Kediaman Aldara | Pagi Hari.Pagi ini Aldara disibukkan dengan Ryu yang akan mengikuti lomba mewarnai di ibu kota. Hari ini sudah terhitung tiga hari setelah kedatangan Alastair kala itu, Aldara mengira Alastair pasti juga sudah kembali ke ibu kota karena pria itu tidak lagi datang menemuinya.'Semoga kami tidak bertemu Alastair, Ya Tuhan. Sungguh! Aku tidak pernah sanggup untuk bertemu dengannya,' batin Aldara.Mobil yang dikendarai Kenneth sudah berhenti di depan sebuah hotel yang terletak di pusat kota, di gedung kesenian yang terletak di depan hotel ini lah tempat Ryu melaksanakan lombanya esok hari.Aldara melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul dua belas siang, kemudian ia langsung turun sambil menggandeng putranya, sementara Kenneth mengekor dari belakang sambil menyeret koper."Tidak banyak yang berubah," gumam Aldara dengan suara lirih, tetapi Kenneth masih bisa mendengarnya."Ada apa, Ra?" "Ah, tidak ada apa-apa," jawab Aldara seraya menggelengkan kepala.Namun, wanita
Alastair menarik tangan Elle dan Virly untuk masuk melewati pintu lain, bukan pintu utama. Kedua wanita itu sempat berteriak panik, mereka bingung saat beberapa saat lalu Alastair menolak makan di sini, tetapi sekarang malah menarik ke restoran.Sementara itu Aldara hanya mampu diam terpaku dengan perasaan yang tidak karuan, ada sedikit trauma saat kembali melihat Elle dan Virly. Ia masih ingat betul bagaimana dua wanita itu dulu mencelakainya.'Mereka pergi bersama Alastair. Sepertinya benar kalau Alastair semakin dekat dengan Virly,' batin Aldara.Adara mengajak putranya untuk kembali ke kamar, ia beralasan kepalanya pusing dan nanti akan memesan makanan saja. Beruntung Ryu menurut tanpa protes sedikitpun.'Kalau Alastair dekat dengan Virly, kenapa dia masih mendatangiku?' batin Aldara lagi saat baru saja masuk ke dalam lift.Pandangannya kosong menatap lurus ke depan, membuat Ryu khawatir melihat wajah mamanya yang mulai memucat.Sementara Aldara masih sibuk memikirkan Alastair. 'T
Virly mengendap-endap mengikuti Alastair yang baru saja keluar dari lift, sesekali ia akan bersembunyi di balik pot bunga besar agar tidak ketahuan.'Mau ketemu siapa, sih?!' batin Virly.Ia fokus memperhatikan Alastair yang berhenti di depan pintu sebuah kamar, tampak pria itu mengetuk-ngetuk pintu untuk beberapa detik.Hingga akhirnya pintu itu terbuka dan keluarlah seorang wanita cantik yang masih sangat Virly kenali.'A-Aldara ....' detak jantung wanita itu naik sekian kali lipat, tubuhnya terpaku dengan mulut melongo.Tidak percaya kalau Aldara menampakkan diri di hadapannya lagi setelah beberapa tahun ini. Pantas saja Alastair tidak pernah melihatnya, pikir Virly.Kedua tangannya terkepal, ia langsung berbalik badan dan berniat mengadukan semuanya kepada kepada Elle. Namun, karena tidak terlalu melihat sesuatu yang ada di depannya, Virly menabrak petugas hotel dan hal itu sontak saja menarik perhatian Alastair."Virly, tunggu ...!" Alastair mengejar Virly yang berlari hendak mas
"Kamu baik-baik saja, Ra?" tanya Kenneth yang sontak membuat wanita itu tersentak. "Aku baik. Kenapa memangnya?" Aldara balik bertanya. "Tidak apa-apa, soalnya kamu kelihatan lesu begitu. Aku khawatir kalau kamu kenapa-napa," jelas Kenneth. Aldara mengulas senyum tipis. Bagaimana bisa orang lain tahu kegundahannya? Padahal ia sudah mati-matian menyembunyikan semuanya. "Aku hanya lelah. Nggak tahu kenapa tiba-tiba pusing," gumam Aldara dengan suara lirih Kenneth hanya mengangguk, hingga akhirnya langkah mereka tiba di depan kamar. Aldara langsung masuk bersama Ryu, sementara Kenneth membawa langkah ke ujung lorong dan duduk di sebuah sofa panjang yang ada di depan salah satu kamar hotel. Sesekali Kenneth akan menoleh ke arah pintu kamar Aldara, berharap wanita itu tidak keluar, atau semua rencananya akan hancur. Dua puluh menit menunggu, akhirnya pintu kamar hotel terbuka. Kenneth langsung bangkit dari duduk dan netranya langsung beradu pandang dengan Alastair. "Selamat siang,
Alastair terkekeh geli di dalam mobilnya, ia membayangkan pasti saat ini Aldara sangat kesal. Namu, apa pedulinya? Yang ada ia malah semakin senang."Kau bahagia setelah bertemu Aldara?" tanya Raymond."Tentu, Ray. Aku sudah menunggu hari ini dari lama, dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan."Raymond mengulas senyum, tidak lama kemudian waktu itu berhenti di depan sebuah gedung apartemen mewah. Alastair segera turun dan melangkah masuk menuju unitnya.Yeah, pria itu sengaja berbohong saat di lift tadi untuk mengetes reaksi Aldara. Dan terbuka kalau Aldara masih ada sedikit rasa cemburu, sehingga hal itu juga yang membuat Alastair berani mengirimkan uang.Alastair mendudukkan diri di sofa, ia mengeluarkan ponselnya yang ada di dalam saku jas dan mendapati sebuah pesan dari warganya yang berprofesi sebagai dokter.[Hasil tes DNA nya sudah keluar, Al. Kau bisa mengambilnya nanti.]Pesan itu mengundang senyum lebar di bibir Alastair, tanpa berlama-lama lagi ia segera mandi dan me
Alastair melihat Aldara yang tergelatak gelisah di atas ranjang tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya, bibir tipis itu meracau tidak jelas. Sementara Kenneth berdiri di samping ranjang dengan bertelanjang dada."P-Pak Alastair," gumam Kenneth dengan suara gugup.Tanpa menyahut, Alastair langsung menghampiri Kenneth dan mendaratkan satu bogeman mentah di wajah itu."Aaargh ...!" teriak Kenneth saat tubuhnya limbung ke lantai.Kenneth memegangi pipinya yang terasa sakit, matanya membelalak saat mendapati darah segar mengalir dari hidungnya."Kau sudah berani menyentuh Aldara, hah?! Dapat keberanian dari mana!"BUGH!BUGH!Alastair menendang tepat di ulu hati Kenneth, membuat pria itu memuntahkan seteguk darah yang langsung membasahi badan dan lantai kamar hotel ini."A-Ampun," bisik Kenneth.Namun, Alastair masih belum puas. Ia mengambil posisi jongkok dan menarik rambut Kenneth dengan kuat, tanpa peduli teriakan kesakitan dari Kenneth."Pria lemah sepertimu sok menjadi peli
Aldara mengerjapkan mata dan mendapati ia sendirian di kamar hotel ini. Pikirannya terbawa pada kejadian lima tahun silam saat dirinya terbangun sendirian di kamar Rose Hotel setelah dicampakkan Alastair. "Ke mana Alastair? Apa dia langsung pergi setelah semalam?" gumam Aldara. Aldara tidak mau terlalu lama berpikir, ada Ryu yang butuh dirinya di kamar sebelah. Wanita itu segera bangkit dan menuju kamar mandi, ia membersihkan tubuh sambil mengingat-ingat lagi kejadian semalam. Kejadian yang membuatnya hampir trauma untuk kedua kalinya. "Aku tidak menyangka Kenneth bisa melakukan hal itu. Dan aku lebih tidak menyangka ... Alastair memang benar-benar berubah. Tidak seperti dulu lagi," gumam Aldara. Kedua tangannya menggosok-gosok kulit tubuhnya. Meraba setiap lekuk tubuhnya yang semalam kembali disentuh Alastair. Sungguh! Ada sesuatu yang kembali bangkit di hatinya, perlahan mengalahkan trauma yang selama ini menyiksanya. Namun, dengan cepat Aldara menepis perasaan itu. Ia sudah b
"Maaf kalau aku lancang, Ra. Aku mengambil dua helai rambut Ryu dan melihat kecocokannya dengan DNA ku. Aku terpaksa melakukannya demi kebenaran yang terus kamu sembunyikan," kata Alastair.Aldara tidak bergeming, ia masih sangat syok saat rahasia terbongkar."Aku membawanya ke rumah sakit dan sore tadi mengambilnya." Alastair menjeda ucapannya barang sesaat. "Dan ... setelah memastikan kamu tidur tadi, aku kembali ke mobil untuk membuka amplop ini."Terdengar helaan napas kasar dari Alastair, seiring dengan senyum manis yang terukir tipis di bibirnya."Kamu tahu? Aku bahagia sekali saat tahu Ryu adalah putraku. Kecurigaanku selama ini terbukti, Ra. Awalnya aku memang sudah menduga karena Ryu sangat mirip aku di masa kecil," ucap Alastair.Aldara hanya mampu menggeleng, mulutnya terkunci rapat saat menyadari dirinya tidak bisa lagi mengelak.Semua yang dikatakan Alastair adalah kebenaran, ia harus mengakui kalau Alastair tetaplah pria pintar dengan segala kelicikannya."Setelahnya aku