"Bu-Bunuh?" gumam Elle dengan suara lirih.Tubuh paruh baya itu mendadak lemas, punggungnya bersandar pada sandaran kursi dan hanya bisa melongo menatap ke depan."Mama tidak usah khawatir, anak buahku sudah membereskan semuanya. Sekarang ... lebih mama pulang dan duduk manis di mansion, atau ....""Atau apa Alastair?" tanya Elle dengan kedua mata menyorot tajam."Atau aku akan mengatakan semua ini kepada papa."DEG! Elle semakin terkejut mendengar semuanya.Tidak mungkin ia membiarkan suaminya tahu, bisa habis ia ditangan pria yang dicintainya itu.Elle menunduk dan meremas kedua tangannya, wanita paruh baya itu tidak dapat melakukan apa-apa selain pasrah.Sementara di kediamannya, Aldara baru saja membuka pintu kamar Ryu dan menjelaskan tentang Elle yang baru saja berkunjung."Jadi, nenek itu jahat?" tanya Ryu dengan raut polos."Bukan jahat, tapi hanya salah jalan. Tugas kamu adalah menghindar saat bertemu dengannya, Ryu. Jangan pernah mau didekati nenek itu," bisik Aldara.Aldara
Aldara masih menggenggam erat ponselnya, hingga sebuah mobil mewah memasukinya pelataran rumahnya. Anetha keluar dari kendaraan beroda empat itu, senyumnya merekah manis yang juga turut mengundang senyuman di bibir Ryu."Kak, apa kabar?" tanya Anetha sambil memeluk tubuh Aldara."Baik, Tha. Kamu sendirian?""Iya, Kak." Anetha mengelus lembut rambut Ryu. "Kalian tapi sekali, mau ke mana memangnya?" "Tadi kamu mau keluar, Tha. Ada janji dengan seseorang. Tapi tidak jadi," sahut Aldara sambil mengulas senyum.Jangan sampai Anetha tahu kekesalannya, pikir Aldara."Oh, begitu. Bagaimana kala7 sekarang kakak sama Ryu ikut aku ke ibukota. Aku mau mengunjungi Ernest sekalian melihat gedung yang akan digunakan untuk acara pernikahan kami nanti," kata Anetha.Aldara menoleh ke arah Ryu yang tampak senang, wanita itu pun akhirnya mengangguk. Hitung-hitung menyenangkan Ryu agar tidak kecewa karena sudah berdandan rapi dari pagi tadi.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan lama, mobil milik An
Aldara melenggang pergi sambil menggandeng tangan Ryu, wanita itu tidak menghiraukan Alastair dan langsung mendekati Anetha yang baru saja kembali dari kamar mandi."Ada apa, kak?" tanya Anetha yang melihat wajah tidak bersahabat calon kakak sepupunya itu."Tidak ada apa-apa. Ayo kita pergi saja, pindah mall."Aldara langsung menggandeng tangan Anetha tanpa memberi kesempatan gadis itu untuk menjawab, tetapi belum sempat kakinya melangkah jauh, Alastair menghadang tepat di hadapan Aldara sehingga membuat wanita berhenti.Anetha mengerutkan kening seolah memperhatikan detail wajah Alastair. Ia pernah bertemu di salah satu acara seminar, ia juga ingat Alastair adalah atasannya Ernest.Namun, untuk apa Alastair menghadang langkah mereka? Terlebih pria itu terus menatap lurus ke arah Aldara."Dengarkan aku, Dara. Kamu harus tahu kalau aku dan Mengan hanya berteman, tidak ada hubungan lebih. Dia ... Megan, tidak mungkin meminta tolong Raymond karena jam segini Raymond sibuk di kantor. Seme
Malam ini Megan tengah duduk sendirian di sebuah club mewah pusat kota. Di depannya ada banyak botol minuman mahal kelas atas dan beberapa snack yang menemaninya.Hingga beberapa saat kemudian, ia merasakan ada seseorang yang menepuk bahunya. Sontak saja wanita cantik itu mendongakkan kepala."Megan Aurella, model cantik dengan karir cemerlang, tapi duduk sendirian di club malam-malam?" Sapa sosok tersebut dengan kekehan kecil."Aku nungguin kamu, Xan," kata Megan."Wow, benarkah? Kalau begitu berarti suatu kehormatan bagiku bahwa kedatanganku di nantikan olehmu."Agatha mendengkus lirih."Jangan banyak ngomong, deh!" sergahnya.Lelaki itu tergelak dan langsung mendudukkan dirinya di samping megan.Xander Christensen, seorang pria tampan dengan tubuh atletis yang merupakan anggota keluarga Christ Group. Ia adalah sepupunya Raymond. Pria yang mempunyai tato ular di punggung tangan kirinya itu juga teman dekat Megan di dunia gemerlap.Malam ini, model cantik itu mengajaknya bertemu kar
Keesokan harinya.Alastair benar-benar mengirimkan bodyguardnya untuk mengantarkan Aldara dan Anetha pulanh ke desa.Hari ini adalah akhir pekan, biasanya jalanan akan macet oleh kendaraan yang lalu lalang. Beberapa kali Aldara menghela napas kasar, dirinya ingin sekali segera tiba di rumah. Kasihan juga Ryu yang sudah terlihat lelah, belum lagi besok harus masuk sekolah."Lewat jalan pintas saja, Pak!" perintah Aldara pada bodyguard bernama Sam itu."Tidak lewat tol, Nona?" tanya pria bertubuh gempal tersebut."Tidak usah, nanti takutnya macet. Sekali-kali aku pengen lewat jalan biasa," sahut Aldara yang juga diangguki oleh Anetha."Baik kalau begitu, Nona," kata Sam.Aldara mengangguk seiring dengan mobil yang mulai melaju membawanya meninggalkan kompleks perumahan Ernest. Suasana pagi ini sangat menyegarkan mata cantik itu, manik beningnya terus memandang ke luar jendelaAldara bisa melihat banyak anak bermain sepeda dan orang-orang yang menikmati suasana adem lantaran baru saja tu
Mobil mewah itu sampai di kediaman Aldara pada pukul sepuluh pagi, mereka langsung keluar dan masuk ke dalam bangunan sesegera itu.Aldara segera mengantarkan putranya ke kamar, anak laki-laki itu butuh istirahat setelah menyaksikan kejadian mengerikan saat di jalan tadi.Setelahnya Aldara kembali ke ruang tamu untuk menemui Anetha yang duduk di sofa sambil menikmati segelas es teh."Mereka tadi siapa, Tha? Apa musuhnya Alastair? Kita 'kan pakai mobilnya Alastair, bisa saja mereka mengira yang di dalam mobil juga ada Alastair. Makanya mereka menghadang kita," kata Aldara.Anetha tidak langsung menjawab, melainkan memiliki dulu jawaban yang tepat. Pasalnya gadis itu tahu orang-orang tadi memang bertugas mencelakai Aldara, dan Anetha tidak mau Aldara kepikiran."Soalnya Alastair kemarin sempat minta aku untuk hati-hati. Aku bingung, apa maksudnya? Tapi hari ini aku tahu," ujar Aldara dengan suara lirih."Sudah lah, kak. Mereka tidak akan berani macam-macam. Kakak jangan mikir macam-maca
Pagi ini Aldara melakukan kegiatan seperti biasanya. Ia mengantar Ryu sekolah dan kembali menyibukkan diri di toko, hingga datanglah sebuah mobil mewah yang tidak lain adalah milik Alastair."Ngapain dia datang ke toko?" gumam Aldara.Wanita itu berjalan mendekat ke arah Alastair, tetapi langkah kakinya sontak terhenti saat mendapati seorang wanita turun dari mobil mewah itu.Aldara mengerutkan kening, bukankah itu wanita yang kemarin cek-cok dengannya saat di toko tas?"Dara, kami datang ke sini untuk menemuimu. Apa kamu ada waktu senggang?" tanya Alastair.Aldara hanya mengangguk singkat, meskipun tatapan matanya tidak beralih dari Megan.Sama halnya dengan Megan yang terus menatap sinis pada Aldara, layaknya singa yang ingin menerkam mangsanya."Eum ... bisa kita bicara sekarang, Dara?" tanya Alastair, berusaha menarik perhatian Aldara.Aldara menoleh ke arah Alastair, wanita itu kembali mengangguk dan kemudian berkata, "aku hanya mau bicara sama kamu. Tapi tidak dengan wanita ini.
Aldara masih ke ruang rawat VIP yang sebelumnya sudah diberitahukan Ernest, ia mendapati Alastair terbaring di ranjang dengan selang infus yang menancap di punggung tangannya."Kamu datang, Ra?" tanya pria itu dengan suara lemah.Sejujurnya Aldara tidak tega melihat Alastair seperti ini, tetapi ia tetap menyembunyikannya agar Alastair tidak mengira kalau ia masih mencintai."Aku dipanggil Ernest, jadi aku datang." Aldara berdiri tepat di samping ranjang."Ryu tidak ikut?" Alastair menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan. "Aku kangen anak itu."Aldara tertawa sumbang mendengarnya. "Ryu nggak kangen kamu, jadi jangan terlalu percaya diri. Lagi pula ... aku juga nggak mau datang ke sini kalau tadi nggak dipaksa Ernest."Alastair tidak sakit hati saat mendengar kata-kata tersebut, ia tahu Aldara menanggung banyak kekecewaan.."Boleh minta tolong?" bisik Alastair, otaknya mulai mengatur banyak rencana."Boleh. Mau minta tolong apa?" tanya Aldara, masih dengan tatapan datarnya."Tolong e