Share

95. DARAH MURNI #2

Rencana pagi ini: aku mengobrol dengan Layla saat sarapan—Fal pasti ada bersamanya—tetapi di depan dapur, aku bertemu Haswin. Kupikir dia tidur, seperti Dalton, tetapi dia di sini, mengangkat alis, dan wajahnya segar seolah selama kami berpisah, dia sudah hibernasi selama bertahun-tahun. Rencana B: aku putar balik, memilih jam sarapan telat—Layla mungkin mengomel, tetapi setidaknya aku bisa mengobrol dengan nyaman. Sayangnya, Haswin bisa mengendus rencana B, hingga menyeretku masuk, mengambil makanan, memaksaku satu meja.

Yang perlu kuberitahu: metode makan di sini bukan disuguhkan pelayan tim tungku, tetapi prasmanan. Hampir kebanyakan jam sarapanku selalu telat, sehingga Layla perlu menyisakan makanan, yang terkadang jauh lebih banyak dari rata-rata porsi. Di jam sarapan normal, biasanya Layla sibuk berdiri di dekat pintu ruangan tim tungku, memastikan makanan yang tersisa. Namun, saat ini, ketika aku duduk di meja makan berisi dua piring penuh daging pang

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status