DALANG SEBENARNYA SIAPA?
"Kenapa memangnya, Aruna? Apakah kau keberatan?" tanya Cindy. Sejujurnya Aruna tak menyangka bahwa Dion bisa seterbuka itu dengan kakaknya. Bukannya berpikir baik justru sekarang Aruna curiga sebenarnya apa yang di inginkan oleh Cindy dan Dion. Aruna takut mereka sekongkol melakukan sesuatu."Aruna, kami memang dekat sekali. Hubungan kami seperti saudara kandung. Saat aku mengalami fase terendah dalam hidupku, Dion juga lah yang selalu bersamaku. Dia mendukung semua keputusanku dan ada di garda terdepan membelaku. Bukankah wajar jika seorang adik bercerita pada kakaknya tanpa aku minta?" ujar Cindy."Dion akan memberitahuku hal ini. Aku bahkan sudah memeriksa keadaan Bima sendiri untuk memastikan dia benar- benar sangat sehat. Bukankah ada sebuah pepatah mengatakan sebuah peribahasa bahwa kadang musuh terdekatmu itu orang di sebelahmu? Dia orang yang selalu memperhatikanmu, bahkan selalu mengamatimu," ujar Cindy dengn tampang polosnya.<APAKAH BIMA MAU TINGGAL BERSAMANYA?"Ya, memang. Aku harus menjelaskan hal ini saat itu. Kau juga mengapa tiba- tiba mengirim surat gugatan dari luar negeri dan menyuruh Pak Willy membuatnya?" cerca Dion."Karena Hendi yang mengadu dan bilang padaku. Dia bilang kau punya anak tanpa sadar, lalu kalian bertemu tiba- tiba. Sayangnya Ibu anak itu tidak mengizinkan kamu untuk bertemu dengannya. Sebagai kakak yang baik aku tak ingin adik tunggalku dan semat wayang ini bersedih. Aku tak mau kau merasakan kecewa dan trauma yang ku rasakan dulu, Dion. Apapun akan ku lakukan asal kau tak menderita," ujar Cindy dengan nada suara bergetar."Akhirnya aku berinisiatif untuk mengajukan tentang gugatan anak itu," sambung Cindy. Dion mengelus lengan kakak perempuannya. Ya, meskipun mereka saudara tiri namun perlakuan Cindy ke Dion layaknya adik kandung yang mampu membuat Dion sangat menyayanginya juga. Mereka saling mengasihi satu sama lain, karena hanya mereka lah sisa generas
APAKAH IBU AKAN MEMBUANGKU?"Bima," panggil Aruna."Kalau suatu saat nanti Ayah Baik mau kau tinggal bersamanya, apakah kau bersedia?" tanya Aruna."Kau akan menolaknya kan?" sambung Aruna."Tidak! Aku akan bersedia tinggal di sana," jawab Bima."Hah? Kenapa kau tega melakukan itu pada Ibu? Jahat sekali," ujar Aruna."Jangan sedih Ibu, memang aku mau tinggal bersam Ayah Baik. Namun aku juga memiliki syarat yang harus di jalankan oleh Ayah Baik!" kata Bima."Syarat apa itu?" sahut Aruna."Syaratnya hanya satu, Ibu harus ikut aku juga. Kita akan tinggal bersama- sama, tak akan ada yang bisa memisahkan Ibu dan aku. Meskipun itu Ayah Baik juga, kalian kan sama- sama orang tuaku," jawab Bima."Kalau Ayah Baik tak mau, bagaimana? Dia mengatakan dan hanya mau mengajak kau saja yang tinggal bersama dia, apakah kau bersedia, Bima?" cerca Aruna masih penasaran."Apakah perlu Ibu tanyakan lagi? Apakah Ibu tak tahu jawabannya?" ujar Bima."Hahaha
APAKAH KAU DATANG UNTUK MEMINTA MAAF?Malam ini Dion berada sendirian di sebuah club malam yang memang merupakan fasilitas hotel. Dia meminum segelas koktail tanpa alkohol untuk sekedar menenangkan dirinya dan menghabiskan waktu sedirian. Terlihat seorang wanita menghampiri Dion."Hay, Kakak tampan. Apakah kau sedang sendiri?" tanya wanita itu sambil memeluk Dion manja.Itu adalah hal biasa terjadi di club malam. Mereka yang menganut paham keebasan biasanya akan menghabisan one night stand. Untuk orang-orang tertentu, cinta satu malam atau one-night stand mungkin bisa sangat berkesan dan memberi pengalaman berbeda. One-night stand adalah pengalaman bercinta hanya satu malam saja, dengan seseorang yang baru dikenal. Biasanya, seseorang melakukannya malam itu secara spontan, tanpa direncanakan dan tanpa disadari. Kebanyakan karena adanya pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang.Tak hanya pria saja, wanita juga banyak melakukan ini apalagi di kota- kota besa
MENYERAH?"Apakah kau datang untuk minta maaf padanya?" tanya Bima pada Dion."Minta maaf? Minta maaf untuk apa?" sahut Dion keheranan."Sebentar apa yang Ibu katakan padamu?" sambung Dion pada putranya itu sambil memeluk Bima yang ada di pangkuannya."Dia tidak bilang apa -apa, namun aku bisa melihat bahwa Ibu sedang marah pada Ayah Baik. Ayah Baik apa yang harus kau lakukan? Simpel, bujuk saja Ibu. Pasti nanti Ibu akan luluh dan baik lagi. Memang Ibu harus di bujuk, di rayu, di sayang," kata Bima."Bima, kau ini sebenarnya umur berapa? Mengapa kau bisa memahami ibumu sampai sedetail itu," ledek Dion sambil mencubit hidung Bima."Tentu saja aku memahami Ibu dengan baik. Karena selama ini kami sering menghabiskan waktu bersama dan hanya berdua. Siapa lagi di dunia ini yang aku miliki jika tidak Ibu, begitupun Ibu padaku," jawab Bima sambil melihat tab yang sengaja di bukanya sejak tadi.Dia sedang menonton film iron Man kesukaannya. Dion terdiam men
KESEPAKATAN."Aruna, ini terlalu kejam untuk Bima. Aku adalah lelaki yang sadar diri, bagaimana aku sebagai seorang Ayah tak baik untuk Bima, namun sayangnya Bima selalu memanggilku dengan pnggilan Ayah Baik. Aku baru datang setelah membiarkanmu dan Bima terlantar serta terlantar, apakah aku tega merebutnya? Aku punya hari nurani, Aruna. Lagi pula aku juga tidak tahu kau bisa hidup tanpa Bima. Dan sampai berapa lama aku bisa bertahan hidup di dunia ini. Aku tak pernah tahu juga seberapa lama usiaku bisa mendampingi Bima lagi," kata Dion sendiri."Apa maksudmu, Pak Dion?" tanya Aruna."Tidak," sahut Dion."Mengapa sampai harus mengadakan perjanjian notaris? Bukankah kita tak pernah menikah? Tak perlu sampai sedetails ini kan?" protes Aruna."Kenapa Hp mu pintar tapi otakmu tidak? Baca dulu kenapa perlu notaris," sahut Dion. Aruna terdiam dan mendengus kesal, namun dia masih membuka HP nya sambil mencari tahu mengapa harus melibatkan notaris. Sebelum memb
ANCAMAN SHEILA!Dia langsung masuk sambil memeluk Elbara. Lelaki itu masih terdiam tak menanggapi perbuatan Sheila. Dia mulai muak dengan wanita itu. Elbara sangat tahu Sheila lah yang membuat hubungannya dengan Elizabeth rusak."Sayang! Besok masih ada rapat, ayo kita pulang lebih awal," ajak Sheila melingkarkan tangannya di leher Elbara."Apa maksud unggahan videomu itu?" tanya Elbara dingin."Apa maksudmu? Unggahan video apa?" tanya Sheila berpura- pura tak tahu."Apakah kau yang bodoh ataukah aku yang menganggapmu bodoh?" tanya Elbara berdiri membuat Sheila hampir terjengkang ke belakang."Apakah sekarang aku perlu memanggil orang untuk mencari alamat IP itu? Kau sudah menyebarkannya! Kau lupa bahwa yang punya video itu hanya kamu, Sheila! Kau jangan berpura-pura bodoh dan lupa. Gila kau!" hardik Elbara."Aku sudah membayar mahal untuk menghapus itu dari semua sosial media dan kau sekarang menyebarkannya lagi?" kata Elbara membalik badan sambil menuding Sheila."A- aku aku begitu
IBU AYOK PERGI BERKEMAH!"Em, kalau begitu, apakah aku tetap tidak boleh pergi ke Bali? Ayolah, Sayang! Semua petinggi industri ini akan hadir di konferensi kesehatan itu. Aku pun juga ingin melihat dunia luar, tidak hanya di kaca kantor kota Jakarta," bujuk Sheila."Baiklah kalau begitu. Anggap saja kita sedang pergi liburan," jawab Elbara sambil mengusap lengan Sheila.Tak ada pilihan lain lagi bagi Elbara untuk saat ini dari pada Sheila selingkuhannya akan marah lagi dan melakukan hal lebih gila lagi. Elbara pun memeluknya, Sheila pun terlihat tersenyum bahagia bisa membujuk lelaki di dekapannya. Elbara tersenyum culas, karena tanpa Sheila sadari Elbara sedang merencanakan sesuatu yang tak pernah dia duga.Malam berlanjut hingga pagi, lagi Elbara terbuai hasrat nafsu birahi yang di tawarkan Sheila lagi. Di sisi lain, pagi hari di Bali, Aruna sangat bersemangat menghabiskan waktu bersama putranya lagi. Namun berbeda dengan Aruna, justru Bima terlihat tak antusias. Mereka keluar ka
KARMA KANDARA BEACH BALI!"Arumi," panggil Aruna."Hm," sahut Arumi."Kapan Bima bilang padamu?" tanya Aruna tambah curiga.Bukannya apa- apa, ada banyak alasan yang membuat Aruna curiga dengan semua alasan sahabatnya yang terkesan di buat- buat dan tak masuk akal ini. Bukannya dia tak percaya dengan semua perkataan Arumi, justri sandiwara dan kejutan Arumi ini sangat tertata dan khas. Layaknya seorang yanag di kenal baik oleh Aruna, namun Aruna tak ingin langsung menyalahkannya. Dia masih mencoba berpikir positif, belum sampai Arumi menjawab pertanyaannya, Bima sudah berteriak minta segera berangkat. Dia bahkan merengek dan menggeret lengan Aruna."Ibu ayo segera berangkat! Aku ingin pergi berkemah! Ayo kita berkemah!" aja Bima berteriak."Ibu! Ibu ayo!" pekiknya lagi."Baiklah. Aku akan mencoba maklum untuk kali ini sambil berdoa agar apa yang aku pikirkan tidak lah menjadi nyata. Aku akan coba mengerti dan menikmati semuanya, lagi pula kita juga libur hari ini. Jadi kita pergi ber