PEMBUKTIAN!"Bagaimanapun juga aku tidak akan memaafkan, Aruna!" sambungnya."Aku tidak butuh maafmu!" bentak Aruna."Aku tidak pernah menyakiti Kak Seruni! Apakah kau ingin tahu apa yang di katakan kak Seruni sebelum meninggal?" tantang Aruna."Apa yang dikatakan oleh kakakku?" tanya Steven mendekat."Baik, ikut aku ke kota Jakarta. Kita kembali, aku akan menjelaskan semuanya dan untuk menunjukkan padamu bagaimana kenyataan dan hasil pemeriksaannya. Aku akan memberitahumu semua apa yang di katakan oleh Kak Seruni sebelum meninggal," kata Aruna menjelaskan."Aruna! Tapi...""Tak memerlukan waktu lama, aku akan segera memberi tahu Pak Hendra akan melakukan kunjungan dinas luar kota urgent dan mendadak. Aku akan segera meminta tolong Hendi mengurus surat perintah kerja itu. Kau setuju kan Pak Dion? Bukankah kau juga penasaran?" kata Aruna memotong pembicaraan Dion."Bima?" tanya Dion."Gampang. Selama ini bukankah aku mengurusnya dengan baik? Jadi jangan khawatir. Aku pasti sudah memili
BAPAK- BAPAK PENOLONG! Tanpa mereka sadari Aruna keluar dari kamar mendengar dengungan orang bercakap. Maklum saja, itu adalah apartemen semi rumah susun bukanlah apartemen elit yang kedap suara. Jadi suara orang bercakap di Balkon bisa terdengar dari dalam. Aruna terkejut saat DIon mengatakan hal demikian."Apakah aku begitu hina?" batin Aruna dalam hati."Lalu, bagaimana jika Aruna memang terbukti melakukan itu pada Kakakku? Apakah yang akan kau lakukan?" tanya Steven. Dion terdiam sejenak mendengar semua ucapan Steven. Sedangkan Aruna pun sedang menyimak semua pembicaraannya. Dion melihat sekilas ke arah Steven."Aku tidak akan memaafkan orang yang benar- benar akan mencelakai Seruni," jawab Dion.'Deg' Aruna cukup kaget mendengar semua ucapan Dion. Dia tak mengira Dion akan sepicik itu. 'Tes' air matanya menetes, dia segera menghapus air mata yang jatuh di pipi dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya karena akan sakit hati jika masih terus di
KEPUTUSAN BESAR!"Paman, ini! Ini orangnya. Apakah Paman tahu di mana dia sekarang?" tanya Aruna menunjukkan salah satu foto."Ya aku tahu. Dia adalah Pak Har, pemilik restoran chinese food di dekat sebuah resto dan hotel belakang sana," ujar Paman Fuad."Bolehkah kami meminta alamatnya, Paman?" tanya Aruna.Langsung saja, Paman Fuad menuliskan sebuah alamat nama resto chinese food yang letaknya tak jauh dari sebuah hotel dan club mewah jakarta. Berada di gang kecil belakangnya, seperti hidden gem. Mereka semua segera menghabiskan kopi mereka dan berpamitan ke sana.Di sisi lain, Arumi di bantu oleh sopir grab online yang di pesannya membawa semua koper mereka masuk ke rumah Aruna. Bima masuk lebih dahulu, anak itu terlihat lemah, lesu, dan lunglai. Sedangkan Arumi langsung merebahkan dirinya di sofa setelah menyalakan AC ruangan tengah ruang tamu Aruna."Astaga sungguh melelahkan sekali hari ini," keluh Arumi."Aku sekarang benar- benar sadar bahwa memiliki anak tak semudah yang ak
GO SELLY! GO SELLY! GO!"Hah? Ibu? Ah benar, aku tidak mau menunggu orang yang tidak menghargaiku saat itu," gumam Arumi. Melihat Ibu angkatnya sedih, Bima langsung mendekati nya dan memeluknya."Aku tak akan pernah mengangkat telponnya. Bahkan aku rasa sebaiknya dia tidak usah pulang ke sini saja," keluh Arumi. Di sisi lain depan kompleks perumahan Rendi, tiba- tiba HP nya berbunyi. Hari ini Rendi memang jadwal nya selesai berbelanja bulanan. Ternyata Selly yang menelponnya, dia segera mengangkatnya."Hallo, ada apa?" tanya Rendi."Hallo selamat pagi dokter tampanku! Apakah kau sudah selesai kerja? Hari ini aku mau traktir makan," ujar Selly."Ada apa kau mentraktirku makan?" sahut Rendi curiga, dia melanjutkan berjalan sampai kompleks perumahannya. Rendi memang sengaja memilih perumahan dekat dengan rumah sakit, selain memudahkannya saat bekerja, dia tak suka jika harus macet- macetan setiap pagi. Padahal harusnya hari ini dia beristirahat setelah berbelanja semua kebutuhan dan ke
JANGAN BILANG PADA ARUNA, PLEASE."Aku tidak percaya!" sanggah Selly."Terserah. Sudahlah ini belanjaanmu. Aku akan mentraktirmu lain kali," ucap Rendi."STOOOPP! Kau tak boleh meninggalkan aku dulu sebelum kau menjelaskan apa urusanmu! Pokoknya aku akan ikut denganmu," kata Selly tetap mengeyel."Baiklah jika itu mau! Kau bisa ikut jangan bawel," perintah Rendi dengan santainya.Selly berjingkrak kesenangan, ini merupakan kemajuan yang sangat pesan dalam hubungannya. Rendi bisa mengajak dan mengenalkan Selly pada semua teman- temannya. Dia pun segera mengikuti Rendi ke dalam mobil.Di sisi lain, Aruna sudah sampai tempat yang dikatakan oleh Paman Fuad. Tempat itu tak lain adalah belakang perumahan Dion yang memang berada di kompleks perumahan mewah. Belakang rumah itu terdapat resto, hotel, dan club malam mewah. Aruna tak mengira bahwa lelaki penyelamat hidupnya itu tinggal di sana. Jika di logika tak aneh memang, karena memang mereka naik bus dengan jala pulang searah, otomatis
SEBUAH RESTORAN CINA KLASIK!"Arumi," panggil Rendi."Hmmm,""Kau jangan mengatakan semua ini padaa Aruna ya," pinta Rendi."Kenapa? Kau jangan menyia- nyiakan wanita tulus seperti dia," sahut Arumi."Bukan begitu, Arumi. Karena ini semua tidak seperti yang kau pikirkan," ujar Rendi."Memang apa yang aku pikirkan menurutmu?" tanya Arumi."Bukan! Sudah lupakan saja, ini bukan urusanmu juga. Aku akan memasak hari ini, kau tak usah memesankan makanan untuk Bima. Terlalu banyak makan dari luar tak baik," kata Rendi."Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu ya, aku janji akan segera pulang cepat," ucap Arumi."Bima," panggil Arumi.Bima yang sedari tadi asik bermain dengan Selly pun langsung berhenti dan berlari ke arah Arumi. Dia memeluk Arumi sebentar dan mencium pipinya. Arumi mengelus kepala Bima."Bima dengarkan Ibu Arumi ya, Ibu Arumi akan berangkat ke kantor dulu. Ibu Arumi harus bekerja sebentar untuk absen. Nanti sore Ibu akan seger
SUMPAH PAMAN HONG!"Benar, Paman. Saya adalah adik tunggal gadis yang meninggal dalam kecelakaan bus beberapa tahun lalu. Paman, saya datang ke sini karena benar- benar merindukan Kakak saya. Kami terpisah karena saya di adopsi oleh Ibu angkat di Surabaya. Saya mencari nya kembali ke Jakarta, namun ternyata saya mendapati kenyataan kakak saya sudah meninggl dunia. Apakah Paman Hong masih ingat bagaimana kejadian di dalam Bus?" tanya Steven."Bagaimana mungkin taku idak ingat gadis itu? Meskipun aku tak mengenal dan tak pernah dekat dengan anak itu, tapi aku cukup tahu namanya Seruni. Kami sering kali satu bus bersama saat pergi berbelanja. Dia itu gadis yang baik, berbicara selalu lembut saat di hadapan semua orang, wajahnya selalu senyum sepanjang hari. Sayang sekali dia tak berumur panjang," kata Paman Hong."Kau lebih beruntung beberapa detik saja gadis muda," sambung paman Hong melihat Aruna."Iya, Paman. Tapi paman saya ingin tanya lagi, untuk lebih menjelaskan details saat kejad
SINDIRAN UNTUK DION."Apakau kau masih ragu? Bahkan aku bisa mempertaruhkan semua ucaapnku dengan semua kehormatanku, nama baikku, martabatku. Apakah itu kurang? Aku berani bersumpah bahwa setiap kata yang aku ucapkan adalah fakta!" teriak paman Hong.Steven langsung terdiam mendengar ucapan paman Hong. Dia melihat ketulusan paman Hong dan memang sertinya paman tidak berbohong. Namun Steven masih belum bisa terima dan penasaran apa yang membuat nya Kak Seruni sampai harus menyiakan beberapa detik dalam hidupnya."Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan semua itu. Tapi aku hanya ingin tahu kenapa Kak Seruni bisa begini? Kenapa dia harus kembali dan menyia- nyiakan beberapa detik yang berharga dalam hidupnya. Kenapa dia tidak mau turun dari bus? Kenapa dia harus kembali lagi ke belakang. Seberapa berharganya barang itu sampai dia harus mengorbankan nyawanya?" tanya Steven sambil mengepal tangannya. "Arrrrghhhh!" teriak Steven sambil berdiri pergi meninggalkan semua orang.Steven keluar