KAJIAN UMI LAILA!"Bener, Le! Biarlah dia di sana saja dulu, sewaktu ada Ibumu tentu saja Ibumu yang bisa membantunya, orang melahirkan itu lak yo beda -beda penanganannya. Daripada salah kaprah dan salah kejadian, biar dia ikut keluarganya saja," ucap Suhadi setuju."Besok Gendhis akan ke sini atau tidak ya?" tanya Suhadi."Hah?" Rio terkejut sampai terbangun dari tidurnya saat Suhadi menanykan perihal Gendhis."Kenapa Bapak tiba- tiba menanyakan Gendis?" sahut Rio."La besok lak acara tuga harian almarhum Ibumu, to. Entah mengapa menurut Bapak dia itu berbeda, ada satu pesona sendiri dari dalam anak itu yang tak bisa aku temukan di wanita lain. Dia itu njawani, ngajeni grapyak. Kau tak tahu Bude mu muji apa ke Gendhis?" ucap Suhadi bangun dari tidurnya dan duduk.Rio paham, dia langsung mengambil asbak rokok Bapaknya. Suhadi menyalakan rokoknya. Dia menghisap rokok itu kuat- kuat, menyesap aroma tembakau yang masuk memenuhi rongga paru sampai otaknya."Memang Bude bilang apa, Pak?"
Perihal Mencintai Suami Orang Bagaimana, Umi Laila?"Itu lo, Mbak! Istrinya Abah Furqon! Kyai terkenal kok di sini," ujar Bu Mirna."Oh ya, dia ada anak lelaki satu. Tampan sekali, kuliah lulusan Tahrim, namanya Mas Mulki! Mantap sekali, datang lah, Mbak!" pinta Bu Mirna.Gendhis terdiam, dia seperti tak asing dengan nama itu. Lalu sepersekian detik dia baru menyadari, itu adalah keluarga Sifa. Gendhis makin penasaran sebenarnya seperti apa keluarga Sifa, sehingga dia tetap menghadirinya. Sore harinya sekitar jam dua siang, dia segera pergi dan bersiap ke kajian.Karena ia memang tak membawa gamis, dia hanya memakai rok panjang dan atasan 3/4. Tak lupa selendang warna hitam, pakaian yang di pakai ke acara duka kemarin. Dengan memakai lipstik warna nude dan memakai BB cream dia segera keluar. Kai terlihat asik bermain menggambar di samping Pohan."Kai! Kai ikut Ibu atau Daddy?" tanya Gendhis."Biar di sini saja," jawab Pohan sambil asik mengetik di laptopnya."Kau bisa pergi sendiri sa
AKU PEGANG UCAPANMU, UMIKU!"Ada yang mau di tanya lagi, Bu?" tanya Umi Laila setelah menjawab pertanyaan pertama."Umi Saya mau bertanya bagaimana hukumnya mencintai suami orang lain tanpa berniat merebutnya dari sang istri? Misalnya ada wanita yang tertarik pada suami orang karena istrinya mengatakan bahwa laki-lakinya itu adalah seorang yang sholeh. Bagaimana juga hukumnya? Karena saya mengambil sudut pandang wanita, Umi. Bukankah kita harus melihat dari dua sisi?" tanya Gendhis. Semua orang terdiam mendengar perntanyaan Gendhis itu."Wah pertanyaan bagus ini, siapa namanya?" tanya Umi Laila."Gendhis, Umi," jawab Gendhis tegas.'Deg' nama Gendhis, bukan Umi Laila yang terkejut, justru Mulki yang kebetulan duduk di sebelah Umi tersekat partisi menoleh. Dia sangat ingat nama khas itu, Gendhis. Ya, memang Sifa tak pernah menceritakan nama Gendhis pada orang tuanya, namun Mulki sangat ingat sekali nama selingkuhan kakaknya itu.[Di mana rumah Gendhis, Mbak? Alamat yang di Ponorogo?]S
DIA WANITA PANDAI NAMUN SALAH JALAN SAJA![Setahuku dia sudah tak di Ponorogo lagi. Namun Sherlock yang kau berikan itu benar rumahnya karena tak jauh dari sana. Aku melihat dari Google earth sekitar dua rumah dari tempat kau berada][Apakah orangnya putih mirip Chinese?][Betul. Ciri khasnya rambutnya selalu berwarna pirang dengan dandanan ala-ala selebgram][Sepertinya aku menemukannya][Maksudmu][Dia datang di kajian, Umi][Astagfirullah. Benarkah? Kau bisa memotretnya?][Entahlah, Mbak. Aku tak tahu pasti tapi feelingku berkata itu adalah dia. Aku ingin mendekatinya][Jangan main- main dengannya. Dia berbisa dan bahaya][Kenapa Mbak?][Mas Rio yang pendiam saja bisa terkena rayuannya. Apalagi dirimu, Dek. Mbak tak ingin kau kenapa -napa]Mulki tak membalas pesan kakaknya itu. Entah mengapa semakin di larang justru membuat jiwa mudanya juga semakin penasaran. Apalagi selama ini dia memang tak pernah dekat dengan wanita dalam hidupnya. Hanya beberapa wanita yang memang dekat den
HASRAT MULKI!"Wah saya tidak tahu, Mas. Sepertinya sudah full tapi akan ada yang pindah bulan ini. Coba nanti saya tanyakan pada adik saya ya untuk lebih jelasnya. Kebetulan yang mengelola adik saya dan saya tidak selalu di rumah," jelas Gendhis."Apakah saya bisa meminta nomor telepon yang bisa di hubungi, Mbak?" tanya Mulki."Aku tak tahu apakah kamu punya istri atau tidak. Bahkan aku tahu apa niatanmu meminta nomorku. But aku akan bermain cantik," batin Gendhis."Oh bisa, Mas! Saya dekte?" jawab Gendis. Mulki langsung menyerahkan Hp nya pada Gendhis. Namun Gendis tak kurang akal, alih-alih memberi nomor teleponnya, justru dia memberikan nomor telepon adiknya. Bukankah seseorang yang pernah merusak rumah tangga itu lebih cerdik dan memiliki insting lebih tajam akan kewaspadaan dan bahaya di sekitarnya. Dia tak mau kalau citra kos- kosannya akan rusak lagi. Padahal kos itu adalah aset yang paling di andalkan Gendhis untuk membiayai keluarganya di Mad
BAGAIMANA MENIKAHI WANITA PEZINA? "Dia itu wanita yang pandai sepertinya, Bu. Dia juga mengerti agama dengan sangat baik, hanya tinggal meluruskan pemahamannya saja. Bisa jadi ustadzah juga itu, look nya dapat, penataan bahasanya juga baik," puji Umi Laila tanpa sadar."Benarkah, Umi? Apa dia sepandai itu sampai Umi memujinya?" tanya Mulki makin penasaran karena sangat tahu Umi nya juga tak gampang memuji orang lain."Benar, Le. Dia memiliki daya tarik tersendiri. Apakah dia sudah memiliki pasangan, Bu?" tanya Umi Laila."Wah kalau itu daya kurang tahu, Umi. Em bagaimana ya, tapi ini saya tidak berniat berghibah lho ya, Umi. Dengar- dengar dulu itu, Mbak Gendhis itu memang pernah punya pasangan, Umi. Tapi belum menikah, hampir mau menikah dengan pasangannya itu. Lelaki itu sangat alim sekali, tampilannya dengan pakaian cingkrang, berjenggot, tampan. Katanya dia itu juga salah seorang pengusaha tapi dandanannya sangat alim sekali, seperti seorang ustadz," jelas
BAGAIMANA JIKA SUDAH TAK PERAWAN, UMI?"Tapi bukankah kalau menikah pasangan harus tahu semua, Umi? Kalau tak perawan bagaimana?" tanya Mulki lagi."Em, maksud pertanyaanmu begini kan? Apa hukumnya menikah dengan wanita yang sudah tidak perawan dan pernah berzina? Otomatis dong mereka berkaitan, Le," sahut Umi Laila."Benar, Umi. Bagaimana?" tanya Mulki lagi."Sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan, alangkah baiknya untuk mengetahui segala hukum yang terkait, Umi? Apalagi usia mulki juga sudah hampir menginjak dua puluh enam tahun. Sedikit banyak Mulki mulai tertarik dengan pembahasan pernikahan, Umi. Namun kiat tidak dapat memungkiri, dosa zina di era modern kini sudah merajarela. Tak jarang mendapati keadaan calon pasangan ternyata sudah pernah melakukan zina, apakah pernikahan harus dibatalkan jika sudah mengetahui hal itu? Apa sikap yang Mulki harus ambil nanti, Mi?" sambung Mulki."Umi pernah mendnegar bahwa Buya Yahya pernah membahas bab tentang menikah dengan wanita yang sud
SYARAT DARI MULKISifa sungguh terkejut dengan apa yang dilihatnya barusan. Dia melihat Gendis mengupdate status di sosial medianya. Setelah sekian lama media sosial itu menganggur. Bahkan Sifa sering kali melihat media sosial, menyalakan notice khusus untuk instagram Gendhis. Walaupun tak ada yang baru di sana, karena saking penasarannya mengapa gadis itu tiba- tiba meninggalkan sosial media padahal dulu dia sangat rutin bermain medsos. Gendhis memang telah meninggalkan sosial media setelah kejadian Sifa dan almarhum mertuanya melabrak ke kos-kosan dulu. Ini yang membuat Sifa terkejut, kali ini adalah Gendhis nampak memposting seorang lelaki bersama anak kecil yang tidur berpelukan."Ahhhh! Sayang sekali mengapa angel sudutnya seperti ini," keluh Gendhis.Foto itu diambil dari sudut yang berlainan arah, sehingga nampak kecil dan tidak jelas siapa yang ada di sana. Namun Sifa amat sangat tahu detail rumah itu yang tak asing baginya. Itu adalah rumah kos- kosan yang Sifa pernah datang