seseorang lelaki. Mereka nampak mengobrolkan tentang investasi sebuah beach club di sana. Dion memang ingin mencoba dan merambah bisnis segala bidang sebelum pensiun nanti."Pak Dion, rasanya meman
HARGA SEBUAH SENYUMAN BIMA"Wah Pak Dion, maafa ya! Saya tidak tahu jika anak dan istri Pak Dion melakukan camping di sini. Jika saya tahu pasti akan saya upgrade fasilitannya. Bagaimana bisa membiarkan istri dan anaknya membangun tenda sendirian? Tunggu, saya akan segera memanggil orang. Kalian istirahat saja di resto," perintah Hagi panik."Pak! Tidak! Tidak," tolak Aruna."Bapak tidak perlu melakukan ini. Kami bukanlah orang yang mau semua serba tersedia. Kami bisa melakukan ini sendiri," cegah Aruna."Jadi jangan khawatirkan kami. Silahkan, kalau kalian ingin melanjutkan pembicaraan masalah pekerjaan lagi," sambung Aruna."Bima!" panggil Aruna."Ayok sini, Nak. Jangan mengganggu," perintah Aruna. Bima menggelengkan kepalanya lemah."Bima ayo sini! Jangan mengganggu," sambung Aruna."Tenanglah, Aruna. Kami sudah selesai kok bicaranya. Lagi pula aku tidak sibuk. Aku sudah menyelesaikan pembicaraanku dan Pak Hagi. Jadi kau tak perlu begitu. Bukankah pembicaraan kita sudah selesai Pak
AKANKAH SEMUA MASIH SAMA SAAT KAU KEMBALI KE JAKARTA, PAK DION?"Kau tidak perlu memapahku," kata Aruna dengan posisi Dion menindihnya. Dion membiarkan Aruna berdiri sendiri, namun dia kesulitan dan tidak bisa berdiri. "Ayok! Sini!" perintah Dion mengulurkan tangannya.Akhirnya mau tak mau, Aruna pun menerima uluran tangan Dion. Setelah berdiri Aruna pun melengos dan menepis tangan Dion. Dion hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum penuh arti."Ibu! Lihatlah aku!" perintah Bima sambil duduk di kursi lipat itu."Nah! Aku tidak jatuh kan? Mengapa Ibu bisa jatuh?" tanya Bima."Kenapa kau melihatku seperti itu, Pak Dion?" tanya Aruna."Tidak aku hanya merasa lucu saja. Benar kata Bima mengapa kau bisa jatuh? Lucu sekali," jawab Dion."Tidak lucu!" ucap Aruna."Lucu kok! Bukatinya kami tertawa," sahut Dion."Tidak lucu!" sanggah Aruna."Lucu, Ibu! Ibu jatuh karena terlalu berat badannya," ledek Bima."Hahahha, sudah jangan menggoda Ibumu, Bima. Lihat kalau dia marah menakutkan sep
PERDEBATAN JADWAL BERTEMU"Akankah semua masih sama meskipun kau sudah kembali ke Jakarta, Pak Dion?" tanya Aruna sambil meneteskan air mata."Entahlah apa nanti takdir yang sudah di tetapkan oleh Gusti Allah. Setidaknya sewaktu kecil Bima memiliki kenang- kenangan bersama sosok yang di panggil Ayah Baik," ujar Aruna sambil memvidio nya dan memposting di status Wa nya.Setelah lelah bermain sesorean di pinggir pantai, malam harinya Bima pun tertidur di atas mtras aau kasur angin. Bima cukup lahap makan malam kali ini dengaan nasi dan ikan bakar yang di buatkan oleh Dion. Sedaangkan Aruna dan Dion menikmati sebotol soft drink coca cola di depan tenda. Aruna menatap Dion dan tersenyum."Kenapa?" tanya Dion dengan ketus padahal dalam hatinya juga senang."Terima kasih sudah memberikan kebahagiaan pada Bima hari ini. Terima kasih sudah memberikan kenang- kenangan yang mungkin tak bisa di ulang lagi. Kenangan yang terekam dalam memorinya," jelas Aruna."Hm. Sebaliknya juga aku akan menguc
DIKEJAR CEGIL CANTIK SECARA UGAL- UGALAN!Malam hari ini di rumah sakit nampak Rendi baru keluar dari ruang operasi bedah jantung. Dia membuang sarung tangan di tong sampah medis yang ada dalam ruanganannya. Rendi memijat keningnya, dia cukup lelah hari ini karena memiliki jadwal dua operasi besar dan urgent lalu di tambah operasi ganti cito sekali. Harusnya dia tak lembur harus menjadi lembur."Saat seperti ini aku merindukan Bima," batin Rendi."Dokter Rendi," panggil dokter Tio teman sejawatnya yang di bantu karena operasi cito dadakan beberapa jam tadi."Ya, Dok," sahut Rendi."Terima kasih ya, Dok. Berkat bantuan Dokter Rendi semua operasi dadakan ini bisa menjadi lancar. Entahlah kalau tidak tadi bagaimana, rumah sakit kita kekurangan dokter ahli jantung dan menjahit luka dengan halus sepertimu. Kau memang sungguh luar biasa hebat. Tak rugi rasanya aku mengidolakanmu, Dok," puji Dokter Tio."Jangan hanya berterima kasih kepadaku saja, kau juga lihat bagaimana dokter bius tadi j
TANTE GIRANG PUTUS CINTA"Mari kita pulang kembali ke hotel," ajak Dion melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam."Apakah kita tak menginap di sini?" tanya Aruna."Jangan. Bukankah kau juga harus mengerjakan presentasi dan proposal besok. Lagi pula menginap di pantai tidaklah baik dan bukan ide bagus untuk kesehatan Bima," ucap Dion menggendong Bima.Sebagai penduduk yang tinggal di negara tropis, kita jarang sekali merasakan suhu dingin yang parah. Pakaian-pakaian tebal pun sebetulnya tidak terlalu diperlukan, kecuali saat kamu berencana untuk naik gunung. Meski begitu, sebaiknya tetap gunakan luaran seperti jaket, hoodie, parka, atau jenis lainnya saat berada di luar rumah saat malam hari. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan dari paparan angin malam yang diduga menjadi penyebab paru-paru basah. Hal ini banyak dipercaya karena angin malam terasa lebih dingin ketimbang angin siang hari. "Aku tak mau Bima terkena sakit virus. Udara d