MENGEJAR CINTA RENDI!"Tapi bagaimana lagi, begitu pengembangannya berhasil dan kami mematenkan resep itu bahkan bisa mengesahkan hak milik nya maka resep itu akan bisa di terapkan di rumah sakit manapun di seluruh indonesia. Namun sayangnya kami kekurangan dana," sambungnya."Kau mau aku menanamkan modalku?" tanya Dion. 'Glek' Aruna terdiam. Akankah dia benar- benar meminta bantuan Dion dengan segala konsekuensinya."Em! Kalau boleh saya niatnya begitu," ucap Aruna."Aruna, kenapa berinvestasi itu bukanlah seperti orang yang sedang mainan- main. Aku harus memikirkan dengan matang langkah- langkah apa yang kiranya bisa ku ambil dengan modal seminim mungkin dan memikirkan keuntungan sebanyak mungkin di depan mata. Apalagi model investasi catering milikmu ini berkali- kali lipat dari pada proyek lainnya, mengingat kau membutuhkan dokter, uji lab, ahli gizi, hal ini tidak membutuhkan waktu yang lama," ucap Dion."Lalu kenapa perusahaamu menolaknya? Lalu tiba- tiba membatalkannya?" tanya
BIMA, ANAKKU BUKAN ANAKMU!"Jangan takut dokter Rendi, aku tak akan marah padamu hari ini karena kebetulan sekali hari ini suasana hatiku sedang bagus! Aku tidak ingin berlibur sendiri akhir pekan ini. Bukankah waktu akhir pekan adalah waktu yang bagus untuk jalan- jalan? Ayo kita pergi makan bersama," kata Selly lagi mengirim voice itu.Hanya tanda centang dua. Kemudian Selly mengirim pesan lagi pada Rendi namun terlihat centang satu. Foto Rendi pun sudah tak ada, dia di blokir."Sialan! Dia berani memblokirku! Tunggu aku Rendi, kau memang hebat ya! Tapi tidak ada cinta yang sulit. Aku akan membuktikannya padamu! Tunggu Selly yang cantik dan pemberani ini! Awas kau, tunggu saja," ujar Selly.Telinga Rendi berdenging, konon katanya ada seseorang yang sedang menyebut namanya. Membuat Rendi bergidik ngeri mengingat betapa agresifnya Selly dalam mengejarnya. Rendi menghembuskan nafasnya pelan dan mengusap kasar wajahnya. Dia berjalan dengan langkah gontai menuju ru
AKAL BULUS RENDI!"Bahkan aku bisa membeli jam inI! Padahal jam tangan ini hanya tersedia di pasaran Amerika dan layanan bantuan medis dari iBeat juga hanya tersedia di Amerika. Tapi, kabar baiknya iBeat sudah terhubung dengan rumah sakit di jakarta! Bahkan berkat kehebatanku aku bisa meloby nya sampai ke profesor Tjahyadi. Apakah beliau tak memberi tahumu?" sindir Dion lagi."Kau tak usah sok perhatian dengan Bima, anakku! Asal kau tahu saja., tidak ada yang lebih paham Bima dari padaku! Bahkan aku lebih tahu tentang penyakit jantung lebih darimu! Karena apa?" tanya Dion."Kau jangan sok tahu apalagi selalu melarang ini itu! Kau hanya dokter kemarin sore, sedangkan aku adalah orang yang telah mengalami penyakit ini sejak bayi! jadi aku tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh di lakukan oleh seorang penderita penyakit jantung! Aku sangat menjaga Bima dan diriku sendiri, jam tangan ini akan sangat sensitif kalau ada masalah dengan jantung pemakainya! Benda ini akan menelepon polisi,"
DION ADALAH SOLUSINYA!"Hentikan! Aku bukan sengaja ingin menakutimu, aku hanya ingin melindungimu walau dari jauh," jawab Steven."Ahhh! Sialan, ambil tasku itu! Kau tak tahu itu adalah tas mahal," perintah Arumi. Dengan tampang polosnya Steven hanya menurutinya."Kau ya yang mengirim sarapan itu?" tanya Arumi. Steven menganggukkan kepalanya."Lalu apakah kau yang membuang sampah di depan pintu juga?" sambunya. Lagi, Steven menganggukkan kepalanya."Lalu apa maumu?" tanya Arumi."Aku hanya ingin minta maaf kepadamu, Kak. Tidak seharusnya aku menipumu, berbohong mengatakan bahwa aku masih sakit. Padahal aku baik- baik saja," kata Steven.Arumi pun langsung membalikkan badannya. Dia tak ingin Steven tahu bahwa dirinya kesenangan sendiri karena gengsi. Dia tak ingin menunjukkannya pada lelaki itu. Sesekali dia ingin di rayu berondongnya, namun rupanya Steven tak menyadarinya."Bailah maaf kalau aku menganggu Kakak dan membuat tak nyama. Namun, aku tahu bahwa Kakak tidak ingin melihatku
GETARAN RASA CINTA?"Pak Dion," panggil Aruna."Hmmm," sahut Dion sambil asik memainkan HP nya."Minta tolong boleh?" tanya Aruna."Jangan sok manis begitu di hadapanku! Itu terlihat menjijikkan Aruna," sahut Dion. Aruna cemberut."Pak Dion, cobalah sesekali Bapak lihat ini hasil kerjaku hari ini," pinta Aruna."Kau memberiku imbalan apa? Kau tahu kan setiap detik dan menit dalam hidupku sangat berharga. Bahkan aku bisa menghasilkan jutaan dollar dalam waktu sesingkat itu," jelas Dion."Baiklah! Aku akan memberikan Bapak kasih sayang Bima," jawab Aruna. Dion mencebik namun tersenyum juga mendengar celotehan wanita itu. Dion pun mengambil laptop Aruna. Dia melihat hasil kerja Aruna juga. Dion hanya menggelengkan kepalanya."Apakah kau yakin hanya ini yang bisa kau dapatkan dalam dua minggu proyek ini?" tanya Dion."Apa ada yang salah? Lihat lah ini, mulai dari resep yang akan kami gunakan, standart kebersihan, kualitas, dan chef yang di gunakan. Kami memiliki standart tersendiri, bahka
MAU TAPI GENGSI ALA DION!"Aruna?" panggil Dion."Ya," sahut Aruna."Apakah kau...." Dion tak menyelesaikan ucapannya. Dia menjadi ragu untuk menanyakan hal itu pada Aruna."Kenapa Pak Dion?" tanya Aruna penasaran."Ah tidak! Lupakan, lihatlah ke laptop aku akan menjelaskan beberapa informasi penting yang tak kau input dalam usaha dan management bisnismu," perintah Dion.Aruna menganggukkan kepalanya. Dia langsung fokus pada laptop Dion, Aruna terus menyimak penjelasan Dion. Entah kenapa berkali- kali juga dia gagal fokus menyimaknya. Alih- alih mengamati laptop, dia justru sibuk melihat wajah Dion dari samping. Wajah itu masih sama seperti sepuluh tahun lalu. Meski usia Dion telah menginjak kepala empat lebih, namun wajah nya masih nampak muda. Bahkan Aruna melihat sisi maskulin Dion yang dari awal tak di sadarinya."Mengapa dia tak pernah menua? Justru di mataku dia sekarang terlihat sebagai lelaki yang amat sangat perlente. Akan susah untukku me
APA YANG KAU LAKUKAN PADA ARUNA?Malam ini Aruna pulang pukul dua pagi. Dia membuka pintu rumah Aruna. 'Ceklek' saat Aruna masuk ke dalam rumah dia melihat meja makan, terdapat satu buah nasi box di atas meja. Aruna berjalan mendekatinya."Semangat Aruna," tulisan di atas nasi box bento itu. Aruna pun tersenyum sekilas, dia mengambil makanan itu lalu menghangatkannya dalam microwave lalu memakannya."Mengapa Pak Dion rela melakukan semua ini?" tanya Aruna dalam hati sambil tersenyum. Keesokan harinya Aruna segera pergi ke kantor pagi hari. Dia menarik nafasnya panjang. Sesampainya di kantor dia segera mencari Arumi. Hari ini adalah hari penentuan. Mereka akan menghadap Om Hendro alias pemegang kekuasaan direksi perusahaan milik mereka bersama. Aruna berkali kali menarik nafasnya karena gugup. "Aruna apakah kau yakin Pak Dion akan melakukan ini? Apa kau yakin PT Hadinata Wijaya dengan senang hati dan sukarela akan membiayai dan investasi di perusahaan kita?
KECUPAN DI BIBIR DION!Rendi memasukkan Aruna ke dalam mobi. Dia pun melajukan mobilnya membelah lenggang nya jalanan kota Madiun. Dia bergegas ke perumahan milik Aruna. Setelah sampai parkiran, Rendi pun memapah Aruna lagi. Tak sengaja Dion melihat nya. Apalagi Dion juga baru saja tiba di rumah Aruna. Saat mengetahui Aruna mabuk dalam dekapan Redi, hatinya memburu. Dia langsung mendekati Rendi."Hati -hati Aruna," perintah Rendi. 'Plak' tepukan di bahu Rendi membuatnya menoleh. Nampak Dion berdiri di belakangnya."Apa yang kau perbuat pada Aruna?" tanya Dion menatap Rendi dengan tatapan menghujam."Hah? Aku? Apa kau tak salah bicara presiden direktur Dion?" sindir Rendi."Asal kau tahu saja, Aruna selama ini tak pernah mabuk! Jangan kan mabuk, dia pun tak pernah pergi ke Bar malam. Namun, semenjak mengenalmu dia menjadi seperti ini! Bukankah ini pelampiasannya karena terlalu setres bekerja? Atau mungkin juga karena kelakuanmu seperti ini!" sambung Rendi."
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu