Alastair terkekeh geli di dalam mobilnya, ia membayangkan pasti saat ini Aldara sangat kesal. Namu, apa pedulinya? Yang ada ia malah semakin senang."Kau bahagia setelah bertemu Aldara?" tanya Raymond."Tentu, Ray. Aku sudah menunggu hari ini dari lama, dan aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan."Raymond mengulas senyum, tidak lama kemudian waktu itu berhenti di depan sebuah gedung apartemen mewah. Alastair segera turun dan melangkah masuk menuju unitnya.Yeah, pria itu sengaja berbohong saat di lift tadi untuk mengetes reaksi Aldara. Dan terbuka kalau Aldara masih ada sedikit rasa cemburu, sehingga hal itu juga yang membuat Alastair berani mengirimkan uang.Alastair mendudukkan diri di sofa, ia mengeluarkan ponselnya yang ada di dalam saku jas dan mendapati sebuah pesan dari warganya yang berprofesi sebagai dokter.[Hasil tes DNA nya sudah keluar, Al. Kau bisa mengambilnya nanti.]Pesan itu mengundang senyum lebar di bibir Alastair, tanpa berlama-lama lagi ia segera mandi dan me
Alastair melihat Aldara yang tergelatak gelisah di atas ranjang tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya, bibir tipis itu meracau tidak jelas. Sementara Kenneth berdiri di samping ranjang dengan bertelanjang dada."P-Pak Alastair," gumam Kenneth dengan suara gugup.Tanpa menyahut, Alastair langsung menghampiri Kenneth dan mendaratkan satu bogeman mentah di wajah itu."Aaargh ...!" teriak Kenneth saat tubuhnya limbung ke lantai.Kenneth memegangi pipinya yang terasa sakit, matanya membelalak saat mendapati darah segar mengalir dari hidungnya."Kau sudah berani menyentuh Aldara, hah?! Dapat keberanian dari mana!"BUGH!BUGH!Alastair menendang tepat di ulu hati Kenneth, membuat pria itu memuntahkan seteguk darah yang langsung membasahi badan dan lantai kamar hotel ini."A-Ampun," bisik Kenneth.Namun, Alastair masih belum puas. Ia mengambil posisi jongkok dan menarik rambut Kenneth dengan kuat, tanpa peduli teriakan kesakitan dari Kenneth."Pria lemah sepertimu sok menjadi peli
Aldara mengerjapkan mata dan mendapati ia sendirian di kamar hotel ini. Pikirannya terbawa pada kejadian lima tahun silam saat dirinya terbangun sendirian di kamar Rose Hotel setelah dicampakkan Alastair. "Ke mana Alastair? Apa dia langsung pergi setelah semalam?" gumam Aldara. Aldara tidak mau terlalu lama berpikir, ada Ryu yang butuh dirinya di kamar sebelah. Wanita itu segera bangkit dan menuju kamar mandi, ia membersihkan tubuh sambil mengingat-ingat lagi kejadian semalam. Kejadian yang membuatnya hampir trauma untuk kedua kalinya. "Aku tidak menyangka Kenneth bisa melakukan hal itu. Dan aku lebih tidak menyangka ... Alastair memang benar-benar berubah. Tidak seperti dulu lagi," gumam Aldara. Kedua tangannya menggosok-gosok kulit tubuhnya. Meraba setiap lekuk tubuhnya yang semalam kembali disentuh Alastair. Sungguh! Ada sesuatu yang kembali bangkit di hatinya, perlahan mengalahkan trauma yang selama ini menyiksanya. Namun, dengan cepat Aldara menepis perasaan itu. Ia sudah b
"Maaf kalau aku lancang, Ra. Aku mengambil dua helai rambut Ryu dan melihat kecocokannya dengan DNA ku. Aku terpaksa melakukannya demi kebenaran yang terus kamu sembunyikan," kata Alastair.Aldara tidak bergeming, ia masih sangat syok saat rahasia terbongkar."Aku membawanya ke rumah sakit dan sore tadi mengambilnya." Alastair menjeda ucapannya barang sesaat. "Dan ... setelah memastikan kamu tidur tadi, aku kembali ke mobil untuk membuka amplop ini."Terdengar helaan napas kasar dari Alastair, seiring dengan senyum manis yang terukir tipis di bibirnya."Kamu tahu? Aku bahagia sekali saat tahu Ryu adalah putraku. Kecurigaanku selama ini terbukti, Ra. Awalnya aku memang sudah menduga karena Ryu sangat mirip aku di masa kecil," ucap Alastair.Aldara hanya mampu menggeleng, mulutnya terkunci rapat saat menyadari dirinya tidak bisa lagi mengelak.Semua yang dikatakan Alastair adalah kebenaran, ia harus mengakui kalau Alastair tetaplah pria pintar dengan segala kelicikannya."Setelahnya aku
"Tinggallah di sini, Ra. Aku akan menjaga kalian," kata Alastair.Aldara melirik ke arah Ryu yang tengah fokus membaca buku sambil duduk di sofa yang ada di balkon. Setelah beberapa saat lalu mengakhiri temu kangennya dengan Alastair, anak laki-laki itu sudah bisa lebih tenang."Aku tidak yakin Ryu bisa nyaman di sini, Al. Sekolahnya juga ada di desa, semua teman-temannya ada di desa." Alastair terdiam. Meskipun ingin sekali memaksa, tetapi Alastair tidak melakukannya. Ia takut Aldara tidak nyaman."Baiklah, kamu boleh tinggal di desa sementara waktu. Nanti aku akan berkunjung satu Minggu sekali," ucap Alastair yang membuat Aldara mengangguk."Kalau ada apa-apa langsung telepon aku, Ra."Aldara terkekeh seraya menggeleng-gelengkan kepala, membuat Alastair mengernyit bingung atas respon wanita itu.Apa ada yang lucu? Bukankah dia hanya ingin perhatian?"Ada yang salah?" tanya Alastair.Wanita itu menggeleng. "Tidak. Hanya saja ... kau ini lucu sekali. Aku sudah biasa hidup sendiri. Ti
"Aaargh ...." Kenneth berteriak saat tubuhnya didorong masuk ke dalam penjara oleh petugas kepolisian. "Anda akan menunggu di sini sampai ada panggilan untuk persidangan, Pak. Tolong jaga sikap!" kata petugas polisi. Kenneth tidak menyahut, pria itu terdiam dan hanya mampu menatap kosong ke depan. Tubuhnya sudah mendapat tenaga setelah menerima cairan infus, tetapi tetap saja ia tidak bisa melawan. Padahal Kenneth ingin sekali menghubungi Ayahnya dan meminta untuk membebaskannya dari sini. "Hey! Jangan berdiri saja di situ. Kau menghalangi pandanganku, tahu tidak?!" sentak seorang pria bertubuh kurus. Kenneth menoleh, tatapannya beradu dengan tatapan suram pria yang entah siapa namanya itu. Dengan langkah gontai Kenneth mendudukkan diri di lantai, ia memilih diam dari pada mencari masalah. Bisa berbahaya kalau pria itu terganggu dan malah memukulnya. "Siapa namamu?" tanya pria gondrong itu. Cekungan mata dan lingkaran di sekitar mata membuat wajah bengisnya terlihat leb
Kediaman Wilson | Ruang Kerja Anthony."Apa? Kau punya anak bersama Aldara?" tanya pria paruh baya itu setelah Alastair menjelaskan semua kisah yang terpendam selama lima tahun ini.Alastair mengangguk, kepalanya masih menunduk dan tidak kuasa menatap wajah papanya. "Kau harus tetap bertanggung jawab, Al," kata Anthony yang sontak membuat Alastair mengangkat kepala."Papa setuju aku bersama Aldara?"Alastair tidak mampu menyembunyikan keterkejutannya, senang bercampur deg-degan yang menjadi satu di dalam dada."Laki-laki sejati adalah ia yang bisa bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Kau tidak boleh membiarkan Aldara menderita lagi bersama putra kalian," jelas Anthony "Tapi Aldara menolak saat aku mengajaknya tinggal di kota, Pa. Dia tetap memilih di desa."Anthony mengangguk. "Papa sudah pernah melihat Aldara, Al. Dia sepertinya wanita yang teguh pendirian dan tidak bisa disetir. Kau harus bisa meluluhkan nya. Walaupun akan sulit kalau mengingat penderita yang dialami
Siang ini Elle memacu sendiri mobilnya mengikuti rute lokasi yang dikirimkan oleh anak buahnya. Beberapa saat lalu anak buahnya mengatakan kalau Alastair sudah pergi ke Perusahaan Adiwijaya. Jadi, wanita paruh baya itu berpikir mungkin ini bisa menjadi kesempatannya untuk membuat perhitungan pada Aldara.Tidak lama kemudian Elle sudah menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah kediaman Aldara, ia segera turun dan membawa langkah menapaki pelataran yang tidak seberapa luas itu.TOK! TOK! TOK!CEKLEK! Pintu terbuka.Deg! Tubuh Aldara menegang saat kedua netranya beradu tatap dengan Elle."I-Ibu Elle?" gumamnya.Bibir merah itu mengupas senyum. "Kau tidak mengajakku masuk? Dara?" tanyanya, sambil menekan di setiap kalimatnya.Hening! Aldara tidak langsung menyahut.Ia bingung harus bagaimana sekarang? Bukannya mau bertindak tidak sopan dan membiarkan tamunya berdiri di luar, tetapi Aldara takut kalau Elle bertindak jahat padanya.Apalagi di rumah ini juga ada Ryu."Kita sudah lama tid
Alastair terkejut Bukan main saat membaca pesan dari papanya, pria itu tidak menyangka sang papa mengambil keputusan setegas itu.[Papa masih ada hati untuk tidak memenjarakan mamamu, Al. Ini sudah keputusan yang terbaik, setelah ini papa akan pulang ke Indonesia dan melanjutkan hidup sendiri. Semoga kamu bahagia, ya, di sana.] tulis Anthony yang semakin napas Alastair tercekat.Dia memang sudah mengatakan akan menatap di Jerman setelah menikahi Aldara. Anthony tidak masalah, malah mendukung keputusannya. "Ada apa, Al?" tanya Aldara yang sontak membuat tubuh pria tampan itu berbalik. "Sudah lima belas menit kamu diam saja di balkon, memangnya nggak dingin?"Alastair mengulas senyum, tangannya memasukkan ponsel ke dalam saku sambil merangkul bahu istrinya. "Tidak, pemandangan di sini indah sekali, Ra. Aku nggak sadar sudah berdiri cukup lama. Maaf, ya," kata Alastair.Dia belum sanggup untuk mengatakan apa yang sudah terjadi selama satu malam ini, takut moment malam pertama mereka ak
Mobil Anthony sudah berhenti di depan hotel, ia lekas masuk dan Elle mengikutinya dari belakang. Sampai di dalam kamar, Anthony langsung mengunci pintu dan meminta istrinya untuk duduk di sofa. "Ada apa, Pa? Katanya tadi mau foto sama Alastair dan Aldara? Kok malah ngajak balik ke hotel?" Pria paruh baya itu tidak menyahut, tangannya mengambil sebuah map yang ada di dalam koper. Kemudian melemparkannya ke depan Elle. "Tandatangani surat itu," katanya. "Apa ini, Pa?" tanya Elle sambil tangannya membuka map tersebut. Kedua matanya membelalak lebar dengan mulut menganga. "Akta cerai?" gumamnya dengan jantung berdegup kencang. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepala, netranya terus membaca deret huruf yang ada di sana. Terdapat namanya dan nama sang suami. Kapan suaminya mengurus ini semua? Kenapa dia tidak tahu? "Kamu sudah nggak nurut sama aku, Ma. Aku nggak bisa mempertahankan hubungan yang seperti ini. Aku merasa tidak dihormati sebagai laki-laki, lebih baik kita berpi
"Aaargh ...!" Virly berteriak histeris saat melihat Megan ditembak tepat di jantung. Tubuhnya menggigil tak tertahan, keringat dingin semakin mengucur deras dari pelipisnya.Ia tidak bisa kabur, tidak ada celah untuk keluar dari ruang bawah tanah ini. Niatnya menghabisi Aldara, malah nasibnya yang akan berakhir mengenaskan di sini.Virly semakin gemetar saat bodyguard perempuan berjalan ke arahnya. Tubuhnya digelandang ke tempat di mana Megan dieksekusi lagi, bibirnya terus memohon untuk dilepaskan, tetapi Alastair seolah menutup telinganya. "Kita pernah tunggu bersama, Al. Kita satu kakek dan aku ini saudaramu. Kamu tega padaku? Kamu tega Mommy Sarah kehilangan anaknya dengan cara mengerikan ini?" ruang Virly dengan wajah berderai air mata. "Aku tidak akan begini kalau kau tidak memulainya. Apa kau lupa telah berbuat jahat kepada Aldara? Maka nikmati saja karmamu," jawab Alastair.Wanita itu menggeleng, sorot matanya terus memohon. Namun, bodyguard-bodyguard perempuan itu telah me
"Alastair," gumam Virly, seringai senyum tercetak jelas di sudut bibirnya. "Wanita ini menghalangiku bertemu Ryu. Padahal aku hanya ingin menyapa keponakanku."Tidak ada sahutan dari Alastair, pria itu hanya melirik ke arah Anetha dengan tatapan datar."Mampus kau," bisik Megan tepat di samping telinga Anetha.Anetha enggan menanggapi, hingga Alastair tiba di tengah-tengah mereka."Kalian berdua, ayo ikut aku," kata Alastair kepada Virly dan Megan.Pria itu kembali membawa langkah panjang menuju luar gedung, membuat Virly dan Megan terpaksa mengikuti."Kita mau diajak ke mana?" tanya Virly saat Alastair hendak masuk ke dalam mobil."Tidak usah banyak tanya, lebih baik ikut saja."Kedua wanita itu saling berpandangan, tetapi tetap mengikuti Alastair yang sudah masuk ke dalam mobil. Kendaraan mewah itu membawa mereka ke kediaman Alastair, di sana meraka disambut oleh Ernest yang berdiri di tengah pintu.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Alastair langsung keluar dan berjalan masuk. Lagi
"Kenapa, sih, anak itu nempel-nempel terus sama orang tuanya?" ucap Virly."Iya, kita jadi nggak bisa menjalankan rencana. Harusnya 'kan dia main sama temen-temennya yang lain," sahut Megan."Sudah nggak usah berdebat, nanti akan ada saatnya kita beraksi," timpal Elle. "Kalau tidak Ryu, kita bisa membawa Aldara. Toh Alastair sudah mengira mama baik, pasti dia nggak akan curiga kalau istrinya mama ajak pergi sebentar."Virly menghela napas kasar. "Gitu saja terus, ma. Tapi nggak pernah berhasil. Nyatanya Aldara tetap bisa bebas dan kembali sama Alastair, nanti kita juga yang kena imbas."Elle memelototkan matanya, membuat Virly menghela napas kasar. Ia sudah lelah dengan rencana Elle yang tidak pernah berhasil, tetapi ia juga tidak mungkin mau menolak.Sementara Megan sibuk berperang dengan pikirannya sendiri. Kalau Aldara dibunuh, lalu Alastair untuk siapa? Sudah jelas ia akan kembali saingan dengan Virly. Namun, kalau tidak bekerjasama juga ia tidak sanggup sendirian.'Jalanku untuk
Di gerbang sebelah selatan, seorang anak laki-laki sedang menunggu kedatangan temannya. Akira, gadis kecil berusia sepantaran Ryu.Meskipun ia terlihat dingin dan terkesan angkuh, tetapi nyatanya ia selalu merindukan Akira. Bukan rindu layaknya kepada teman sepermainan, tetapi kerinduan lain yang membuat Ryu resah dan selalu terbayang wajah gadis kecil itu.'Kok nggak sampai-sampai? Padahal papa sudah mengundang. Masa nggak tahu gedungnya?' batin Ryu yang semakin resah.Ryu tidak punya banyak teman akrab di sini, wajar saja ia merindukan Akira. Setiap hari membayangkan Akira, membuat anak laki-laki itu terobsesi dengan temannya.Hingga sebuah suara bariton memecah lamunan Ryu, kepalanya menoleh dan mendapati dua orang laki-laki asing sedang berbincang dari balik pot besar tempatnya bersandar.'Pakai Bahasa Indonesia? Apa mereka temannya mama?' batin Ryu sambil memperhatikan dua pria itu.Ia hendak mendekat dan ingin menyapa, tetapi urung saat mendengar satu pria itu berkata, "kita ngg
Aldara berdandan sangat cantik untuk acara malam ini. Tubuh mungilnya dibalut gaun bertabur swarovski, tampak megah dan sangat mempesona."Cantik," bisik Alastair sambil memeluk tubuh Aldara dari belakang.Pria itu mekanika kecupan pada pundak Aldara yang terekspose, membuat wanita itu terkekeh karena merasa geli."Aku sudah siap untuk malam ini, Al. Ryu sudah ku pakaian kalungnya, begitu juga denganku. Tapi mau seperti apapun, aku berharap semuanya baik-baik saja," bisik Aldara.Siapa yang menyangka di dalam kalung berlian itu terdapat alat GPS yang berukuran sebagai kecil? Hal itu disiapkan Alastair untuk melindungi keluarganya."Ayo kita turun, kita harus tampil mesra agar orang-orang iri itu semakin panas."Wanita cantik dengan rambut digerai itu mengangguk, ia terus mempertahankan senyuman selama langkahnya menuju ballroom.Alastair tampak memegang earphone, terdengar Ernest mengatakan Megan baru saja datang diikuti oleh Virly dan satu pria asing. Berarti Rangga akan menyelinap s
Megan dan Rangga baru saja tiba di bandara pagi ini, mereka sengaja datang terlambat agar Alastair tidak curiga. Keduanya akan menjalankan misi nanti malam, sementara Elle bersama suaminya sudah sampai di gedung lebih dulu."Kita akan ke hotel yang tidak jauh dari gedungnya. Saat nanti malam aku datang ke pesta, kau harus menyelinap ke dalam gedung dan menjalankan rencana. Pokoknya aku mau semua berjalan lancar," kata Megan.Ia dan Rangga mengendarai mobil, sesekali wanita itu akan berinteraksi dengan Elle tentang situasi di gedung pernikahan."Baik, Bu.""Nanti ada Juan yang akan membantu, jadi kau tidak perlu khawatir."Rangga mengangguk patuh, pria itu fokus melihat jam tangan seakan menunggu waktunya eksekusi.Sementara di gedung pernikahan, Alastair dan Aldara baru saja selesai akad. Dua pengantin itu duduk di atas pelaminan dengan raut bahagia, ada Ryu juga yang duduk di sana ditemani oleh Anetha.Alastair tampak beberapakali membenarkan letak earphone, pria itu memantau kabar d
Hari ini Aldara sudah diperbolehkan pulang, semua orang menyambut bahagia, terutama Ryu. Anak laki-laki itu terus di samping mamanya tidak mau berpisah sama sekali.Sementara Alastair langsung menuju gudang bawah tanah bersama Ernest, di sana seorang pria tengah duduk di kursi dengan kedua tangan terikat ke belakang."Tuan," bisik Juan dengan wajah memelas. "Maafkan saya, Tuan. Saya menyesal.Alastair tersenyum smirk. Ia sudah lama tidak berurusan dengan darah, melihat Juan seperti ini membuat jiwanya kembali bergejolak."Aku tidak mengenal kata maaf," desis Alastair seraya mendudukkan dirinya di kursi lai. "Dibayar berapa kau sama Megan?" tanyanya lagi.Juan langsung menyebutkan sebuah nominal, Alastair mengakui itu sangat fantastis. Pantas saja Juan mau jadi penyusup, bayarannya saja dua kali dari gaji yang diberikan Alastair."Lalu kenapa kau langsung mengaku? Bukankah seharusnya kau melindungi nama Megan?" tanya Alastair."Saya khilaf saat itu, Tuan. Saya buta karena uang dan tida