Ariana menggeliat, meregangkan otot tubuhnya yang mendadak sakit semua. Dia menguap lebar, masih merasakan lelah akibat pergumulan panas semalam. Jam di dinding sudah menunjukan waktu makan siang.
"Malam tadi rasanya indah sekali! Seperti mimpi! Akhirnya aku bisa merasakan nikmatnya malam pertama bersama suami yang kucintai!" serunya yang masih merasakan antusias akibat kebahagiaan yang tak lekang dari ingatan.Ariana mengingat jelas bagaimana malam panas kemarin berlangsung. Dia merasakan saat Kevin melompat ke ranjang dan menerkamnya. Gairah meletup-letup di antara keduanya tak terhentikan, membuat malam itu sangat mendebarkan sekaligus menggairahkan untuk keduanya."Mengingatnya membuatku kembali berdebar! Aku sangat bahagia! Rasa cintaku pada Kevin semakin bertambah karena malam pertama itu!"Ariana menutupi wajahnya dengan selimut. Dia merasa malu dan tak tahu bagaimana harus bersikap di depan Kevin saat mereka bertemu nanti. Kevin pasti sudah menunggunya di meja makan sekarang.Ariana pun memutuskan untuk bangun dan mencari kimono mandinya. Dia membersihkan diri di kamar mandi yang berada di pojok kamar utama. Air panas yang mengalir agak membuat ototnya tidak terlalu kaku. Setelah selesai, dia pun memilih baju yang paling bagus, berdandan cantik dengan sedikit makeup dan menata rambutnya."Selesai! Aku harap, Kevin akan menyukai penampilanku hari ini!" ujar wanita itu riang.Ariana turun ke dapur untuk menemui Kevin, suaminya. Begitu sampai di dapur, dia cukup terkejut karena mendapati ada sosok berperawakan tinggi kekar yang jelas bukanlah Kevin. Sosok itu tengah berdiri membelakanginya, sibuk memasak untuk makan siang."Mas Kenzo?" tanya Ariana terkejut, begitu menyadari siapa yang tengah memasak di dapur pada siang itu. "Mas Kenzo baru datang?"Kenzo yang dipanggil oleh Ariana tadi terlihat terlonjak di tempatnya. Perlahan dia menoleh dan tersenyum pada Ariana. Ariana menyadari jika Kenzo mencoba bersikap ramah padanya. Walaupun senyuman lelaki itu begitu kaku."A ... Ariana? Kamu sudah bangun? Kamu pasti lelah setelah perjalanan jauh dari Jakarta," ujar Kenzo berbasa-basi. "Iya, pagi tadi aku baru sampai di villa. Ngomong-ngomong kenapa berkunjung ke villa ini? Kamu datang bersama siapa?""Ah, iya Mas. Maaf jika Mas terkejut dengan keberadaanku di villa ini. Aku dan Kevin kemarin malam sampai di villa. Kami meminjam villa ini untuk berbulan madu selama beberapa hari." Dengan agak malu-malu, Ariana menjelaskan maksud kedatangannya.Kenzo yang mendengar penuturan Ariana semakin bertambah kaget. "Apa? Berbulan madu? Kalian sudah menikah? Kapan?""I ... iya, Mas. Kemarin itu kami baru saja melangsungkan pernikahan. Setelah acara selesai, kami langsung berangkat ke Bandung," jawab Ariana lagi. "Memangnya Mas Kenzo tidak diberitahukan oleh keluarga yang lain?"Kenzo mengurut keningnya. Dia lupa jika sudah keluar dari grup chat keluarga. Dia juga sudah memblokir beberapa nomor termasuk nomor Kevin dan juga Irene. Kenzo mematikan kompornya. Dia baru mengecek chat masuk ke handphone miliknya. Ternyata seminggu lalu, ibunya mengabari mengenai rencana pernikahan Kevin dan Ariana melalui chat."Ya ampun, aku lupa mengecek pesan!" seru Kenzo.Ariana terlihat agak sedih. Kenzo yang merupakan saudara kandung Kevin tidak hadir di acara pernikahannya."Ah, tidak apa-apa, Mas. Mas pasti sibuk dengan pekerjaan. Kami bisa memaklumi kesibukannya Mas." Ariana mencoba menenangkan. "Ngomong-ngomong, Mas sudah selesai memasak? Boleh aku ambil alih kompornya?"Kenzo merasa gugup. Dia pun mulai menghidangkan masakannya di atas piring dan beranjak mempersilakan Ariana untuk memasak. "Ah, iya. Silakan."Ariana pun mulai mengecek bahan makanan dan mempersiapkan menu untuk makan siangnya bersama sang suami. Kenzo memperhatikan Ariana dari jauh."Masak apa ya hari ini? Kira-kira kalau aku memasak ayam teriyaki, apa dia akan suka?"Ariana pun mulai mengolah makanannya sambil bersenandung kecil. Kenzo menatapnya dengan tatapan bersalah sekaligus iba. Hatinya tergelitik ingin memberitahukan jika dirinya lah yang sudah mengambil kesucian wanita itu di malam pertamanya.Tapi melihat Ariana yang saat itu sangat bahagia ... Ariana yang menikmati bulan madunya bersama Kevin, membuat Kenzo tidak bisa berucap jujur terhadap wanita itu. Dia tak tega mengguratkan kesedihan di atas kebahagiaan wanita itu.'Ariana, andai kamu tahu jika ... semalam itu kamu menghabiskan waktu denganku ... apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan membenciku?' batin Kenzo serasa teriris sembilu.Kenzo hanya bisa menelan pil pahit yang tengah dia rasakan. Dia biarkan Ariana merasakan kebahagiaan semu, seolah wanita itu dapatkan dari Kevin yang telah menjadi suami sahnya.Bahkan sampai sore hari, Kevin tak kunjung menampakkan batang hidungnya di villa itu. Entah di mana keberadaan Kevin saat itu. Ariana berkali-kali menghubungi Kevin, tapi Kevin tak merespon pesan dan telepon darinya."Ke mana ya, Kevin? Apa Mas Kenzo sempat berpapasan dengan dia tadi pagi?""Aku sama sekali tidak bertemu dengan dia. Begitu aku datang, aku hanya melihatmu sedang tidur ... di kamar utama."Mengucapkan kalimat itu membuat ingatan Kenzo berkelana ke kejadian malam tadi. Sejujurnya kejadian itu begitu membekas dalam benaknya. Dirinya terus terbayang akan kemolekan tubuh adik iparnya itu. Kenzo merasa jantungnya berdetak lebih cepat di atas normal.Kenzo pun beranjak keluar dari villa, berusaha mencari angin segar. Berduaan saja bersama Ariana membuat pikirannya kacau. Dia duduk di beranda villa untuk menenangkan pikirannya. Tak disangka, orang yang mereka cari baru saja memarkirkan mobilnya di halaman villa itu."Kamu sudah kembali?" Kevin begitu terkejut melihat kakaknya ada di villa itu. Dari ekspresinya terlihat jelas dia seperti habis kepergok berbuat kejahatan oleh Kenzo.Kenzo menyunggingkan senyum tipisnya. "Ya. Baru saja. Kamu dari mana? Petang baru kembali. Meninggalkan istrimu sendirian di villa."Kevin terlihat gugup sejenak. Dia lalu menampakkan wajah marah. "Bukan urusanmu!"Kenzo bangkit dari tempatnya, dia merasa sangat tersinggung dengan sikap Kevin terhadapnya. "Jelas urusanku. Kamu datang ke sini tanpa izin. Selain itu, dari mana kamu tahu kode pintu villa ini?"Kevin tidak bisa berkata-kata. Dia hanya menekuk wajahnya kesal. "Minggir, aku mau masuk!""Kamu tidak pulang 'kan semalam? Apa kamu bersama dengan wanita idamanmu yang lain kemarin?" sindir Kenzo dengan sinis."Kubilang minggir, ya minggir!" Kevin menabrak tubuh kakaknya. Dia lalu menerobos masuk ke dalam villa tanpa berkata apa pun lagi.Kenzo terdiam cukup lama. Dia yakin jika Kevin masih bermain api terhadap mereka saat ini. Kenzo sempat mengendus ada aroma familiar ketika Kevin menabrak tubuhnya tadi."Hm ... aroma ini. Parfum dengan wangi campuran jeruk, buah berry, melati, dan juga kayu-kayuan," gumam Kenzo sambil berpikir keras. "Aku rasa ini parfum milik wanita itu. Parfum yang aku berikan pada saat ulang tahunnya beberapa bulan lalu."Kenzo tak membahas apa pun lagi dengan Kevin setelah kejadian itu. Kenzo hanya bisa memperhatikan kedua pasangan pengantin baru itu dari jauh. Sejujurnya perasaannya agak aneh semenjak malam kemarin. Melihat senyuman Ariana yang begitu tulus kepada Kevin membuat hatinya sedikit ngilu."Mas Kenzo, mau makan malam bersama kami? Aku sudah memasak cukup banyak lauk untuk makan malam. Supaya Mas tidak perlu capek-capek memasak lagi," tawar Ariana dari meja makan.Saat itu Kevin terlihat tak mempedulikan kakaknya itu. Dia justru makan tanpa bicara. Kenzo tahu diri jika dia hanyalah orang luar, tak berhak mengganggu quality time adiknya."Nanti saja, Ariana. Kalian makan saja dulu. Mas masih ada pekerjaan yang belum selesai," jawab Kenzo yang sibuk dengan laptopnya di ruang tamu."Baiklah, Mas. Nanti Ariana simpan lauknya di meja makan."Entahlah, rasanya hubungan mereka terasa aneh saja saat ini. Sepertinya hanya Ariana yang tidak menyadari apa pun yang terjadi di antara mereka. ***"Kevin
Ariana sarapan dalam diam. Nasi goreng yang sedikit gosong itu dia habiskan seorang diri saja, karena Kevin masih belum kunjung terbangun dari tidurnya. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi saat itu. Ariana menghela napas beratnya."Hm, masih belum bangun juga. Katanya mau jalan-jalan hari ini," ucap Ariana kecewa.Tak lama, terlihat Kevin yang perlahan menuruni tangga. Penampilannya masih terlihat acak-acakan sehabis bangun tidur. "Selamat pagi, Sayang. Ayo makan dulu, nasi gorengnya sudah dingin. Tapi masih enak, kok!" Ariana memberi sapaan hangatnya untuk sang suami.Kevin duduk dengan wajah yang kusut. Berbanding terbalik dengan Ariana yang sangat bersemangat hari itu."Panaskan sebentar, supaya tidak dingin nasinya."Sebagai istri yang baik, Ariana hanya tersenyum dan menuruti permintaan sang suami. Dia kembali memanaskan nasi goreng yang sedikit gosong itu ke wajan penggorengan. Hanya butuh waktu lima menit saja hingga Ariana kembali menuangkan nasi goreng itu ke
Ariana semakin bimbang saat ini. Dia diapit oleh dua pilihan sulit, memilih untuk tetap tinggal di sana atau mencari suaminya. Ariana memilih pilihan kedua yaitu untuk mencari suaminya. Apalagi, telepon Kevin masih tak bisa terhubung karena selalu sibuk."Kamu di mana, Sayang?" Ariana mengeluh.Dia memperhatikan sekelilingnya, sembari terus menerobos kerumunan. Bahkan karena hal itu, dia sampai diteriaki dan dimarahi oleh para pengunjung yang lain. Ariana tak peduli. Dia hanya memikirkan cara untuk bisa menemukan Kevin segera."Dia tidak ada di sekitar sini. Aku juga sudah mengecek ke toilet pria. Toiletnya kosong, dia sama sekali tidak ada di mana pun," gumam Ariana semakin panik. "Kevin, kamu pergi ke mana? Apa jangan-jangan ... dia sudah pulang lebih dulu, lalu aku ditinggalkan di tempat wisata ini sendirian?"Ariana mematung syok di tempatnya. Jika memang kemungkinan terburuk itu terjadi, apa yang harus Ariana lakukan? Dia bisa saja pulang sendiri. Akan tetapi, Ariana tidak tahu a
"Uuukhhh .... " Ariana terdengar melenguh dalam tidurnya. Kevin masih menungguinya di pinggir ranjang. Dia terus menghentakkan sebelah kakinya, kesal menunggu Kenzo yang sangat lambat dalam menyiapkan bubur dan obat untuk Ariana."Ke mana sih Kenzo? Siapkan bubur saja lama sekali!" gerutu Kevin sambil terus berdecak. "Ini lagi perempuan satu. Kenapa mendadak tumbang segala? Bikin aku repot saja!"Rupanya, sakitnya Ariana saat itu malah menjadi kesulitan tersendiri bagi Kevin. Kevin merasa dia sangat direpotkan oleh Ariana. Padahal sebenarnya Ariana sakit juga karena dirinya.Kenzo akhirnya datang dengan membawa nampan berisikan semangkuk bubur, air putih dan beberapa butir obat penurun demam. Dengan segera, Kevin mengambil alih nampan itu tanpa berkata apa pun kepada sang kakak."Hati-hati! Masih panas lho!" seru Kenzo memperingati Kevin, namun rupanya Kevin sama sekali tidak peduli.Kevin langsung menyimpan nampan itu di atas n
Mobil Kevin menepi di bahu jalan sebuah komplek perumahan elit yang ada di Kota Bandung. Dia turun dari mobilnya dan menuju ke salah satu rumah yang terletak di wilayah hook. Layaknya orang yang sedang kunjung pacar, Kevin merapikan diri sedikit sebelum akhirnya membunyikan bel pintu.Seorang pelayan rumah tangga berusia 40 tahunan terlihat berlari membukakan pintu pagar."Den Kevin? Mari masuk ke dalam," sapa Simbok, begitulah pelayan itu disapa."Selamat sore, Mbok. Irene sudah pulang?" tanya Kevin dengan senyuman lebar di wajah."Non Irene mungkin sebentar lagi pulang. Biasanya selepas maghrib dia baru sampai di rumah. Ayo tunggu di dalam saja, Den Kevin," jawab Simbok ramah.Kevin masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Dengan begitu cekatan, Simbok melayaninya sebagai tamu kehormatan sang Tuan Rumah. Saking seringnya Kevin datang, Simbok sudah hapal betul jenis minuman dan makanan apa saja yang harus disuguhkan untuk Kevin."Terima kasih, Mbok," ucap Kevin berterima kasih.
"Jadi kamu gak mau tidur, Ariana?" Kenzo berusaha untuk meyakinkan, siapa tahu Ariana berubah pikiran.Ariana menjawab dengan sebuah gelengan kepala. "Iya, Mas. Aku pokoknya mau menunggu Kevin pulang dulu ke villa."Kenzo menghela napas berat. Rupanya Ariana adalah orang yang kukuh pada pendiriannya jika sedang memiliki keinginan hati."Ya sudah. Ingat, kalau sudah lewat dari jam satu pagi, kamu tidur saja. Itu artinya dia tidak akan kembali malam ini.""Baik, Mas." Ariana mengerti. "Terima kasih sudah mengingatkanku. Lebih baik Mas tidur duluan. Bukankah besok hari senin? Mas 'kan harus pergi ke kantor?"Kenzo tidak menjawab. Sejujurnya dia merasa gemas dengan sikap Ariana yang keras kepala dan tidak peka. 'Bagaimana aku bisa tidur saat melihatmu yang begadang padahal sedang sakit seperti ini?' batin Kenzo.Ariana menyadari jika Kenzo melamun sambil menatapnya. Wanita itu melambaikan tangannya beberapa kali ke depan wajah Kenzo. "Mas Kenzo? Halo? Mas?""Y ... ya?" Kenzo terlempar ke
Cukup lama kedua sejoli ini memadu kasih dengan penuh kesyahduan di bawah pancuran air shower. Irene berniat mengakhiri aksi keduanya ketika tubuhnya mulai menggigil kedinginan."Sudah ... Sayang. Aku sudah ... kedinginan ini. Kulitku keriput semua. Apa kamu tega ... membuat kulitku terlihat seperti ... nenek-nenek?" ucap Irene agak terbata dengan gigi yang bergemeletuk."Oh iya, saking asyiknya aku sampai tak sadar jika kita menghabiskan waktu selama itu. Kalau begitu cepat berpakaian, Sayang. Aku takut kamu sakit." Kevin mematikan shower dan memberikan handuk untuk Irene.Irene segera memakai handuknya. Dia lalu menuju ke kamar dan mengecek handphone-nya. Dirinya terkejut ketika mendapati jika ada panggilan tak terjawab sebanyak lima kali dari kantornya."Ya ampun ... aku sampai tak sadar dengan telepon masuk ini," ujar Irene merutuki dirinya sendiri."Telepon dari sekretarismu? Kalau begitu hubungi balik saja dia sekarang," usul Kevin.Irene menghubungi ke kantornya dengan sangat t
"Permisi, Pak. Ada tamu yang sudah menunggu." Seorang wanita yang merupakan sekretaris perusahaan Kenzo mengabari melalui sambungan telepon."Tamu? Siapa? Persilahkan dia masuk," perintah Kenzo kemudian."Baik, Pak Kenzo."Sambungan telepon terputus. Sang sekretaris pun mengulas senyum manis pada kedua tamu yang mendadak datang di siang hari untuk menemui bosnya."Silahkan masuk, Bapak sekalian. Pak Kenzo sudah menunggu di ruangannya.""Terima kasih, Mbak." Seorang pria setengah baya berperawakan tinggi tambun itu balik tersenyum senang. Dia pun mengajak kawan yang datang bersamanya untuk masuk ke ruangan Kenzo.Kenzo terkejut begitu mendapati ada kedua tamu tak diduga yang datang menemuinya pada siang itu. "Lho? Pak Joko?""Selamat siang, Pak Kenzo. Maaf saya datang tidak mengabari dulu." Pak Joko terlihat sungkan di depan Kenzo. "Saya soalnya datang bersama tamu dari jauh.""Ah ... kalau begitu, silahkan duduk." Kenzo langsung berpindah tempat ke sofa khusus, berhadapan dengan kedu
"Kebijakan perusahaan?" Kevin mulai bertanya. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Pak Maman.Dengan sabar. Pak Maman menjelaskan kepada Kevin maksud perkataannya. "Jadi begini, Mas Kevin. Setiap klien perusahaan memiliki standar produksi sendiri. Kita dilarang untuk menyebarkan informasi mengenai produk produksi milik klien perusahaan satu kepada klien lainnya.""Oh, begitu." Kevin menganggukkan kepalanya, paham."Dengan kata lain, saya dilarang menyebarkan segala jenis informasi itu. Walaupun Pak Kenzo memintanya. Jadi Pak Angga, tolong beritahu Pak Kenzo mengenai hal ini, ya." Pak Maman melanjutkan ucapannya."Baik, Pak Maman. Saya coba telepon Pak Bos dulu." Angga undur diri, mengambil tempat sepi untuk menelepon sang bos.Kevin berdiri kikuk di hadapan Pak Maman yang kini fokus kembali memeriksa data produk. Sejujurnya tak ada hal yang bisa dibicarakan oleh keduanya. Kevin juga tak pernah merasa ingat pernah akrab dengan pria paruh baya di hadapannya."Halo, Pak
"Bapak yakin?" Kenzo meyakinkan kembali kepada Pak Joko atas apa yang disaksikannya.Pak Joko terlihat kembali berpikir keras. "Iya, Pak Kenzo. Saya yakin betul dengan apa yang waktu itu saya lihat. Ibu Irene beberapa kali bersama dengan adik Pak Kenzo. Mereka terlihat sangat ... dekat sekali."Mendengar hal itu, Kenzo terdiam dengan hati yang berdenyut nyeri. Berarti kecurigaannya terhadap perselingkuhan adiknya dan mantan tunangannya adalah benar. Melihat reaksi Kenzo yang hanya diam saja, membuat Pak Joko mulai merasa tak enak."Aduh, Pak Kenzo. Mohon maaf sekali ya. Saya bukan ada maksud untuk memecah belah Pak Kenzo dengan adiknya. Tapi, saya menyampaikan ini karena saya bersumpah pernah melihat mereka berdua bersama.""Iya, tidak apa-apa, Pak Joko. Terima kasih untuk informasinya." Kenzo memberikan senyumannya agar Pak Joko tidak lagi merasa tak enak hati padanya."Jadi ... rumor itu benar, Pak? Soal Pak Kenzo yang batal menikahi Bu Irene karena perselingkuhan dengan adiknya Bap
Kevin mulai gemetar di tempatnya ketika mendengar gunjingan yang semakin memanasi telinganya. Rupanya Angga menyadari hal itu."Sudah, Mas. Tidak usah didengar. Cewek di sini memang senangnya bergosip."Kevin tentu tidak terima dengan hal itu. Dia tidak bisa mendiamkan apa yang sudah dilakukan para rekan kerja wanita di kantor itu. Dengan segera Kevin bangkit dari kursinya. Dia menghampiri para wanita yang sedang bergosip lalu menggebrak meja mereka.Seketika ruangan kantor itu sunyi senyap akibat perbuatan Kevin. Kevin lalu menatap satu persatu wajah yang berani menggosipkan dirinya seraya menandai siapa saja yang mengusiknya."Kamu, kamu, dan kamu! Aku sudah mengingat wajah-wajah kalian! Kalau kalian berani bergunjing lagi mengenai aku, awas saja!"Para wanita itu kini gemetar di tempatnya. Mereka tak berani lagi membicarakan keburukan mengenai Kevin. Setelah menyelesaikan keinginannya, dia pun kembali ke tempat duduknya bersama dengan Angga yang semakin merasa canggung bersamanya.T
"Kevin! Hey, Kevin! Bangun!" Kenzo mencoba untuk membangunkan adiknya yang tertidur pulas pagi itu.Kevin malah membalikan badannya seraya melenguh. Terdengar kembali suara dengkuran kecil dari bibirnya, membuat Kenzo semakin kesal dibuatnya."Apa-apaan ini! Aku sudah membangunkan dia selama setengah jam! Tapi dia sama sekali tidak terbangun! Katanya mau bekerja, tapi nyatanya bangun pagi saja tidak bisa! Ck!"Kenzo menyerah membangunkan adiknya yang jika sudah lelap tertidur malah seperti kerbau itu. Akhirnya dia cepat-cepat menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri dan segera berangkat menuju ke kantor. Ditinggalkannya Kevin di villa sendirian.Kevin akhirnya terbangun ketika ada telepon masuk. Dengan malas dia mengambil handphonenya dan memeriksa siapa yang menelepon. Begitu tertera nama Irene, dia begitu bersemangat untuk mengangkat telepon itu."Halo, Sayang." Suara Kevin masih begitu sengau sehabis bangun tidur."Sayang! Kamu sudah makan siang?" Suara Irene terdengar seakan sanga
"Kenapa? Kamu gak suka aku datang ke sini?" tanya Kevin sengit dengan mata yang mendelik sinis pada kakak kandungnya itu."Bukan begitu. Aku cuma bertanya. Kenapa kamu datang sendirian? Mana istrimu?" Kenzo mendadak meladeni Kevin dengan sikap yang memancarkan permusuhan.Kevin bersedekap sambil membuang muka. "Bukan urusanmu dia mau datang atau tidak. Kenapa? Kamu mengharapkan sekali dia datang ya?"Kenzo terlihat merengut di tempatnya. "Aneh sekali. Papa bilang kamu akan bekerja dalam waktu lama di perusahaan keluarga. Tapi setega itu kamu meninggalkan istrimu di Jakarta. Apa kamu sengaja melakukan itu supaya leluasa berselingkuh dengan Irene?""Jaga mulut kamu ya, Kenzo! Sekali lagi itu bukan urusanmu! Lagipula, Ariana memang tidak diizinkan untuk pergi karena ... dia sedang mengandung!" bantah Kevin sengit.Seketika Kenzo membelalakkan matanya. "Apa? Ariana ... hamil?""Ya. Jadi Mama menyuruh Ariana tinggal di sana. Sudah ah, aku mau beres-beres dulu!" Kevin tanpa menunggu langsun
"Kenapa kayak gitu?" Ariana hendak memprotes lagi, tapi Kevin segera membekap mulutnya."Sttt! Jangan keras-keras! Aku tampar kamu nanti!" ancam Kevin yang kemudian melepas bekapan mulut Ariana dengan kasar.Ariana terdiam sedih. Sementara Kevin berdecak tak suka."Ingat, kamu itu istri formalitas saja. Jadi aku mau kamu menuruti semua yang aku suruh. Kami tidak boleh ikut aku ke Bandung," lanjut Kevin. "Mama percaya kamu sedang hamil, 'kan? Kalau begitu, berpura-pura saja kalau kamu sedang hamil saat ini.""Tapi Kevin, itu 'kan belum pasti. Aku belum pasti mengandung," bantah Ariana."Kamu berani membantah aku? Iya? Turuti apa kataku atau kamu aku ceraikan!" Kevin mengancam lagi, kali ini Ariana langsung terdiam.Luka di hati Ariana kembali terbuka. Bukan hanya berani menyakiti Ariana secara verbal maupun tindakan, Kevin kini sudah berani mengancam untuk menceraikannya. Ariana merasa berada di ujung tanduk. Tak ada pilihan baginya untuk menuruti keinginan dari Kevin.Kevin kembali fo
Kevin tak dapat berkata-kata lagi. Dirinya juga merasa sedikit bersalah pada wanita yang kini memeluknya begitu kencang karena sempat mengabaikannya. Dia lalu menutup pintu dan membiarkan suasana larut begitu saja di antara mereka."Maaf ya, Sayang. Tadi aku ada sedikit masalah yang mengganggu pikiranku sehingga agak mengabaikan kamu."Wanita itu mendongak menatap Kevin. Tatapan matanya seolah meminta penjelasan dari laki-laki itu."Memang ada masalah apa? Apa aku bisa membantumu, Mas?"Kevin terdiam sejenak di tempatnya. Dia merasa bingung bagaimana harus menjelaskan pada Mbak Yuni tentang masalahnya."Sebenarnya ... bukan masalah besar, kok. Aku sudah mendapatkan solusinya."Mbak Yuni melepaskan pelukannya dari tubuh Kevin. Kini dia terlihat sedih sambil menundukkan pandangannya."Aku tahu, kok. Mas Kevin katanya ... besok mau pindah ke Bandung, 'kan"Kevin terbelalak di tempatnya, tak percaya jika wanita itu menguping pembicaraannya di telepon."Kamu ... dengar apa yang tadi aku bi
"Apa? Jadi Papa mau mengusirku? Sekarang Papa membuangku dari sini?" teriak Kevin."Kevin! Jangan berteriak begitu sama papamu!" seru Mama Ayu, tak suka jika putranya mulai tak hormat kepada orang tua."Mama! Kevin mau dibuang! Kevin disuruh untuk pindah ke Bandung tanpa kesetujuan Kevin sendiri! Apa Mama juga bersekongkol dengan Papa untuk membuang Kevin?" Kevin beralih pada ibunya, masih meluapkan emosinya.Mama Ayu hanya terdiam sambil menunduk. Kali ini matanya berkaca-kaca karena sedih dengan situasi ini. Kevin terus berang dan mengamuk. Laki-laki itu sampai menghancurkan barang-barang yang ada di sekitarnya."Kevin! Apa-apaan kamu! Kevin!" bentak Papa Kevin semakin tak tahan dengan sikap anaknya.Ariana merasa semakin tak nyaman dengan situasi ini. Dirinya juga merasa sangat syok karena sikap buruk Kevin keluar seluruhnya. Kevin ternyata pembangkang dan perusak. Emosinya sangat tinggi. Mama Ayu menangis tersedu di tempatnya."Hentikan, Nak! Jangan kamu ... hancurkan rumah ini!"
Kevin tertegun di tempatnya. Dia masih bingung dengan maksud dari ucapan wanita yang kini ada di sampingnya."Bahagia lagi? Memangnya kamu sudah tidak pernah merasakan bahagia?"Mbak Yuni menunduk. Tiba-tiba raut wajahnya berubah sendu."Aku sudah lama kehilangan suamiku. Aku juga tidak menjalin cinta baru selama bertahun-tahun lamanya."Kevin langsung tertegun, sedikit terhenyak kaget mendengar penuturan dari Mbak Yuni. Mbak Yuni memang terlihat berusia jauh lebih tua. Tapi dia pintar sekali merawat diri. Makanya Kevin pikir wanita itu masih memiliki pendamping di hatinya."Aku turut sedih mendengarnya."Mbak Yuni sedikit tersenyum. "Tidak apa-apa. Semuanya sudah musibah. Suratan takdir Yang Maha Kuasa. Tapi berkat aku harus bekerja untuk memenuhi hidup anakku, aku jadi bisa bertemu dengan Mas.""Ucapanmu sangat membuatku tersanjung, Sayang." Kevin lantas mengecup kening Mbak Yuni, seraya membelai rambutnya lembut."Benar lho, Mas. Aku sudah sangat lama sekali ... mendambakan cinta d