Home / Romansa / Selamat jalan Istriku / Awal mula perkenalan dengan Istriku

Share

Selamat jalan Istriku
Selamat jalan Istriku
Author: Erwin Fathar

Awal mula perkenalan dengan Istriku

Aku Erwin bekerja disalah satu perusahaan swasta, memiliki status Duda tanpa anak, bercerai hidup adalah bukan sebuah pilihan yang aku buat, takdirlah yang menentukan.

Hari itu ada acara yang harus aku datangi, karena tidak enak teman mengundang aku ke acaranya, beberapa teman-temannya juga datang diundang.

Malam hari kami berbaur antara Pria dan Wanita yang datang dari berbagai perusahaan dan tempat kerja yang berbeda-beda. 

"Bro... Sini," temanku pemilik acara memanggil.

"Ada apa Bro," jawabku.

"Kenalin nih, teman aku," temanku pemilik acara memperkenalkan temannya kepada ku.

Akhirnya aku berkenalan dengan Wanita muda yang bekerja disalah satu perusahaan yang ternyata tidak jauh juga dari perusahaan dimana tempat aku bekerja. Sebut saja namanya Lia, dia Wanita yang usianya sangat muda jauh 10 tahun dibawah usiaku, statusnya masih single belum pernah menikah dan berwajah manis.

Kita mengobrol banyak malam itu hingga bertukar nomor handphone dan akun sosial media, awalnya aku belum menceritakan perihal statusku ini. Biarlah suatu saat nanti pasti akan aku ceritakan.

Obrolan malam itu ternyata berlanjut menjadi sebuah rasa, esok harinya aku memulai mengirim perhatian. Oh perhatianku dibalasnya dengan senang.

Hari kian hari hubungan ini semakin menunjukkan bahwa kita memang telah sama-sama saling suka. Seperti yang pernah ada dalam hatiku bahwa aku akan bicarakan masalah status ku ini, dengan perlahan aku bicara kepadanya.

"Maaf sebelumnya aku mau jujur kepadamu, aku ini sudah pernah menikah dan belum punya anak, apakah kamu masih bersedia menerima aku," tanya aku perlahan sambil menikmati makanan ringan disebuah restaurant.

"Oh jadi kamu sudah pernah minikah," jawabnya agak sedikit kecewa.

"Maaf aku baru bicara sekarang, karena aku ragu mau jujur kepadamu, tapi hal ini memang harus aku katakan," aku menjawab dengan perlahan.

"Iya bagus kamu jujur, tapi ya sudah kalau memang jodoh mau bilang apa lagi, nanti aku akan bicarakan kepada orang tua aku," ucapnya.

"Tapi kira+kira apa orang tua kamu mau menerima aku," tegas ku.

"Ya kenapa tidak, kalau kamu serius dan memang itu sudah jodoh aku, pasti orang tua akan setuju," jawabnya menguatkan aku.

"Terima kasih kalau begitu, sayang," aku menjawab dengan panggilan sayang.

"Eh... Ngomong apa kamu? Coba ulangi lagi," tanyanya meledek ku.

"Sayang... Salah ya kalau panggil sayang," celoteh ku sambil senyum.

"Ya ga, aku becanda kok, iya boleh sayang," jawabnya dengan memanggil sayang juga.

"Tuh... Tadi barusan ada kata sayang, coba ulangi lagi, hehee," ucapku tertawa.

"Udah ah sayang, yuk antar aku pulang," jawabnya malu-malu.

Malam itu lega rasanya setelah aku utarakan semua, kita banyak bercerita dan saling jujur dan terbuka. Aku hanya tinggal menunggu pendapat keluarganya, kalau keluarga aku sih sudah setuju saja apapun keputusan aku.

Kegiatan bekerja masih seperti biasa dan saling komunikasi dengan pujaan hati kian mesra, sudah satu bulan lebih aku komunikasi dan hati menjadi saling peduli. Sepertinya tiba saatnya untuk aku mengenal keluarganya.

"Sayang, kapan aku boleh kenal keluarga kamu," tanya ku.

"Ya kapan aja kalau kamu mau, kamu mau datang kapan sayang," ucapnya kepadaku.

"Ya sudah besok aku main ya sayang," jawabku.

Esok hari aku mempersiapkan diri menjadi sosok dengan penampilan yamg terbaik namun tetap menjadi diri aku sendiri. Mengendarai roda dua sepulang kerja langsung menuju kerumah Mbeb sayang.

Setelah sampai disana aku berkenalan dengan keluarga besarnya, huah rasanya agak nerves juga ya, seperti saat konser naik keatas panggung. Dengan niat yang tekad aku buang semua rasa grogi, apapun pertanyaan dari orang tuanya aku jawab dengan baik. Tidak lupa juga sambil menikmati beberapa makanan yang aku bawa tadi untuk dimakan ramai-ramai.

Alhamdulillah semua berjalan lancar dan terlihat keluarganya juga menyetujui, sikap keluarga yang baik dan ramah membuatku betah lama disana hingga sampai lupa kalau sudah larut malam.

Pembicaraan serius belum terlontar dari keluarganya, masih tahap perkenalan dan obrolan saling mengenal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status