Kembali lagi kerumah sakit adalah tidak ada pilihan lain saat itu, rumah sakit yang berbeda dengan penangan khusus cara usaha aku dan keluarga untuk berusaha semoga bisa lebih baik. Dengan diagnosa berbeda lagi pihak rumah sakit menyatakan kalau Istriku terkena infeksi paru-paru.
Sudah seminggu lamanya terbaring dirumah sakit dengan berbagai alat infus dan injeksi ada perubahan sedikit dari kesehatannya, Istriku menyatakan sudah lebih baik, tapi menurut aku sama saja tidak ada perubahan.
Istri meminta pulang saja karena memaksa sudah lebih baik, Dokterpun mengiakan dengan catatan sama wajib kontrol 3 atau satu minggu sekali.
Pulang kerumah dengan keadaan masih lemas dan tidak kuat untuk berjalan, menggunakan pembalut adalah pilihan satu-satunya. Aku lebih extra lagi menjaga Istriku sambil bekerja dari rumah. Rutin mengganti pembalut dan membersihkan seluruh badannya adalah kewajibanku pagi dan sore hari.
Keseharian Istriku hanya bisa diatas tempat tidur, menguatkannya dan selalu memberikannya semangat serta mengajaknya bersenda gurau selalu aku lakukan.
Sangat beruntung anakku tidak rewel dan tetap memberi semangat Ibunya dengan senyum dan ocehannya yang sudah bisa berbicara walaupun belum terdengar jelas.
"Ayah...," Istri memanggil dengan suara perlahan.
"Kenapa Bun, kamu mau makan atau mau minum yang hangat atau mau apa," tanya aku dengan perlahan sambil mengelus rambutnya.
"Yah, kalau nanti Bunda sembuh, Bunda janji ga akan mengulur-ngulur waktu Shalat," ucapannya menggetarkan hatiku kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu.
"Ya Bunda, sabar dan terus menyebut nama Allah, oh iya Bunda mau makan apa," aku menenangkannya dan menawarkan makanan.
"Bunda mau kentang Yah, direbus atau digoreng, boleh ga Yah," tanya Istri.
"Boleh Bun, Ayah pesan online dulu Ya, sekalian Ayah beli sekilo ya, untuk kamu ngemil, kentang bagus juga kok," ucapku.
"Ya udah Yah," jawabnya tersenyum dan menatap kosong.
"Sebentar ya Bun, Ayah keluar membuat kopi dan memesan kentang," aku tinggalkan sebentar kedepan halaman rumah," sengaja aku keluar sebentar karena menahan sedih dari tadi ucapannya.
Masih dalam situasi yang sama dan belum ada perubahan, semakin hari menunjukkan hal-hal yang tidak biasa, dari main gadget kini juga sudah malas dan tidak mau.
Kamis malam Jumat ada ucapan dan kelakuan aneh dari Istriku, saat itu aku disebalhnya tidur merebahkan sebentar diri ini menghilangkan lelah. Sambil mendengarkan murotal Ayat Alquran dan aku tertidur.
Tekejut dibangunkan dengan gelagat Istri yang seperti kesurupan, segera aku bangun dan membacakan Ayat AlQuran menenangkannya, akhirnya terdiam dan tidur kembali.
Setelah satu jam kemudian pada pukul 12 malam kurang, Istriku mengalami dada sesak, aku pegang kakinya sangat dingin sekali. Segera aku panggil Ibunya yaitu mertua serta juga saudara-saudaranya, lalu aku meminta tolong panggillkan Ustad dan tetangga untuk membacakan Surat Yasin.
Dengan cepat Ustad dan para tetangga datang dan tanpa disuruh mereka sudah langsung membuka AlQuran dan membacakan Yasin.
Aku yang berada disebalah Istriku membisikkan kalimat
"Lailahaillallah," terus aku ucapkan ditelinga Istriku.
Aku merasakan kakinya yang sangat dingin lalu ada seperti getaran yang beranjak kesetiap sendi-sendi hingga menjalar keatas, dan pada wajah dan mulut bergoyang kekiri dan kekanan, dengan mata masih terbuka melotot. Terdengar sayup suara isak tangis dari dalam rumah dan halaman depan rumah tetangga yang ramai sudah berkumpul.
Dalam hati aku berkata.
"Aku ikhlas dan ridho," ucapku dalam hati melepas kepergian Istriku.
Setelah mulut yang bergoyang kekiri dan kanan lalu mata terbuka lebar melotot dan sampailah pada titik akhir Ruh itu.
"INNALILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI'UN."
Suara tangis pecah dari dalam rumah dan luar rumah, segera semua bergerak cepat membereskan dan mempersiapkan. Aku juga dengan segera membersihkan seluruh tubuhnya dan membuka pembalutnya untuk yang terakir kalinya. Tetangga semua juga sangat sibuk walaupun saat itu waktu menunjukkan pukul 1 pagi, tapi mereka tidak ada yang tidur kembali. Bersyukur sekali mempunyai tetangga-tetangga yang sangat peduli.
Selamat jalan Istriku...
Lalu aku memanggil anakku yang saat itu berusia 3 tahun lebih, aku menjelaskannya secara perlahan dan mengajaknya untuk melihat Ibunya untuk yang terakhir kalinya.
"Nak, Ayah harap kamu mengerti, lihat Ibumu saat ini untuk terakhir ya Nak," tanya aku perlahan sambil memeluknya.
"Iya Ayah, Ibu kenapa Ayah," Bobo ya Ayah," jawab anakku dengan bahasa yang belum begitu jelas
"Iya Nak, Ibu bobo dan besok akan dibawa kerumahnya," aku bingung menjelasknnya.
"Oh Ibu meninggal Yah," Subhanallah Anakku ternyata mengerti.
"Iya Nak, kamu pintar Nak, jangan lupa selalu doakan Ibu dan Ayah ya Nak, sepeti yang Ayah sudah ajarkan," ucapku sambil mengelus rambut anakku.
"Iya Ayah," jawabnya polos tanpa tangisan.
Semua orang yang melihat semakin terharu dan semakin pecah suara tangisan.
"Nak, sini kamu cium Ibu," aku memintanya tapi anakku takut.
"Takut Yah," jawabnya pelan.
"Ya sudah kalau gitu, kamu disini aja duduk ya, liat Ayah merapihkan Ibu," jawabku tidak memaksanya karena anakku sambil memegang botol susu.
Selamat jalan Istriku semoga Husnul Khotimah.
Pelajaran sangat berarti untuk diriku sendiri teringat saat kamu ucapkan, jika sembuh dari sakit Bunda tidak akan mengulur-ulur waktu Shalat, akan Ayah ingat Bunda.
Terima kasih sudah menjadi Istri yang sangat taat dan berbakti, selalu mengerti dan maafkan Ayah yang belum bisa banyak membahagiakan kamu.
Jodoh Maut dan Takdir sudah tertulis dan sudah digariskan, kita sebagai manusia hanya mampu terus berusaha dan memberikan yang terbaik pada Pencipta dan orang-orang tersayang.
Jumat pagi semua disibukkan dengan persiapan pemandian jenazah almarhumah Istri, Masya Allah tetangga berdatangan membawa berbagai macam sumbangan.Berdatangan juga teman-teman kantor Almarhumah Istri rombongan dan sangat terharu aku ketika Bosnya Owner nya juga ikut datang, begitu besar rasa syukur yang aku rasakan. Ditambah lagi menyumbang begitu banyak nominal yang tidak bisa aku sebutkan. Alhamdulillah.Setelah waktu masuk Shalat Jumat jenazah Istri yang sudah rapih segera dibawa ke Masjid untuk di Salatkan.Salat jenazah selesai dan beramai-ramai membawa jenazah Istri ketempat peristirahatan terakhir.Selamat jalan Istriku.Aku mengucapkan terima kasih kepada semua tetangga yang sangat luar biasa membantu tanpa pamrih, kini waktunya aku membereskan terutama pakaian-pakaian Istri yang ada dilemarinuntuk aku berikan kepada saudara-saudara dan tetangga untuk yang mau, tidak begitu banyak juga sih, karena Istriku tidak suka belanja banyak pakaian.
Mulai hari ini peran Istri aku gantikan, bukan hal mudah memang, karena anak masih sangat kecil, tapi masih beruntung karena pekerjaan aku masih bisa dikerjakan di rumah.Usia anak aku kurang lebih 3 tahun, masih mengompol dan menyusu dengan menggunakan botol, pagi hari membuatkan susu, terlebih dahulu membersihkan botolnya, lalu memandikannya dan menyuapinya makan.Selesai mengurus anak lanjut aku mencuci pakaiannya.Ada hal yang membuat aku merasa sangat bodoh, bagaimana tidak. Jadi aku mencuci semua pakaiannya, semua aku masukkan dalam mesin cuci dan memulai menggiling, beres sudah dan aku menjemurnya, tapi apa yang terjadi. Aku liat pakaian anakku semua tidak bersih malah tambah kotor dan beberapa masih terlihat noda.Hahaha, aku tertawa dalam hati ternyata aku tidak memisahkan pakaian yang bekas kotoran buang air besarnya, huft. Terpaksa aku mencuci ulang lagi dan akhirnya aku mencuci dengan tangan dan meyikatinya, Ayah yang pintar. Huhuu
Flash back saat sedang sendiri, dulu sempat menginginkan ingin memiliki anak kembar jika dikabulkan, memang sih tidak ada keturanan memiliki anak kembar dari kaluarga kami masing-masing. Sering kali aku mencari informasi dulu, bagaimana caranya agak bisa memiliki anak kembar kelak. Bertanya kepada teman dan browsing, semua cara sudah aku lakukan, namun belum ada yang meyakinkan. Tapi aku masih bersyukur, karena Istri cepat dikaruniai buah hati, walaupun tidak berhasil mendapatkan anak kembar. "Bunda, Ayah ingin anak kembar," tanya aku. "Ya Ayah, tapi kan keluarga kita tidak ada keturunan yang mempunyai anak kembar, bagaimana bisa," jawab Istriku. "Ga tau Bun, gimana ya, ya sudah kita berdoa aja Bun, semoga dikabulkan," aku mengatakan agar saling berdoa berharap kembar. Setelah penantian kelahiran, doa kita memang belum dikabulkan, dalam hatiku aku masih sangat bersyukur. Anakk
"Selamat pagi, Mas Suaminya Almarhumah ya, bisa datang ke kantor untuk pemberitahuan mengenai santunan atau asuransi dari Bpjs," aku mendapat telepon dari atasan tempat almarhumah Istri bekerja."Bisa Pa, baik Pa, saya segera kesana," aku menjawabnya.Alhamdulillah, mendapat kabar dari atasannya almarhumah Istri, soal Bpjs, untuk diurus Bpjs santunan kematian, beruntungnya jika sebuah perusahhan mendaftarkan karyawan atau karyawatinya didaftarkan sebagai peserta Bpjs.Dengan segera aku bergegas merapikan diri dan aku mengajak anak aku untuk ikut ke kantor almarhumah Ibunya, dulu anakku sering ikut dan diajak sama Istri, ikut bekerja ketika hari Sabtu.Setelah selesai kita berdua berangkat, yang jaraknya tidak jauh dari rumah kami. Sesampainya di sana kami disambut oleh teman-teman almarhumah Istri, anak aku langsung saja diajak jajan dan diajak bermain, karena kebetulan hari itu kantor tidak si
APA HANYA AKU, SELALU LUPA TANGGAL ULANG TAHUN ISTRI.Terkadang sering ga enak hati, karena suka lupa tanggal penting atau momen penting, seperti ulang tahun Istri atau ulang tahun pernikahan, padahal Istri selalu mengingat ulang tahun aku dan momen penting lainnya.Tahun pertama pernikahan, aku sampai lupa sekali saat ulang tahun istri."Kok, kamu diam saja Bun, kenapa? Sariawan ya," aku bertanya sambil menghibur"Ga! Lagi M," jawabnya cemberut."Kamu lagi M? Lah tadi Ayah liat shalat," jawabku bingung."M itu... Malas!" singkat jelas membingungkan."Malas? Ya udah kalau lagi malas, istirahat dan tidur ya," ucapku menyuruh istirahat."Ga! Gak mau tidur!" jawabnya membalikkan badan kearah tembok."Lah, terus ngapain ga tidur, mau beli makanan? Yuk," aku menawarkan beli makanan."Iya, mau! Beli sekarang! Jawabnya jutek ala abg.
Kisah nyata selanjutnya adalah kerinduan anak kepadanya Ibunya.Terkadang keinginan anak atau pertanyaan anak saat usia 3 sampai 4 tahun sering terlontar secara polos. Ucapannya yang lugu tanpa ada rasa sedih terkadang membuat hati terharu atau bahkan orang tua harus menjawab dengan berfikir dahulu mencari jawabannya.Setelah kepergian Ibunya 1 tahun lebih, tiba-tiba anak aku berkata sesuatu."Ayah, Dede kangen Ibu, besok ke Makam yuk Yah," terlontar ucapan yang membuat aku kaget."Oh ya udah Nak, besok kita kesana pagi ya," aku menjawab sembari menahan nafas dan memaksakan bibir ini untuk tersenyum."Tapi Yah, Dede boleh ga, bawa coklat untuk Ibu," jawabnya sambil menunjuk coklat yang ada di toples."Boleh Nak, boleh banget, ya udah kamu pilih coklatnya yang mana," aku menjawab dengan mengus
Sehubungan dengan hari ibu, mengingat masakan Ibu pada zaman dahulu waktu saya kecil, Almarhumah Ibu sering membuat kan abon terasi bawang ini atau Siwang, saat hari Ibu biasanya juga almarhumah Istri memasak yang agak sepsial berbeda dari hari biasanya, kadang aku masak bareng berdua.Apa lagi dahulu saat tidak punya lauk untuk makan, aku hanya cukup makan dengan ini dan nasi, sudah sangat bersyukur. Kali ini aku memasak untuk anak, semoga anak aku menyukai terasi bawang goreng ini.Ibu selalu buat kan abon dari bawang merah dan terasi diulek atau di iris lalu di goreng, kadang di kasih cabe dikit dan bawang putih sedikit lalu kasih penyedap rasa. Rasanya gurih nikmat, makan nasi pun nambah.Aku pergi membeli bumbu-bumbu tukang sayur dekat rumah, ternyata ada sedikit cuitan pertanyaan yang tidak membuat hati nyaman.
Bulan Juli telah datang, anak aku mengingat ulang tahunnya, bulan ini adalah bulan kelahirannya dan kali ini aku tidak merayakannya. Tapi diluar dugaan anak aku telah memberi tahu teman-temannya bahwa dia berulang tahun dan mengundang untuk makan-makan.Begitulah namanya juga anak-anak terkadang ada saja kelakuan yang dibuatnya, semakin tumbuh dan berkembang banyak sekali kelucuan yang terjadi.Beberapa tingkah anakku yang menggemaskan dalam keseharian.1. Memberhentikan tukang jajanan yang lewat terlebih dahulu, baru meminta uang."Yah, yah... Minta uang 2000, cepet Yah, Abangnya nungguin, cepet Yah, keburu jalan Yah," minta anakku dengan tergesa-gesa.2. Di suruh kewarung lupa, baliknya diam."Lah De, kenapa, kok diam, mana yanh tadi Aya