Perihal Mencintai Suami Orang Bagaimana, Umi Laila?"Itu lo, Mbak! Istrinya Abah Furqon! Kyai terkenal kok di sini," ujar Bu Mirna."Oh ya, dia ada anak lelaki satu. Tampan sekali, kuliah lulusan Tahrim, namanya Mas Mulki! Mantap sekali, datang lah, Mbak!" pinta Bu Mirna.Gendhis terdiam, dia seperti tak asing dengan nama itu. Lalu sepersekian detik dia baru menyadari, itu adalah keluarga Sifa. Gendhis makin penasaran sebenarnya seperti apa keluarga Sifa, sehingga dia tetap menghadirinya. Sore harinya sekitar jam dua siang, dia segera pergi dan bersiap ke kajian.Karena ia memang tak membawa gamis, dia hanya memakai rok panjang dan atasan 3/4. Tak lupa selendang warna hitam, pakaian yang di pakai ke acara duka kemarin. Dengan memakai lipstik warna nude dan memakai BB cream dia segera keluar. Kai terlihat asik bermain menggambar di samping Pohan."Kai! Kai ikut Ibu atau Daddy?" tanya Gendhis."Biar di sini saja," jawab Pohan sambil asik mengetik di laptopnya."Kau bisa pergi sendiri sa
AKU PEGANG UCAPANMU, UMIKU!"Ada yang mau di tanya lagi, Bu?" tanya Umi Laila setelah menjawab pertanyaan pertama."Umi Saya mau bertanya bagaimana hukumnya mencintai suami orang lain tanpa berniat merebutnya dari sang istri? Misalnya ada wanita yang tertarik pada suami orang karena istrinya mengatakan bahwa laki-lakinya itu adalah seorang yang sholeh. Bagaimana juga hukumnya? Karena saya mengambil sudut pandang wanita, Umi. Bukankah kita harus melihat dari dua sisi?" tanya Gendhis. Semua orang terdiam mendengar perntanyaan Gendhis itu."Wah pertanyaan bagus ini, siapa namanya?" tanya Umi Laila."Gendhis, Umi," jawab Gendhis tegas.'Deg' nama Gendhis, bukan Umi Laila yang terkejut, justru Mulki yang kebetulan duduk di sebelah Umi tersekat partisi menoleh. Dia sangat ingat nama khas itu, Gendhis. Ya, memang Sifa tak pernah menceritakan nama Gendhis pada orang tuanya, namun Mulki sangat ingat sekali nama selingkuhan kakaknya itu.[Di mana rumah Gendhis, Mbak? Alamat yang di Ponorogo?]S
DIA WANITA PANDAI NAMUN SALAH JALAN SAJA![Setahuku dia sudah tak di Ponorogo lagi. Namun Sherlock yang kau berikan itu benar rumahnya karena tak jauh dari sana. Aku melihat dari Google earth sekitar dua rumah dari tempat kau berada][Apakah orangnya putih mirip Chinese?][Betul. Ciri khasnya rambutnya selalu berwarna pirang dengan dandanan ala-ala selebgram][Sepertinya aku menemukannya][Maksudmu][Dia datang di kajian, Umi][Astagfirullah. Benarkah? Kau bisa memotretnya?][Entahlah, Mbak. Aku tak tahu pasti tapi feelingku berkata itu adalah dia. Aku ingin mendekatinya][Jangan main- main dengannya. Dia berbisa dan bahaya][Kenapa Mbak?][Mas Rio yang pendiam saja bisa terkena rayuannya. Apalagi dirimu, Dek. Mbak tak ingin kau kenapa -napa]Mulki tak membalas pesan kakaknya itu. Entah mengapa semakin di larang justru membuat jiwa mudanya juga semakin penasaran. Apalagi selama ini dia memang tak pernah dekat dengan wanita dalam hidupnya. Hanya beberapa wanita yang memang dekat den
HASRAT MULKI!"Wah saya tidak tahu, Mas. Sepertinya sudah full tapi akan ada yang pindah bulan ini. Coba nanti saya tanyakan pada adik saya ya untuk lebih jelasnya. Kebetulan yang mengelola adik saya dan saya tidak selalu di rumah," jelas Gendhis."Apakah saya bisa meminta nomor telepon yang bisa di hubungi, Mbak?" tanya Mulki."Aku tak tahu apakah kamu punya istri atau tidak. Bahkan aku tahu apa niatanmu meminta nomorku. But aku akan bermain cantik," batin Gendhis."Oh bisa, Mas! Saya dekte?" jawab Gendis. Mulki langsung menyerahkan Hp nya pada Gendhis. Namun Gendis tak kurang akal, alih-alih memberi nomor teleponnya, justru dia memberikan nomor telepon adiknya. Bukankah seseorang yang pernah merusak rumah tangga itu lebih cerdik dan memiliki insting lebih tajam akan kewaspadaan dan bahaya di sekitarnya. Dia tak mau kalau citra kos- kosannya akan rusak lagi. Padahal kos itu adalah aset yang paling di andalkan Gendhis untuk membiayai keluarganya di Mad
BAGAIMANA MENIKAHI WANITA PEZINA? "Dia itu wanita yang pandai sepertinya, Bu. Dia juga mengerti agama dengan sangat baik, hanya tinggal meluruskan pemahamannya saja. Bisa jadi ustadzah juga itu, look nya dapat, penataan bahasanya juga baik," puji Umi Laila tanpa sadar."Benarkah, Umi? Apa dia sepandai itu sampai Umi memujinya?" tanya Mulki makin penasaran karena sangat tahu Umi nya juga tak gampang memuji orang lain."Benar, Le. Dia memiliki daya tarik tersendiri. Apakah dia sudah memiliki pasangan, Bu?" tanya Umi Laila."Wah kalau itu daya kurang tahu, Umi. Em bagaimana ya, tapi ini saya tidak berniat berghibah lho ya, Umi. Dengar- dengar dulu itu, Mbak Gendhis itu memang pernah punya pasangan, Umi. Tapi belum menikah, hampir mau menikah dengan pasangannya itu. Lelaki itu sangat alim sekali, tampilannya dengan pakaian cingkrang, berjenggot, tampan. Katanya dia itu juga salah seorang pengusaha tapi dandanannya sangat alim sekali, seperti seorang ustadz," jelas
BAGAIMANA JIKA SUDAH TAK PERAWAN, UMI?"Tapi bukankah kalau menikah pasangan harus tahu semua, Umi? Kalau tak perawan bagaimana?" tanya Mulki lagi."Em, maksud pertanyaanmu begini kan? Apa hukumnya menikah dengan wanita yang sudah tidak perawan dan pernah berzina? Otomatis dong mereka berkaitan, Le," sahut Umi Laila."Benar, Umi. Bagaimana?" tanya Mulki lagi."Sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan, alangkah baiknya untuk mengetahui segala hukum yang terkait, Umi? Apalagi usia mulki juga sudah hampir menginjak dua puluh enam tahun. Sedikit banyak Mulki mulai tertarik dengan pembahasan pernikahan, Umi. Namun kiat tidak dapat memungkiri, dosa zina di era modern kini sudah merajarela. Tak jarang mendapati keadaan calon pasangan ternyata sudah pernah melakukan zina, apakah pernikahan harus dibatalkan jika sudah mengetahui hal itu? Apa sikap yang Mulki harus ambil nanti, Mi?" sambung Mulki."Umi pernah mendnegar bahwa Buya Yahya pernah membahas bab tentang menikah dengan wanita yang sud
SYARAT DARI MULKISifa sungguh terkejut dengan apa yang dilihatnya barusan. Dia melihat Gendis mengupdate status di sosial medianya. Setelah sekian lama media sosial itu menganggur. Bahkan Sifa sering kali melihat media sosial, menyalakan notice khusus untuk instagram Gendhis. Walaupun tak ada yang baru di sana, karena saking penasarannya mengapa gadis itu tiba- tiba meninggalkan sosial media padahal dulu dia sangat rutin bermain medsos. Gendhis memang telah meninggalkan sosial media setelah kejadian Sifa dan almarhum mertuanya melabrak ke kos-kosan dulu. Ini yang membuat Sifa terkejut, kali ini adalah Gendhis nampak memposting seorang lelaki bersama anak kecil yang tidur berpelukan."Ahhhh! Sayang sekali mengapa angel sudutnya seperti ini," keluh Gendhis.Foto itu diambil dari sudut yang berlainan arah, sehingga nampak kecil dan tidak jelas siapa yang ada di sana. Namun Sifa amat sangat tahu detail rumah itu yang tak asing baginya. Itu adalah rumah kos- kosan yang Sifa pernah datang
BENANG MERAH!"Aku akan mengatakan padamu, tetapi aku memiliki permintaan pada Mbak Sifa," ucap Mulki."Ya Allah, Dek! Apa lagi, kau itu aneh-aneh saja. Mengapa memanfaatkan keadaan? Tadi kan sudah meminta untuk dibuatkan kopi sudah tak buatkan. Lalu sekarang apalagi?" tanya Sifa."Mulki hanya ingin sekarang Mbak Sifa berjanji saja, apapun yang Mulki katakan Mbak tak akan memikirkan lagi. Mbak sekarang kan ada Humaira. Jangan katakan apa rencana mulki ke depan juga pada Umi Laila," ucap Mulki."Mau atau tidak? Syaratnya Mbak juga harus berjanji dulu kita kesepakatan di awal, jika Mbak Sifa mau maka aku akan menjelaskannya. Tapi jika Mbak Sifa tak mau maka aku tak akan mau menjelaskannya dan tak akan ku beritahu bagaimana sebenarnya," ancam Mulki."Iya, iya. Mbak Sifa mau sepakat, Mbak janji," ujar Sifa tersenyum.Dia pun sebenarnya senang juga ternyata adiknya sangat peduli dan perhatian sekali dengannya. Meskipun caranya mungkin agak unik juga. Mulki nampak menghela nafasnya panjang
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt