APAKAH IBU AKAN MEMBUANGKU?
"Bima," panggil Aruna."Kalau suatu saat nanti Ayah Baik mau kau tinggal bersamanya, apakah kau bersedia?" tanya Aruna."Kau akan menolaknya kan?" sambung Aruna."Tidak! Aku akan bersedia tinggal di sana," jawab Bima."Hah? Kenapa kau tega melakukan itu pada Ibu? Jahat sekali," ujar Aruna."Jangan sedih Ibu, memang aku mau tinggal bersam Ayah Baik. Namun aku juga memiliki syarat yang harus di jalankan oleh Ayah Baik!" kata Bima."Syarat apa itu?" sahut Aruna."Syaratnya hanya satu, Ibu harus ikut aku juga. Kita akan tinggal bersama- sama, tak akan ada yang bisa memisahkan Ibu dan aku. Meskipun itu Ayah Baik juga, kalian kan sama- sama orang tuaku," jawab Bima."Kalau Ayah Baik tak mau, bagaimana? Dia mengatakan dan hanya mau mengajak kau saja yang tinggal bersama dia, apakah kau bersedia, Bima?" cerca Aruna masih penasaran."Apakah perlu Ibu tanyakan lagi? Apakah Ibu tak tahu jawabannya?" ujar Bima."HahahaAPAKAH KAU DATANG UNTUK MEMINTA MAAF?Malam ini Dion berada sendirian di sebuah club malam yang memang merupakan fasilitas hotel. Dia meminum segelas koktail tanpa alkohol untuk sekedar menenangkan dirinya dan menghabiskan waktu sedirian. Terlihat seorang wanita menghampiri Dion."Hay, Kakak tampan. Apakah kau sedang sendiri?" tanya wanita itu sambil memeluk Dion manja.Itu adalah hal biasa terjadi di club malam. Mereka yang menganut paham keebasan biasanya akan menghabisan one night stand. Untuk orang-orang tertentu, cinta satu malam atau one-night stand mungkin bisa sangat berkesan dan memberi pengalaman berbeda. One-night stand adalah pengalaman bercinta hanya satu malam saja, dengan seseorang yang baru dikenal. Biasanya, seseorang melakukannya malam itu secara spontan, tanpa direncanakan dan tanpa disadari. Kebanyakan karena adanya pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang.Tak hanya pria saja, wanita juga banyak melakukan ini apalagi di kota- kota besa
MENYERAH?"Apakah kau datang untuk minta maaf padanya?" tanya Bima pada Dion."Minta maaf? Minta maaf untuk apa?" sahut Dion keheranan."Sebentar apa yang Ibu katakan padamu?" sambung Dion pada putranya itu sambil memeluk Bima yang ada di pangkuannya."Dia tidak bilang apa -apa, namun aku bisa melihat bahwa Ibu sedang marah pada Ayah Baik. Ayah Baik apa yang harus kau lakukan? Simpel, bujuk saja Ibu. Pasti nanti Ibu akan luluh dan baik lagi. Memang Ibu harus di bujuk, di rayu, di sayang," kata Bima."Bima, kau ini sebenarnya umur berapa? Mengapa kau bisa memahami ibumu sampai sedetail itu," ledek Dion sambil mencubit hidung Bima."Tentu saja aku memahami Ibu dengan baik. Karena selama ini kami sering menghabiskan waktu bersama dan hanya berdua. Siapa lagi di dunia ini yang aku miliki jika tidak Ibu, begitupun Ibu padaku," jawab Bima sambil melihat tab yang sengaja di bukanya sejak tadi.Dia sedang menonton film iron Man kesukaannya. Dion terdiam men
KESEPAKATAN."Aruna, ini terlalu kejam untuk Bima. Aku adalah lelaki yang sadar diri, bagaimana aku sebagai seorang Ayah tak baik untuk Bima, namun sayangnya Bima selalu memanggilku dengan pnggilan Ayah Baik. Aku baru datang setelah membiarkanmu dan Bima terlantar serta terlantar, apakah aku tega merebutnya? Aku punya hari nurani, Aruna. Lagi pula aku juga tidak tahu kau bisa hidup tanpa Bima. Dan sampai berapa lama aku bisa bertahan hidup di dunia ini. Aku tak pernah tahu juga seberapa lama usiaku bisa mendampingi Bima lagi," kata Dion sendiri."Apa maksudmu, Pak Dion?" tanya Aruna."Tidak," sahut Dion."Mengapa sampai harus mengadakan perjanjian notaris? Bukankah kita tak pernah menikah? Tak perlu sampai sedetails ini kan?" protes Aruna."Kenapa Hp mu pintar tapi otakmu tidak? Baca dulu kenapa perlu notaris," sahut Dion. Aruna terdiam dan mendengus kesal, namun dia masih membuka HP nya sambil mencari tahu mengapa harus melibatkan notaris. Sebelum memb
ANCAMAN SHEILA!Dia langsung masuk sambil memeluk Elbara. Lelaki itu masih terdiam tak menanggapi perbuatan Sheila. Dia mulai muak dengan wanita itu. Elbara sangat tahu Sheila lah yang membuat hubungannya dengan Elizabeth rusak."Sayang! Besok masih ada rapat, ayo kita pulang lebih awal," ajak Sheila melingkarkan tangannya di leher Elbara."Apa maksud unggahan videomu itu?" tanya Elbara dingin."Apa maksudmu? Unggahan video apa?" tanya Sheila berpura- pura tak tahu."Apakah kau yang bodoh ataukah aku yang menganggapmu bodoh?" tanya Elbara berdiri membuat Sheila hampir terjengkang ke belakang."Apakah sekarang aku perlu memanggil orang untuk mencari alamat IP itu? Kau sudah menyebarkannya! Kau lupa bahwa yang punya video itu hanya kamu, Sheila! Kau jangan berpura-pura bodoh dan lupa. Gila kau!" hardik Elbara."Aku sudah membayar mahal untuk menghapus itu dari semua sosial media dan kau sekarang menyebarkannya lagi?" kata Elbara membalik badan sambil menuding Sheila."A- aku aku begitu
IBU AYOK PERGI BERKEMAH!"Em, kalau begitu, apakah aku tetap tidak boleh pergi ke Bali? Ayolah, Sayang! Semua petinggi industri ini akan hadir di konferensi kesehatan itu. Aku pun juga ingin melihat dunia luar, tidak hanya di kaca kantor kota Jakarta," bujuk Sheila."Baiklah kalau begitu. Anggap saja kita sedang pergi liburan," jawab Elbara sambil mengusap lengan Sheila.Tak ada pilihan lain lagi bagi Elbara untuk saat ini dari pada Sheila selingkuhannya akan marah lagi dan melakukan hal lebih gila lagi. Elbara pun memeluknya, Sheila pun terlihat tersenyum bahagia bisa membujuk lelaki di dekapannya. Elbara tersenyum culas, karena tanpa Sheila sadari Elbara sedang merencanakan sesuatu yang tak pernah dia duga.Malam berlanjut hingga pagi, lagi Elbara terbuai hasrat nafsu birahi yang di tawarkan Sheila lagi. Di sisi lain, pagi hari di Bali, Aruna sangat bersemangat menghabiskan waktu bersama putranya lagi. Namun berbeda dengan Aruna, justru Bima terlihat tak antusias. Mereka keluar ka
KARMA KANDARA BEACH BALI!"Arumi," panggil Aruna."Hm," sahut Arumi."Kapan Bima bilang padamu?" tanya Aruna tambah curiga.Bukannya apa- apa, ada banyak alasan yang membuat Aruna curiga dengan semua alasan sahabatnya yang terkesan di buat- buat dan tak masuk akal ini. Bukannya dia tak percaya dengan semua perkataan Arumi, justri sandiwara dan kejutan Arumi ini sangat tertata dan khas. Layaknya seorang yanag di kenal baik oleh Aruna, namun Aruna tak ingin langsung menyalahkannya. Dia masih mencoba berpikir positif, belum sampai Arumi menjawab pertanyaannya, Bima sudah berteriak minta segera berangkat. Dia bahkan merengek dan menggeret lengan Aruna."Ibu ayo segera berangkat! Aku ingin pergi berkemah! Ayo kita berkemah!" aja Bima berteriak."Ibu! Ibu ayo!" pekiknya lagi."Baiklah. Aku akan mencoba maklum untuk kali ini sambil berdoa agar apa yang aku pikirkan tidak lah menjadi nyata. Aku akan coba mengerti dan menikmati semuanya, lagi pula kita juga libur hari ini. Jadi kita pergi ber
SIAPA YANG MENYIAPKAN SEMUA INI, ARUMI?"Tenang saja, Bu! Kami di bawah sudah menyediakan sediri dengan lengkap," jelas sopir itu."Bahkan ada petugasnya sendiri di sana," sambungnya."Benarkah?" tanya Aruna."Benar, Bu! Semua sudah include paket. Saya jamin anak- anak pasti senang karena bisa mencoba aktivitas baru selama masa liburan. Mulai dari tenda, sleeping bag, kompor portable, senter, dan sebagainya," jawab sopir itu. Aruna menganggukkan kepalanya."Selamat datang Ibu Aruna dan Bima," sapa seorang wanita keluar dari lift samping hotel membawa air kelapa muda dan bunga."Asikkk! Ibu kita kan berkemah tapi mewah sekali," pekik Bima kegirangan."Silahkan, kita akan segera turun ke bawah. Mari," ajak wanita itu."Saya akan menjelaskan sedikit tentang manfaat kemah untuk anak sangat baik karena dapat melatih kemandirian dan kemampuan anak beradaptasi dengan lingkungan, nanti di dekat bibir pantai Ibu dan Bima bisa menikmati beberapa fasilitas di pantai juga. Seperti bermain Kano da
KEBETULAN LAGI?"Oh iya, Aruna! Maaf ya, aku masih ada urusan jadi kalian bermainlah! Aku tutup ya! Have fun! Bye! Bye," ujar Arumi sambil ingin mematikan telponnya."Arumi," panggil Aruna."Siapa yang menyiapkan semua ini? Jujurlah!" perintah Aruna. Arumi pun merutuki kebodohannya sendiri. Mengapa kurang koordinasi."Ibu ada apa?" tanya Bima heran melihat nya yang terdiam."Ibu merasa ada yang aneh. Tapi ya sudahlah ayo kita segera dirikan kemah saja!" jawab Aruna."Ayo!" sahut Bima kegirangan.Mereka pun bermain dengan senang. Bima juga terlihat tampak riang, Aruna membiarkan dulu putranya bermain pasir pantai yang memang putih dan bersih. Aruna menghirup udara segar sebanyak- banyaknya sebelum harus menghadapi rutinitas besok.Di sisi pantai sebelah kanan, Dion nampang berjalan bersama seseorang lelaki. Mereka nampak mengobrolkan tentang investasi sebuah beach club di sana. Dion memang ingin mencoba dan merambah bisnis segala bidang sebelum pensiun nanti."Pak Dion, rasanya meman
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu