BAPAK- BAPAK PENOLONG!
Tanpa mereka sadari Aruna keluar dari kamar mendengar dengungan orang bercakap. Maklum saja, itu adalah apartemen semi rumah susun bukanlah apartemen elit yang kedap suara. Jadi suara orang bercakap di Balkon bisa terdengar dari dalam. Aruna terkejut saat DIon mengatakan hal demikian."Apakah aku begitu hina?" batin Aruna dalam hati."Lalu, bagaimana jika Aruna memang terbukti melakukan itu pada Kakakku? Apakah yang akan kau lakukan?" tanya Steven. Dion terdiam sejenak mendengar semua ucapan Steven. Sedangkan Aruna pun sedang menyimak semua pembicaraannya. Dion melihat sekilas ke arah Steven."Aku tidak akan memaafkan orang yang benar- benar akan mencelakai Seruni," jawab Dion.'Deg' Aruna cukup kaget mendengar semua ucapan Dion. Dia tak mengira Dion akan sepicik itu. 'Tes' air matanya menetes, dia segera menghapus air mata yang jatuh di pipi dan memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya karena akan sakit hati jika masih terus diKEPUTUSAN BESAR!"Paman, ini! Ini orangnya. Apakah Paman tahu di mana dia sekarang?" tanya Aruna menunjukkan salah satu foto."Ya aku tahu. Dia adalah Pak Har, pemilik restoran chinese food di dekat sebuah resto dan hotel belakang sana," ujar Paman Fuad."Bolehkah kami meminta alamatnya, Paman?" tanya Aruna.Langsung saja, Paman Fuad menuliskan sebuah alamat nama resto chinese food yang letaknya tak jauh dari sebuah hotel dan club mewah jakarta. Berada di gang kecil belakangnya, seperti hidden gem. Mereka semua segera menghabiskan kopi mereka dan berpamitan ke sana.Di sisi lain, Arumi di bantu oleh sopir grab online yang di pesannya membawa semua koper mereka masuk ke rumah Aruna. Bima masuk lebih dahulu, anak itu terlihat lemah, lesu, dan lunglai. Sedangkan Arumi langsung merebahkan dirinya di sofa setelah menyalakan AC ruangan tengah ruang tamu Aruna."Astaga sungguh melelahkan sekali hari ini," keluh Arumi."Aku sekarang benar- benar sadar bahwa memiliki anak tak semudah yang ak
GO SELLY! GO SELLY! GO!"Hah? Ibu? Ah benar, aku tidak mau menunggu orang yang tidak menghargaiku saat itu," gumam Arumi. Melihat Ibu angkatnya sedih, Bima langsung mendekati nya dan memeluknya."Aku tak akan pernah mengangkat telponnya. Bahkan aku rasa sebaiknya dia tidak usah pulang ke sini saja," keluh Arumi. Di sisi lain depan kompleks perumahan Rendi, tiba- tiba HP nya berbunyi. Hari ini Rendi memang jadwal nya selesai berbelanja bulanan. Ternyata Selly yang menelponnya, dia segera mengangkatnya."Hallo, ada apa?" tanya Rendi."Hallo selamat pagi dokter tampanku! Apakah kau sudah selesai kerja? Hari ini aku mau traktir makan," ujar Selly."Ada apa kau mentraktirku makan?" sahut Rendi curiga, dia melanjutkan berjalan sampai kompleks perumahannya. Rendi memang sengaja memilih perumahan dekat dengan rumah sakit, selain memudahkannya saat bekerja, dia tak suka jika harus macet- macetan setiap pagi. Padahal harusnya hari ini dia beristirahat setelah berbelanja semua kebutuhan dan ke
JANGAN BILANG PADA ARUNA, PLEASE."Aku tidak percaya!" sanggah Selly."Terserah. Sudahlah ini belanjaanmu. Aku akan mentraktirmu lain kali," ucap Rendi."STOOOPP! Kau tak boleh meninggalkan aku dulu sebelum kau menjelaskan apa urusanmu! Pokoknya aku akan ikut denganmu," kata Selly tetap mengeyel."Baiklah jika itu mau! Kau bisa ikut jangan bawel," perintah Rendi dengan santainya.Selly berjingkrak kesenangan, ini merupakan kemajuan yang sangat pesan dalam hubungannya. Rendi bisa mengajak dan mengenalkan Selly pada semua teman- temannya. Dia pun segera mengikuti Rendi ke dalam mobil.Di sisi lain, Aruna sudah sampai tempat yang dikatakan oleh Paman Fuad. Tempat itu tak lain adalah belakang perumahan Dion yang memang berada di kompleks perumahan mewah. Belakang rumah itu terdapat resto, hotel, dan club malam mewah. Aruna tak mengira bahwa lelaki penyelamat hidupnya itu tinggal di sana. Jika di logika tak aneh memang, karena memang mereka naik bus dengan jala pulang searah, otomatis
SEBUAH RESTORAN CINA KLASIK!"Arumi," panggil Rendi."Hmmm,""Kau jangan mengatakan semua ini padaa Aruna ya," pinta Rendi."Kenapa? Kau jangan menyia- nyiakan wanita tulus seperti dia," sahut Arumi."Bukan begitu, Arumi. Karena ini semua tidak seperti yang kau pikirkan," ujar Rendi."Memang apa yang aku pikirkan menurutmu?" tanya Arumi."Bukan! Sudah lupakan saja, ini bukan urusanmu juga. Aku akan memasak hari ini, kau tak usah memesankan makanan untuk Bima. Terlalu banyak makan dari luar tak baik," kata Rendi."Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu ya, aku janji akan segera pulang cepat," ucap Arumi."Bima," panggil Arumi.Bima yang sedari tadi asik bermain dengan Selly pun langsung berhenti dan berlari ke arah Arumi. Dia memeluk Arumi sebentar dan mencium pipinya. Arumi mengelus kepala Bima."Bima dengarkan Ibu Arumi ya, Ibu Arumi akan berangkat ke kantor dulu. Ibu Arumi harus bekerja sebentar untuk absen. Nanti sore Ibu akan seger
SUMPAH PAMAN HONG!"Benar, Paman. Saya adalah adik tunggal gadis yang meninggal dalam kecelakaan bus beberapa tahun lalu. Paman, saya datang ke sini karena benar- benar merindukan Kakak saya. Kami terpisah karena saya di adopsi oleh Ibu angkat di Surabaya. Saya mencari nya kembali ke Jakarta, namun ternyata saya mendapati kenyataan kakak saya sudah meninggl dunia. Apakah Paman Hong masih ingat bagaimana kejadian di dalam Bus?" tanya Steven."Bagaimana mungkin taku idak ingat gadis itu? Meskipun aku tak mengenal dan tak pernah dekat dengan anak itu, tapi aku cukup tahu namanya Seruni. Kami sering kali satu bus bersama saat pergi berbelanja. Dia itu gadis yang baik, berbicara selalu lembut saat di hadapan semua orang, wajahnya selalu senyum sepanjang hari. Sayang sekali dia tak berumur panjang," kata Paman Hong."Kau lebih beruntung beberapa detik saja gadis muda," sambung paman Hong melihat Aruna."Iya, Paman. Tapi paman saya ingin tanya lagi, untuk lebih menjelaskan details saat kejad
SINDIRAN UNTUK DION."Apakau kau masih ragu? Bahkan aku bisa mempertaruhkan semua ucaapnku dengan semua kehormatanku, nama baikku, martabatku. Apakah itu kurang? Aku berani bersumpah bahwa setiap kata yang aku ucapkan adalah fakta!" teriak paman Hong.Steven langsung terdiam mendengar ucapan paman Hong. Dia melihat ketulusan paman Hong dan memang sertinya paman tidak berbohong. Namun Steven masih belum bisa terima dan penasaran apa yang membuat nya Kak Seruni sampai harus menyiakan beberapa detik dalam hidupnya."Sebenarnya aku tidak mempermasalahkan semua itu. Tapi aku hanya ingin tahu kenapa Kak Seruni bisa begini? Kenapa dia harus kembali dan menyia- nyiakan beberapa detik yang berharga dalam hidupnya. Kenapa dia tidak mau turun dari bus? Kenapa dia harus kembali lagi ke belakang. Seberapa berharganya barang itu sampai dia harus mengorbankan nyawanya?" tanya Steven sambil mengepal tangannya. "Arrrrghhhh!" teriak Steven sambil berdiri pergi meninggalkan semua orang.Steven keluar
APAKAH INI ADIL, STEVEN?"Aruna," panggil Dion. "Beri aku waktu untuk memvalidasi rasaku juga sama seperti yang di lakukan oleh Steven," sahut Aruna.Dion hanya bisa terdiam, dia juga memaklumi jika karena bersikap seperti itu padanya. Aruna masuk ke dalam kontrakannya dulu yang sengaja dia kosongkan. Aruna memasuki kamar rumah susun itu. 'Tes' air mata Seruni menangis.Dulu dia membeli rumah susun ini bersama dengan Seruni agar tidak boros dan menghabiskan uang untuk mengekos. Usul itu di berikan oleh Seruni, dia nekat untuk membeli kos-kosan itu dengan pikiran bahwa suatu saat mereka akan tetap terus bersama dan membeli rumah susun itu tak akan ada ruginya bagi mereka.Setelah kepergian Seruni, Aruna masih menempati rumah susun ini sendiri selama beberapa tahun. Mungkin hampir tujuh tahun sebelum dia mengetahui Seruni dekat dengan Dion dan memilih mengekos beberapaa bulan. Selama dia ada di sana perasaan besalah selalu menghantui Aruna. Terlalu banyak kenangan pahit di sana, Aru
BERDAMAILAH DENGAN SEMUA KENYATAANNYA STEVEN"Kalau uang aku tak terlalu punya begitu banyak uang. Tapi aku tak keberatan menyerahkan seluruh uang yang aku punya untukmu," ujar Steven."Aku tidak pernah meminta uang...""Lalu?" sahut Steven."Aku hanya minta saat kau tahu apa yang di ambil oleh Kak Seruni kok bisa berjanji padaku bahwa tidak akan menyalahkan orang lain, kau tidak akan pernah kecewa padanya, dan kau tidak akan menuduhnya dengan yang macam- macam sama seperti apa yang kau lakukan padaku. Karena apa? Semua itu juga bukan salahnya juga. Ini semua murni karena Kak Seruni sangat menghargai benda itu, jadi kau tak berhak menyalahkan siapapun. Kalau kau setuju amaka aku akan memberitahumu sekarang, tapi jika kau tak setuju maka ya sudah, lebih baik rahasia itu hanya aku yang tahu sampai aku mati," jelas Aruna.'Glek' Steven tertegun. Wanita yang di hadapannya ini berbeda dengan watak kebanyakan wanita. Sangat tegas semua ucapannya. Aruna memandang Steven dengan penuh intimid
KEPUTUSAN ARUNA"Ibu, ayok kita temui Eyang," pinta Bima."Ayo Aruna kita harus segera menemui Juragan Waluyo, Ayahmu. Kita harus meyakinkannya bahwa kita bisa bersama dan semua akan baik-baik saja," bujuk Dion.Aruna memandangi wajah Dion dan putranya bergantian. Dia menghela nafas panjang, kedua lelaki ini memiliki sifat yang sama ketika sudah menginginkan sesuatu maka mau tak mau harus terpenuhi saat itu juga. Namun Aruna memiliki pemikiran lain, dia harus mempertimbangkan semua baik buruknya sebelum mengambil keputusan itu."Pak Dion, maaf. Bima maafkan Ibu ya, jika keputusan Ibu kali akan mengecewakanmu. Bima, tidak semua keinginanmu harus dipenuhi kan? Ada beberapa hal yang kau tidak bisa memaksakan kehendakm karena ada kehendak lain yang Ibu inginkan," kata Aruna."Kau tak boleh egois menginginkan semuanya harus sesuai dengan maumu," sambungnya.Dion pun langsung menoleh menatap ke arah Aruna. Dia menggeleng tak percaya jika Aruna akan menolak ajakannya. Dion menatap Aruna de
MEYAKINKAN ARUNA MEMBUKA LEMBARAN BARU "Aku tak ingin kau kenapa-kenapa, kemarin badanmu sangat demam sekali," kata Dion. "Tenanglah Pak Dion, aku Lebih tahu bagaimana dengan badanku. Apalagi semenjak aku menjadi seorang ibu maka aku harus bisa menghindari semuanya serta harus mengerjakan semua hal secara sendiri dalam kondisi apapun. Hebat bukan? Dan lagi, aku tak terbiasa tidur terlalu lama," kata Elena. "Apakah yakin sudah benar-benar baik?" tanya Dion mencoba memastikan karena khawatir bibir Aruna masih sangat pucat pasi. "Tentu," sahut Aruna. "Aruna aku ingin bicara serius dengaanmu," ucap Dion lagi. "Apakah benar kau dari rumah bapakku, PakDion?" tanya Aruna. Dion pun menganggukkan kepalanya. "Ya aku dari sana," jawab Dion memangku Bima dan duduk di lantai menghadap ke arah Aruna. Aruna tersenyum kecut, dia benar-benar tak mengira jika Dion akan berbuat senekat ini. Bukan tak senang dirinya diperjuangkan hanya saja dia takut Dion menghadapi kerasnya sifar Juragan Waluyo
NEGOSIASI DENGAN BIMA!Dia ingin segera memberikan kabar gembira itu pada Aruna dan tak mau menunda lagi. Takut jika kedua orang tua Aruna berubah pemikiran. Dia harus sesegera mungkin mengajak Aruna ke sana lagi.Dion pun segera melajukan mobilnya menuju ke apartemen milik Aruna. Dia segera menuju ke kamar milik Aruna yang memang sedang tertidur karena badannya belum sembuh benar. Untung saja Aruna sudah memberikan kode akses masuk ke dalam rumahnya. 'Ting' pintu pun terbuka, dia melihat sekelilingnya mencari anaknya."Bima! Bima!" teriak Dion memanggil Sang putra."Ya Ayah Baik," sahut Bima dari dalam kamarnya. Dion pun segera masuk ke dalam kamar. Da melihat putranya sedang asyik bermain Lego sendiri.Dia tak melihat Aruna di sana."Dimana ibumu, Sayang?" tanya Dion. Bima menole dan tersenyum ke arah Ayah Baiknya."Em, Ibu ya? Dia sedang tidur Ayah Baik. Katanya badannya masih tidak enak, tapi aku sudah menjaganya dengan baik. Aku sudah memastikan ibu untuk meminum obatnya sama
MERESTUI DENGAN SYARAT?"Semua saya lakukan demi Aruna dan demi Bima semuanya. Seperti yang Bapak tahu sendiri, sampai saat ini pun Aruna juga belum memiliki sosok lelaki lain. Apakah Bapak berpikir jika Aruna tidak lak? Tentu dengan tegas dan jawabannya bisa kita ketahui semua tidak itu alasannya. Aruna sangat cantik dengan segala potensi yang dia miliki. Bukankah masih menjadi tanda tanya mengapa dia tak pernah menikah atau menjalankan hubungan baru dengan lelaki lain kan, Pak? Mengapa Aruna melakukan ini semua dan sebagai seorang laki-laki tentu Bapak tahu apa jawabannya kan?" jelas Dion.Juragan Waluyo terdiam mendnegar semua penjelasan Dion panjang lebar itu. Pun dengan Nyi Waluyo, ya mereka semua tidak bisa memunafikkan semua yang dikatakan oleh Dion benar. Selama ini Aruna bukannya tak laku tetapi dia memang menutup diri dan dia tahu alasan anaknya itu apa, yaitu Aruna susah sekali jatuh cinta dan mungkin cintanya telah habis bersama Dion. Apalagi sekarang dia memili
PERJUANGAN DION DI MULAI! PART 1 "Sudahlah Pak apalagi yang mau ditutupi? Toh ini kenyataan semalam aku yakin juga Aruna juga sakit. Tapi pertanyaannya apakah ada yang merawat atau tidak. Apakah kau merawatnya, Nak?" tanya Nyi Waluyo. Dion menganggukkan kepalanya. "Ya, Bu. Saya merawatnya dengan baik dan memang benar semalam Aruna sakit. Tenang saja, saya sudah memberinya pereda panas dan membuat bubur," jelas Dion. "Syukurlah kalau kau memang memiliki sedikit perhatian kepada Aruna. Sebenarnya bapaknya dari semalam juga sangat khawatir padanya, namun kau paham kan kadang seorang lelaki tidak bisa mengungkapkan rasa sayangnya. Tapi dia tak mau menunjukkan kekhawatirannya itu pada Aruna," ucap Nyi Waluyo. "Kau tahu sendirilah kadang lelaki itu memang memiliki titik egois dan rasa cemburu kepada anak perempuannya yang sedikit berlebihan" ujarnya. Baru setelah mendengar pernyataan dari Nyi Waluyo itu sekarang dia mengerti ke mana arah
MEMBUKA TABIR MASA LALU DI HADAPAN ORANG TUA ARUNA"Berani juga kau ke sini!" kata juragan Waluyo dari arah samping. Dion pun menoleh, dia melihat juragan Waluyo datang dengan menggunakan tongkatnya dan memakai pakaian hitam-hitam nampak sangat elegan dan wibawanya sangat keluar. Beda dengan tadi malam yang mungkin karena diliputi amarah yang besar sehingga tak menampakkan wibawa juragan Waluyo. Seketika jantung Dion berdetak kers, dia segera menyalami Juragan Waluyo meskipun merasa sedikit ngeri juga dengan penampilan juragan Waluya yang terkesan seperti dukun bagi Dion. Juragan Waluyo hanya menanggapi sekilas lalu duduk."Duduklah!" perintah juragan Waluyo. Dion pun duduk di berhadapan dengan juragan Waluyo."Ti! Narti! Buatkan minuman untuk tamu, Ti!" perintah Juragan Waluyo lagi."Nggeh Juragan!" sahut suara seorang wanita dari belakang."Sialan sepertinya memang Aruna bukan berasal dari keluarga sembarangan. Ini mungkin yang disebut dengan orang kaya tetapi hidup di desa, sungg
MENDATANGI JURAGAN WALUYO!Pagi harinya Aruna terbangun saat sinar matahari datang, masuk ke kamarnya melalui kelambu. Aruna langsung mengerjapkan matanya. Dia melihat ke arah bawah, ternyata Dion sedang memegangi tangannya tidur di kursi sofa yang di dekatkan pada tubuhnya. Sedangkan Bima berada di pelukannya. Aruna pun mulai beranjak untuk membuat sarapan untuk mereka, untung saja semalam Dion dengan gesit merawatnya. Kepalanya sudah tak pusing lagi."Aruna kau sudah bangun? Masih pusing? Bagaimana keadaanmu?" tanya Aruna."Aku sudah lumayan Baik, Pak Dion. Kau tak papa tidur dibawah begitu? Apa kau tak masuk angin nanti? Kau tidur di ruangan AC tanpa selimut. Kau baik-baik saja? Aku buatkan susu jahe ya," kata Aruna mulai khawatir. "Tenanglah, Aruna. Ini semua tidak sebanding dengan apa yang kau dan Bima sudah rasakan dulu. Aku tak masalah, jadi kau jangan khawatir," jawab Dion."Terima kasih ya, Pak Dion. Terima kasih kau sudah merawatku, berkat dirimu aku merasa jauh lebih ba
Aruna Sakit!"Ibu, Ibu dan Ayah baik tak apa-apa kan? Kalian akan bersama kan?" tanya Bima."Tidur yuk!" ajak Aruna pada Bima.Dion menoleh, dia melihat Aruna memperjuangkannya seperti ini, tiba-tiba perasaan bersalah dan menyesal bergelanyut di benaknya. Dulu dia meninggalkan Aruna dan salah paham kepadanya sampai bertahun-tahun akhirnya Aruna harus menyimpan semua kesakitan ini sendiri. Kerasnya hidup mengasuh Bima, hambatan yang dilakukan dan dirasakan hanya bisa dirasakan dengan juragan Waluyo. Orang yang seharusnya tak ikut bertanggung jawab dalam masalah ini. Itulah yang membuat dia menutupi kebodohannya sendiri yang sangat egois. "Apakah Eyang tak suka dengan Ayah Baik? Apakah Eyang akan melarang Ayah Baik ke sini?" tanya Bima."Tidak kok. Eyang tak marah," kata Aruna."Lalu kenapa tadi Eyang langsung pulang dan marah?" tanya Bima."Mungkin Eyang lelah. Maaf ya jika kau harus terbangun. Sekarang tidur ya, Nak," perintah Aruna sambil menggendongnya."Ayah Baik, ayok! Temani Bi
NYI WALUYO TURUN TANGAN!"Eyang, Apakah Eyang Kakung tahu jika Bima dan Ayah baik memiliki persamaan? Kami memiliki penyakit yang istimewa dan hanya diderita oleh orang-orang tertentu saja. Bukankah selama ini Eyang dan Ibu selalu panik pada perasaan yang dirasakan Bima dan kesakitan ini? Tetapi sekarang rasanya Ibu dan Eyang tidak perlu khawatir lagi, karena ada Ayah Baik yang akan menemani Bima. Kami seringkali meminum obat bersama, karena memang kami harus minum vitamin untuk menjaga dunia. Benar kan Ayah Baik?" tanya Bima sambil mengusap air mata Dion yang juga turut jatuh.Juragan Waluyo langsung terdiam mendengar pernyataan cucunya itu. Ya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi jika yang mengatakan hal seperti itu adalah Bima. Karena memang selama ini dia sangat mencintai Bima dan tidak ingin terjadi hal-hal mengerikan pada Bima."Eyang, kenapa Eyang harus marah-marah kepada Ayah Baik? Percayalah sungguh Ayah Baik ini adalah orang yang sangat baik sekali kepada Bima, juga pada Ibu