Share

Menikahlah

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hari itu juga. Selepas Lily menyelesaikan pemeriksaan sang anak. Ia mengajak Elena pulang ke rumah. Atau tepatnya ke kontrakan, yang nyaris tak pantas disebut layak huni.

Lapisan dinding rumah kontrakan itu terkikis sebagian. Bekas lapisannya menimbun di pinggiran dinding. Terkesan kotor seperti tidak pernah dibersihkan. Padahal Lily bolak-balik menyapu tapi dinding terus menerus terkikis. Lily sampai bosan.

Selain itu lantai rumah kontrakan terbuat dari semen serta atap rumah menggunakan seng, yang terlibat memiliki lubang.

Manakala hujan tiba sudah ketebak rumah akan digenangi air.

Untungnya tempat tidur mereka bukan dengan kasur lantai, tetapi pada ranjang besi kuno yang Adam bawa dari rumah masa kecil.

Melihat betapa buruknya rumah hunian Lily dan Adam. Elena turut prihatin.

"Maaf, hanya ada ini. Aku juga belum masak. Dari kemarin anakku rewel. Tidak bisa ditinggal," ujar Lily sambil menyuguhkan segelas air bening.

"Tidak perlu repot-repot," balas Elena tak mau Lily merasa dibesarkan.

Lily kembali ke belakang. Sementara itu Elena tak henti-henti mengedar pandangan. Melihat seisi rumah, yang tidak menyimpan barang berharga satupun meski itu sebuah televisi.

"Kasihan sekali Adam," batin Elena.

Tak lama kemudian Lily kembali. Ia duduk bergabung.

"Silahkan diminum," ucapnya mempersilahkan Elena merasakan nikmatnya hidangan orang tak mampu.

Elena tersenyum getir. Ia menyambar gelas untuknya. Ia teguk air khas sumur tersebut. Rasanya terbilang enak dibanding dengan air PAM.

"Jadi kau hanya tinggal bertiga?" Tanya Elena.

"Iya."

"Adam, ke mana?"

"Oh, Adam sedang narik. Paling pulang menjelang pukul sepuluh malam."

"Hah?" Elena membelalak. "Selama itu?"

"Bagaimana lagi? Ini kawasan pelosok. Meskipun banyak penumpang tapi bayaran mereka kecil. Paling besar sekitar lima ribu dan sepuluh ribu pun kalau lokasi rumahnya jauh. Bayangkan saja jika sehari hanya lima atau sepuluh penumpang, tetapi bayarannya kecil. Mungkin cukup untuk makan sehari-hari tapi biaya kontrakan, bagaimana? Ditambah anakku sering sakit," tutur Lily antara sedih sekaligus kesal menjadi satu.

Elena manggut-manggut. Hatinya ikut merasakan sakit atas penderitaan mereka. Terlebih mengingat Adam. Laki-laki yang hingga detik ini masih teramat ia cintai.

"Jadi, bagaimana?" Tanya Lily, meminta jawaban atas permintaan Lily ketika masih di rumah sakit.

Elena diam sesaat. Ia tampak berpikir. Mungkin menimbang-nimbang akan keputusan terbaik yang hendak ia pilih.

"Syaratnya kau memiliki aset perusahaan ku, dan aku memiliki suami mu?" Tanya Elena memastikan permintaan Lily betul begitu.

"Iya," jawab Lily tanpa beban.

"Kau yakin, Adam akan menerima?" Elena sedikit takut pasalnya dahulu Adam selalu menghindar acap kali Elena dekati.

"Demi aku, Adam rela melakukan apapun," balas Lily meyakinkan.

Elena terdiam kembali. Lalu, membuang nafas panjang. "Baik! Aku bersedia."

"Sungguh?" Kelopak mata Lily terbuka lebar. Gadis wajahnya menunjukkan rasa bahagia tiada tanding. Terbayang sudah pundi-pundi uang menumpuk di hadapan Lily. Ditambah segala kemewahan yang akan ia dapat dari perusahaan Elena.

**

Waktu menunjukkan pukul sembilan lewat lima menit. Lily duduk-duduk di teras rumah. Beberapa jam lalu ia berhasil menidurkan sang anak usai meminum obat.

Kini, wanita itu ingin menyambut satu-satunya tambang emas yang ia punya.

Sembari menunggu. Ia membayangkan betapa kayaknya nanti ketika Adam sudah sah menjadi suami Elena.

Membayangkan semua itu membuat Lily tidak ngeh kalau motor sang suami telah menepi di halaman rumah.

Bibir Adam mengembang melihat Lily duduk di depan rumah. Mengira sang istri menunggu kepulangannya.

Nyatanya memang demikian, akaan tetapi ada niat terselubung.

"Li?" Panggil Adam.

Lily tak menyahut. Wanita itu tenggelam dalam kehaluan tingkat dewa. Ia senyum-senyum sendiri. Adam jadi curiga sang istri dirasuki mahluk halus.

Adam bersicepat membacakan ayat suci. Kebetulan ia hafal beberapa surat. Lalu, ia tiup telinga Lily.

Sontak Lily berjingkrak. Tubuhnya menggelinjang geli. Ia mengusap-usap telinganya, gusar.

"Apaan, sih, Dam!" Sungut Lily.

"Kamu ngapain disini? Sudah malam, loh, dan anak kita mana?"

Bukannya menjawab pertanyaan sang suami. Lily malah membawa masuk suami tampan pari purnanya itu yang sekarang berwajah lusuh karena terkena paparan sinar matahari terlalu lama.

"Duduk, Mas."

Lily mendudukkan Adam. Ia bergegas ke belakang. Diambilkannya segelas air bening hangat. Sesuai kebiasaan Adam kala malam singgah.

"Capek Mas kerja begini terus?" Lontar Lily jauh dari kata biasa tiap kali Adam baru sampai.

Biasanya wanita itu akan langsung mengulurkan tangan meminta jatah dibarengi ekspresi cemberut.

"Kenapa, sih, Li? Kamu hari ini, kok, sedikit berbeda." Tanya balik Adam, menyelidik.

"Minum dulu, Mas. Pasti diluar sana dingin, dan lagi kamu cuman pake jaket usang begini yang nyaris tidak terbentuk."

Jawaban Lily jauh dari pertanyaan Adam. Adam semakin heran. Ia menatap curiga sang istri.

"Kau, kenapa Li? Kalau ada masalah katakan saja. Mungkin tidak bisa langsung ku selesaikan tapi jangan dipendam sendiri."

Lily menyeringai. Hari ini ia terlalu bahagia. Hingga rasa-rasanya tidak bisa dijelaskan dengan sebuah kata.

Wajah wanita itu berseri-seri. Itulah daya tarik bagi Adam. Kemudian Adam mendekatan kepala. Sejurus lagi ia mencium pipi Lily tapi ternyata Lily duluan yang mencium pipi sang suami.

Adam terkejut sekaligus senang. Pasalnya Lily tidak pernah mencium Adam semenjak beberapa bulan lalu. Wanita itu tidak mood, alasannya.

Sebagai seorang pria. Adam selalu merindukan belaian sang istri, kasih sayang, dukungan serta kebutuhan biologis yang acap kali tak bisa Adam bendung. Namun, Lily tidak pernah memberikan semua itu lantaran kehidupan malang mereka.

Terpaksa Adam pasrah. Toh, ia sadar dirinya belum becus menjadi suami.

"Mas, aku ada gambar gembira," ungkap Lily.

"Apa? Kamu hamil?"

"Ck, enak saja. Bukan itu."

"Lantas?"

"Tadi siang aku ketemu teman sekolah kamu."

"Siapa?" Kening Adam mengernyit.

"Namanya Elena. Kamu hebat, loh, Mas. Kamu punya teman cantik, kaya raya, mandiri dan pastinya masih lajang."

Air muka Adam tak menunjukan kesan tertarik. Ekspektasinya hancur. Tadinya ia kira Lily punya kabar baik apa. Eh, ternyata kabar tak penting.

"Mas, dia banyak cerita tentang kamu termasuk soal dia yang masih mencintai kamu hingga detik ini," terang Lily begitu sumringah.

Adam menatap heran. "Seharusnya kau cemburu, Li," kata Adam.

"Mana mungkin, Mas."

Deg

Sakit rasanya hati Adam. Sebuah mata oedang seolah menghujam dadanya. Membuat sesak rongga dada pria itu.

"Terus?" Tanya Adam ingin tau kelanjutan cerita Lily.

"Dia kaya banget, Mas. Tadi siang saja dia membayar biaya pengobatan anak kita, juga memberi aku beberapa uang."

"Astaghfirullah, Li. Kamu jangan begitu. Tidak enak kita."

"Apaan, sih, Mas. Wong sebentar lagi juga kita akan menjadi satu keluarga," sungut Lily.

"Satu keluarga? Apa maksudnya?" Adam tak mengerti. Ia semakin penasaran.

"Iya, Mas. Aku meminta Elena untuk menikah dengan kamu dan ia bersedia memberikan aset perusahaannya kepada ku juga anak kita," jawab Lily tersenyum lebar.

Jedarrr

Adam tersentak bangun. Pria itu bagai disambar petir di malam yang terang benderang.

"Me--menikah dengan Elena." Ulang Adam, terbata-bata.

Related chapters

  • Selling My Husband   Menikah atau Miskin Selamanya

    "Me--menikah dengan Elena." Ulang Adam, terbata-bata.Lily mengangguk cepat. Ia sangat bersemangat. Seakan-akan ia membawa kabar baik berupa kehamilan dirinya seperti tiga tahun silam.Adam menggeleng. Tatapan pria itu nanar. Ia sama sekali tak menduga sang istri, yang amat ia cintai tega hati berlaku demikian."Tidak, Li. Aku tidak bisa," jawab Adam tanpa berpikir panjang.Sontak Lily ikut berdiri. Wajah bahagianya seketika berubah murka. Sorot cinta yang barusan Adam lihat tak tersisa secuil pun. Yang ada hanya kilatan bak petir menyambar.

  • Selling My Husband   Kau Kejam, Li

    Usai mendengar kabar Adam bersedia menikah dengan Elena, dan tentunya sesuai kesepakatan. Maka Elena juga Lily menyiapkan segala keperluan untuk pernikahan.Mulai dari dekorasi sederhana, memesan gaun pernikahan, menyebar undangan dan masih banyak lagi.Selama itu, anak mereka Lily titipkan lebih dulu kepada orang tua Lily.Lily tidak memberitahu apa yang tengah ia perbuat sampai tidak punya waktu mengurus anaknya. Orang tua Lily pun tidak banyak bertanya-tanya meski dalam hati terkumpul seribu pertanyaan.Memasuki hari kedua setelah Adam setuju. Lily sengaja

  • Selling My Husband   Aku Istrimu

    Biarpun Elena lahir dari keluarga berkecukupan juga selalu dilayani para pelayan, tetapi bukan berarti Elena si anak manja yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah atau hanya bisa masak air.Hidup mandiri sedari ia lulus SMA memaksa Elena melakukan segala hal seorang diri. Ia belajar memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika dan pekerjaan ibu rumah tangga lain.Bahkan ketika sakit, Elena terbiasa membuat obat sendiri. Misal wedang jahe yang sekarang sedang ia buat.Trik itu diajarkan nenek Elena sewaktu neneknya yang dari kota keraton tinggal di rumah.

  • Selling My Husband   Beri Aku Ruang Dalam Hatimu

    CeklekkkSpontan Elena terenyak. Ia bersicepat duduk dari tidurannya. Dan meraih selimut guna menutupi punggungnya yang terbuka, karena saat ini ia hanya menggunakan gaun tipis tanpa lengan.Pintu dibuka kasar. Lily mendorong Adam masuk meski gelagat Adam sudah persis seperti tahanan, yang menolak keras masuk bui.Lily sama sekali tak peduli. Malam ini adalah malam pertama Adam. Dan hal itu tidak bisa diganggu gugat."Li." Adam merengek.Lily acuh tak acuh. Ia tutup pintunya dari luar. Bahkan ia juga mengunci pintu itu supaya Adam tidak bisa kabur.Setelah itu Lily kembali ke kamar. Menghabiskan malam, berteman setumpuk uang dan kekayaan tiada habis tujuh turunan. Sedang Adam tetap mematung seorang diri di depan pintu.Elena menatap Adam sepintas. Sebuah duka terlukis jelas di wajah pria itu. Elena tau betul, Adam menahan sakit sekaligus

  • Selling My Husband   Perubahan Kehidupan

    Tiba-tiba tangisan Vino memecah kesunyian nan kehampaan rumah besar itu.Huaaa …Elena panik bukan main. Sembari membawa minyak telon dan baju ia berlari-lari meninggalkan kamar. Begitu juga dengan Lily dan Adam yang saling tatap tapi kemudian Lily tak peduli sementara Adam ikut berlari keluar.Adam baru saja akan menuruni anak tangga, tetapi langkahnya dibuat terhenti kala ia melihat Elena yang acak adul setengah berdiri di hadapan Vino.Perempuan itu mengusap-usap pipi Vino, menciumi punggung tangannya dan berulang kali mengatakan maaf."Maafkan ibu, yah, maaf. Ibu terlalu lama, yah, sampai Vino bosan dan turun sendiri. Apa masih saki

  • Selling My Husband   Hari Yang Buruk

    Semua bekas makanan sudah dibersihkan. Elena berniat membawa Vino bermain di luar. Mendadak Adam setengah berlari menuruni anak tangga dengan memanggil Elena."Elena …"Sambil tetap menggenggam tangan kecil Vino, Elena menoleh dan tersenyum. "Iya?"Adam ragu-ragu. Tapi ia harus mengatakannya, atau Lily akan marah.Elena menautkan kedua alisnya. "Mas, ada apa?" Tanya wanita itu.Adam menghela nafas pelan. Tanpa mau melihat Elena, ia berucap, "Aku tidak tahu harus berpakaian apa. Tolong kau carikan pakaian yang pantas supaya Lily tidak mau di depan teman-temannya."Sudut bibir wanita itu teran

  • Selling My Husband   Berada Di Sisimu Aku Jauh Lebih Baik!

    "Tidak mungkin!" Lily menatap Adam penuh cinta dan kepercayaan penuh. "Mas Adam cinta mati padaku. Jika tidak, mana mungkin ia bersedia menikahi Elena demi kekayaan ini!"Mendengar pengakuan terang-terangan Lily, perasaan Adam sangat terluka. Pria itu merasa, harga dirinya telah benar-benar hilang tergantikan dengan harta yang sangat Lily inginkan.Lucunya, hal ini malah dijadikan bahan lelucon Lily dan teman-temannya. Tentu saja perasaan Adam semakin kacau. Hal itu dapat Elena lihat melalui celah pintu. Dan melihatnya demikian, Elena yang tadinya kesal pada Lily menjadi kasihan pada Adam karena pria setampan dan sebaik Adam justru mendapat istri seperti Lily."Ly, aku merasa gerah. Aku pergi ke kolam renang." Pamit Adam, dan tanpa menunggu persetujuan Lily, Adam pergi begitu saja.Lily tampak akan menghentikan, tetapi teman-teman Lily menahannya. "Hei, biarkan saja? Mari bicarakan seberapa banyak kamu mendapatkan aset wanita bodoh itu?"Membahas hal ini membuat Lily dua kali lipat be

  • Selling My Husband   Malam ini Tidur Denganmu.

    Waktu berselang. Elena membuka pintu kamarnya sambil tersenyum hangat.Langkah Adam terhenti di ambang pintu. Dia terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.Kemudian Elena berkata tanpa berat hati. "Dam, malam ini jatah tidurmu bersamaku tapi jika kamu enggan, kamu bisa kembali ke kamar Lily."Adam mengangkat wajahnya. Dia menatap Elena secara intens. Namun bukan wanita itu yang menjadi pusat perhatian, melainkan bayangan ucapan Lily dan teman-temannya beberapa saat lalu yang membuat Adam sakit hati dan rasanya perasaan itu tidak akan terobati meski seribu tahun berlalu sekalipun."Dam." Elena menyadarkan Adam.Adam mengerjap dan tanpa pikir panjang memasuki kamar istri keduanya tersebut.Elena tercengang. Dia seperti bermimpi. Dia tak menyangka Adam bersedia masuk setelah beberapa kebersamaan pria itu terlihat enggan tak enggan.Setelah Adam masuk harusnya Elena menutup pintu, tetapi tidak. Elena mematung dan malahan tenggelam dalam pemikiran sendiri.Adam yang sadar lantas menoleh l

Latest chapter

  • Selling My Husband   Tidak Sadar Diri!

    Pendengaran Lily masih tajam. Tepat ketika dia menempelkan telinganya di permukaan pintu, dia mendengar desahan Elena dan Adam yang saling bersahutan satu sama lain! DeggggJantung Lily bagai disambar petir. Wanita serakah itu tersentak mundur dengan pundak naik turun tak menentu.Kemudian dia secara jelas mendengar desahan mereka semakin jelas dan memanjang tapi setelah itu tidak ada suara desahan lagi, melainkan obrolan yang tidak bisa dia dengar.Pikiran Lily kacau. Pandangannya berkunang-kunang. Pikirannya menjadi kosong melompong.Pada akhirnya, wanita itu berjalan tunggang langgang ke sofa yang tidak jauh dari kamar Elena. Lalu, tangisan yang belum pernah keluar setelah dirinya kaya, kini keluar tanpa ampun! "Tidak … ini tidak mungkin." Lily sudah mengetahui apa yang pastinya terjadi di kamar Elena bersama Adam, tetapi wanita itu berusaha menolak kenyataan.Dia berpikir Adam hanya mencintai dirinya, dan tidak akan mungkin berani menyentuh wanita lain meski itu Elena yang sudah

  • Selling My Husband   Menembus Batas.

    Slurppp cupppElena tak menyangka Adam rupanya begitu ahli dalam hal ini. Dia melumat, menghisap, sesekali menggigit bahkan sampai menjelajahi dinding mulut Elena hingga wanita itu kelabakan menyeimbangi.Maklum, hal seperti ini tentu adalah pengalaman pertama bagi Elena. Dan begitu mencobanya, ternyata dia bermain seseorang yang sangat ahli! Sampai pada akhirnya Elena kesulitan bernafas. Dia mendorong pundak Adam, dan Adam merespon gerakan Elena.Adam melepas bibir bawah wanita itu setelah sebelumnya digigit. Jarak wajah mereka masih sangat dekat, mereka dapat merasakan embusan nafas masing-masing.Hah hah hahSetelah beberapa detik, Elena mengangkat wajah menatap Adam. Dan entah kenapa dia merasa, kali ini Adam terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya.Adam sama-sama menatap mata Elena. Wanita yang selalu menatapnya penuh cinta sejak kali pertama pertemuan mereka hingga detik ini, berhasil membangkitkan birahi Adam."Dam—"Alhasil ketika Elena hendak mengatakan sesuatu, Adam tak

  • Selling My Husband   Malam ini Tidur Denganmu.

    Waktu berselang. Elena membuka pintu kamarnya sambil tersenyum hangat.Langkah Adam terhenti di ambang pintu. Dia terdiam seperti sedang menimbang-nimbang.Kemudian Elena berkata tanpa berat hati. "Dam, malam ini jatah tidurmu bersamaku tapi jika kamu enggan, kamu bisa kembali ke kamar Lily."Adam mengangkat wajahnya. Dia menatap Elena secara intens. Namun bukan wanita itu yang menjadi pusat perhatian, melainkan bayangan ucapan Lily dan teman-temannya beberapa saat lalu yang membuat Adam sakit hati dan rasanya perasaan itu tidak akan terobati meski seribu tahun berlalu sekalipun."Dam." Elena menyadarkan Adam.Adam mengerjap dan tanpa pikir panjang memasuki kamar istri keduanya tersebut.Elena tercengang. Dia seperti bermimpi. Dia tak menyangka Adam bersedia masuk setelah beberapa kebersamaan pria itu terlihat enggan tak enggan.Setelah Adam masuk harusnya Elena menutup pintu, tetapi tidak. Elena mematung dan malahan tenggelam dalam pemikiran sendiri.Adam yang sadar lantas menoleh l

  • Selling My Husband   Berada Di Sisimu Aku Jauh Lebih Baik!

    "Tidak mungkin!" Lily menatap Adam penuh cinta dan kepercayaan penuh. "Mas Adam cinta mati padaku. Jika tidak, mana mungkin ia bersedia menikahi Elena demi kekayaan ini!"Mendengar pengakuan terang-terangan Lily, perasaan Adam sangat terluka. Pria itu merasa, harga dirinya telah benar-benar hilang tergantikan dengan harta yang sangat Lily inginkan.Lucunya, hal ini malah dijadikan bahan lelucon Lily dan teman-temannya. Tentu saja perasaan Adam semakin kacau. Hal itu dapat Elena lihat melalui celah pintu. Dan melihatnya demikian, Elena yang tadinya kesal pada Lily menjadi kasihan pada Adam karena pria setampan dan sebaik Adam justru mendapat istri seperti Lily."Ly, aku merasa gerah. Aku pergi ke kolam renang." Pamit Adam, dan tanpa menunggu persetujuan Lily, Adam pergi begitu saja.Lily tampak akan menghentikan, tetapi teman-teman Lily menahannya. "Hei, biarkan saja? Mari bicarakan seberapa banyak kamu mendapatkan aset wanita bodoh itu?"Membahas hal ini membuat Lily dua kali lipat be

  • Selling My Husband   Hari Yang Buruk

    Semua bekas makanan sudah dibersihkan. Elena berniat membawa Vino bermain di luar. Mendadak Adam setengah berlari menuruni anak tangga dengan memanggil Elena."Elena …"Sambil tetap menggenggam tangan kecil Vino, Elena menoleh dan tersenyum. "Iya?"Adam ragu-ragu. Tapi ia harus mengatakannya, atau Lily akan marah.Elena menautkan kedua alisnya. "Mas, ada apa?" Tanya wanita itu.Adam menghela nafas pelan. Tanpa mau melihat Elena, ia berucap, "Aku tidak tahu harus berpakaian apa. Tolong kau carikan pakaian yang pantas supaya Lily tidak mau di depan teman-temannya."Sudut bibir wanita itu teran

  • Selling My Husband   Perubahan Kehidupan

    Tiba-tiba tangisan Vino memecah kesunyian nan kehampaan rumah besar itu.Huaaa …Elena panik bukan main. Sembari membawa minyak telon dan baju ia berlari-lari meninggalkan kamar. Begitu juga dengan Lily dan Adam yang saling tatap tapi kemudian Lily tak peduli sementara Adam ikut berlari keluar.Adam baru saja akan menuruni anak tangga, tetapi langkahnya dibuat terhenti kala ia melihat Elena yang acak adul setengah berdiri di hadapan Vino.Perempuan itu mengusap-usap pipi Vino, menciumi punggung tangannya dan berulang kali mengatakan maaf."Maafkan ibu, yah, maaf. Ibu terlalu lama, yah, sampai Vino bosan dan turun sendiri. Apa masih saki

  • Selling My Husband   Beri Aku Ruang Dalam Hatimu

    CeklekkkSpontan Elena terenyak. Ia bersicepat duduk dari tidurannya. Dan meraih selimut guna menutupi punggungnya yang terbuka, karena saat ini ia hanya menggunakan gaun tipis tanpa lengan.Pintu dibuka kasar. Lily mendorong Adam masuk meski gelagat Adam sudah persis seperti tahanan, yang menolak keras masuk bui.Lily sama sekali tak peduli. Malam ini adalah malam pertama Adam. Dan hal itu tidak bisa diganggu gugat."Li." Adam merengek.Lily acuh tak acuh. Ia tutup pintunya dari luar. Bahkan ia juga mengunci pintu itu supaya Adam tidak bisa kabur.Setelah itu Lily kembali ke kamar. Menghabiskan malam, berteman setumpuk uang dan kekayaan tiada habis tujuh turunan. Sedang Adam tetap mematung seorang diri di depan pintu.Elena menatap Adam sepintas. Sebuah duka terlukis jelas di wajah pria itu. Elena tau betul, Adam menahan sakit sekaligus

  • Selling My Husband   Aku Istrimu

    Biarpun Elena lahir dari keluarga berkecukupan juga selalu dilayani para pelayan, tetapi bukan berarti Elena si anak manja yang tidak bisa melakukan pekerjaan rumah atau hanya bisa masak air.Hidup mandiri sedari ia lulus SMA memaksa Elena melakukan segala hal seorang diri. Ia belajar memasak, membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika dan pekerjaan ibu rumah tangga lain.Bahkan ketika sakit, Elena terbiasa membuat obat sendiri. Misal wedang jahe yang sekarang sedang ia buat.Trik itu diajarkan nenek Elena sewaktu neneknya yang dari kota keraton tinggal di rumah.

  • Selling My Husband   Kau Kejam, Li

    Usai mendengar kabar Adam bersedia menikah dengan Elena, dan tentunya sesuai kesepakatan. Maka Elena juga Lily menyiapkan segala keperluan untuk pernikahan.Mulai dari dekorasi sederhana, memesan gaun pernikahan, menyebar undangan dan masih banyak lagi.Selama itu, anak mereka Lily titipkan lebih dulu kepada orang tua Lily.Lily tidak memberitahu apa yang tengah ia perbuat sampai tidak punya waktu mengurus anaknya. Orang tua Lily pun tidak banyak bertanya-tanya meski dalam hati terkumpul seribu pertanyaan.Memasuki hari kedua setelah Adam setuju. Lily sengaja

DMCA.com Protection Status