Ernest dan Anetha mengajak Ryu keluar, mereka membiarkan Aldara bersama Alastair di ruang rawat ini.Namun, dua insan itu tetap diam dan menikmati keheningan sampai entah berapa lama jarum jam berputar. Alastair tidak tahan, tetapi Aldara terus memalingkan wajah darinya.Alastair merasa ini adalah titik terlemahnya. Ia yang biasanya kuat, kini rela memohon demi cintanya tidak meninggalkannya."Maaf atas kesalahan mamaku, Ra," ucap Alastair. "Mungkin kamu sudah muak dengan semua ini, aku juga tahu kalau kamu lelah. Tapi satu kali lagi ... bertahanlah. Aku akan membawamu dan Ryu ke luar negeri. Kita akan hidup di sana, aku bisa menjamin kalau kita akan aman," jelas pria itu panjang lebar.Tidak ada sahutan dari Aldara, tetapi tanpa siapapun tahu wanita itu menitikkan air matanya.Ia sudah menaruh cintanya, siapa yang tidak ingin berjuang dengan seseorang yang dicintai? Siapa yang menolak saat diperjuangkan?Namun, Aldara tahu bahwa ada marabahaya besar di depan sana yang akan selalu men
Alastair kembali ke kamarnya dengan membawa perasaan kesal. Ia sudah mempertaruhkan harga dirinya, tetapi bukannya Aldara sadar malah wanita itu semakin menyebalkan."Kapan Aldara bisa pulang?" tanya Alastair kepada Ernest.Asisten pribadinya itu sengaja ia panggil, karena tidak ada siapapun yang bisa ia andalkan selain Ernest."Sepertinya lusa, Pak. Tadi dokter mengatakan kondisi Aldara semakin membaik," jawab Ernest.Alastair mangut-mangut. "Bereskan semua barang-barang Aldara dan Ryu rumah. Aku akan membawa mereka ke luar negeri."Ernest jelas saja terkejut. Meskipun Alastair adalah bosnya, tetapi Aldara adalah sepupunya. Memastikan keselamatan Aldara adalah tanggung jawabnya."Kau tidak usah khawatir, Ernest," ujar Alastair saat menangkap raut terkejut pada wajah Ernest. "Aku akan menguras mereka selamat di sana," imbuhnya sambil menatap kosong ke arah depan.Alastair menarik napas, kemudian menghembuskannya kasar. Pria itu lantas berkata, "kau tahu sendiri mamaku sudah sangat kel
"B-Bagaimana bisa?!" Alastair panik, ia khawatir kesehatan mamanya terganggu.Akhir-akhir ini Elle tidak terlalu sehat. Wanita paruh baya itu menderita asam lambung kronis yang mengharuskan untuk banyak beristirahat dan tidak boleh memikirkan sesuatu yang berat."Setelah sarapan tadi papa mau ambil berkas di kamar, dan saat itu papa menemukan mama pingsan di dalam kamar, Al. Sekarang papa dalam perjalanan ke rumah sakit. Ernest masih di sana 'kan? Tolong minta dia pesankan kamar, Al," jelas Anthony."Baik, Pa. Hati-hati di jalan."TUT! Sambungan telepon terputus.Alastair langsung mengirim pesan kepada Ernest agar segera memesankan kamar, kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya kepada Ryu."Ryu, kamu mau di sini saja?" tanya Alastair yang sontak diangguki oleh Ryu."Baiklah. Paman akan keluar sebentar untuk melihat mamanya paman. Tadi papanya paman menelepon, mereka akan segera tiba di sini," jelas Alastair dengan lembut."Mamanya paman?"Alastair kembali mengangguk. "Iya. Kamu b
Alastair mengikuti Elle yang dipindahkan ke ruang rawat, wanita paruh baya itu sudah membaik setelah diberikan penanganan di UGD.Sementara Anetha sudah memisahkannya diri dan memilih mencari ruangan Aldara. Seolah takdir berpihak padanya, Aldara tengah menaiki kursi roda yang didorong oleh perawat melewati lorong menuju laboratorium. Di belakangnya berjalan dua orang pria berbadan besar, pakaian serba hitam menegaskan kalau mereka adalah bodyguard khusus yang ditugaskan untuk menjaga Aldara.Dari pin yang dipasang pada baju bodyguard tersebut, Megan bisa langsung tahu kalau bodyguard itu adalah suruhan Alastair.'Ah, pasti mereka takut padaku. Secara aku 'kan teman baiknya Alastair,' batin Megan penuh percaya diri.Kaki jenjangnya melangkah lebar mendekati Aldara, seringai senyum pada bibir merah itu terus tersungging seakan tengah menantang."Halo, Dara. Selamat pagi? Bagaimana kabarmu?" tanya Megan, penuh angkuh.Aldara menatap datar ke arah Megan, ia tidak berniat menimpali. Mal
"Wa-Wanitaku? Kau menganggap Aldara sebagai wanitamu? Kau waras, Al?!" sentak Megan.Aldara merasakan telinganya sakit, dengan cepat ia meminta suster untuk segera menuju laboratorium. Tanpa peduli Alastair dan Megan yang masih bertengkar di sana."Kau jangan gila, Al. Bisa saja dia hanya ingin hartamu," bisik Aldara, ekor matanya melirik Aldara yang sudah berlalu. Dengan cepat ia menggamit lengan Alastair, dan kemudian berkata, "dengarkan aku, Al. Aldara bukan perempuan baik-baik. Dia saja punya anak di luar nikah!" "Aku tidak peduli. Yang pasti aku hanya ingin Aldara!" tukas Alastair dan langsung melenggangkan pergi dari hadapan Megan.Kakinya melangkah lebar menuju laboratorium sambil tangannya menekan perut bagian bawah yang terasa nyeri. Ia menghiraukan suara teriakan Megan, malahan Alastair meminta bodyguard nya untuk membawa Megan pergi.Di dalam laboratorium, setelah menjalani pemeriksaan cukup lama, akhirnya Aldara keluar sambil menaiki kursi roda. Aldara memalingkan wajah sa
Sakit yang dirasakan Rangga mendadak hilang, pria itu bergegas turun untuk mengikuti Ernest. Langkah kakinya berjalan pelan, mengendap-endap di antara mobil hingga ia melihat Ernest memasukkan tas-tas itu ke dalam mobil. "Siapa yang dirawat di sini? Apa Aldara?" tanya Rangga.Ernest kembali ke dalam rumah sakit, sementara Rangga memilih berdiam diri di lobi. Pria itu sekuat mungkin menahan rasa nyeri pada ulu hatinya, tetapi tetap tidak mau meminta pertolongan tenaga medis karena takut kehilangan jejak Ernest.Namun, menit demi menit berlalu hingga tanpa terasa satu jam lamanya ia sudah menunggu di parkiran. Rangga sudah habis tiga bungkus roti dan obat maagh untuk menghalau rasa perih di perutnya. Kendati demikian, Ernest tidak kunjung muncul."Ke mana dia? Kenapa lama sekali?!" Rangga sudah mulai kesal, ia merasa penantiannya sia-sia.Rahangnya mengetat dan kedua tangannya terkepal sempurna, wajah garang itu memerah saat merasa penantiannya hanya sia-sia.Rangga hendak beranjak, t
Rangga memutuskan pergi setelah tubuhnya dilemparkan keluar oleh bodyguard. Pria itu pulang ke rumah lamanya dan kembali menyusun rencana. Ia tidak mau gegabah, khawatir Aldara semakin menjauh dan membencinya."Tapi bagaimana? Apa aku harus mengirim hadiah setiap hari? Untuk makan saja aku harus berhemat," gumam Rangga.Pikirannya kalut, keningnya mengerut bingung memikirkan masalah ini. Sungguh, Rangga ingin Aldara kembali padanya. Namun, kenapa Aldara tidak mau?"Aku akan datang ke rumah Ernest setiap hari. Semoga Aldara bisa melihat bagaimana perjuanganku meluluhkannya!" ucap Rangga, penuh keyakinan.Keesokan Harinya | Rumah Sakit.Alastair baru saja selesai membereskan barang-barangnya, ia sengaja melakukan sendiri karena meminta Ernest untuk menjaga Aldara di rumah daripada datang ke rumah sakit.Alastair sudah tahu tentang kedatangan Rangga, hal itu membuatnya geram, khawatir Rangga kembali menyentuh wanitanya."Pak, maaf," ucap salah satu bodyguard yang tiba-tiba membuka pintu
Perjalanan panjang mereka tempuh dengan selamat, tidak ada kendala sampai mereka menginjakkan kaki di negara ini.Negara asing bagi Aldara dan Ryu, tetapi keduanya percaya bahwa Alastair bisa melindungi.Alastair langsung mengajak kedua orang tersayangnya itu ke rumahnya. Bangunan mewah dua lantai bergaya Eropa yang menjadi tempat tinggal keluarga kecil itu."Istirahat dulu, Ryu. Ada maid yang akan membantu kamu," ucap Alastair. "Paman dan mama akan menyusul nanti. Sekarang masih ada sesuatu yang harus kami bahas."Anak laki-laki itu mengangguk. Maid langsung mengajak Ryu ke kamar yang ada di lantai dua.Alastair tersenyum tipis melihat Ryu yang sangat mirip dirinya, benar-benar dirinya versi mungil.Setelahnya ia lantas menghampiri Aldara yang masih duduk di ruang tamu, wanita itu asyik bermain ponsel dan sesekali bibirnya akan mengulas senyum."Serius banget. Lagi ngapain?" tanya Alastair sambil mendudukkan dirinya di sofa."Berbalas pesan sama Ernest dan Anetha di grub," sahut Aldar
Alastair terkejut Bukan main saat membaca pesan dari papanya, pria itu tidak menyangka sang papa mengambil keputusan setegas itu.[Papa masih ada hati untuk tidak memenjarakan mamamu, Al. Ini sudah keputusan yang terbaik, setelah ini papa akan pulang ke Indonesia dan melanjutkan hidup sendiri. Semoga kamu bahagia, ya, di sana.] tulis Anthony yang semakin napas Alastair tercekat.Dia memang sudah mengatakan akan menatap di Jerman setelah menikahi Aldara. Anthony tidak masalah, malah mendukung keputusannya. "Ada apa, Al?" tanya Aldara yang sontak membuat tubuh pria tampan itu berbalik. "Sudah lima belas menit kamu diam saja di balkon, memangnya nggak dingin?"Alastair mengulas senyum, tangannya memasukkan ponsel ke dalam saku sambil merangkul bahu istrinya. "Tidak, pemandangan di sini indah sekali, Ra. Aku nggak sadar sudah berdiri cukup lama. Maaf, ya," kata Alastair.Dia belum sanggup untuk mengatakan apa yang sudah terjadi selama satu malam ini, takut moment malam pertama mereka ak
Mobil Anthony sudah berhenti di depan hotel, ia lekas masuk dan Elle mengikutinya dari belakang. Sampai di dalam kamar, Anthony langsung mengunci pintu dan meminta istrinya untuk duduk di sofa. "Ada apa, Pa? Katanya tadi mau foto sama Alastair dan Aldara? Kok malah ngajak balik ke hotel?" Pria paruh baya itu tidak menyahut, tangannya mengambil sebuah map yang ada di dalam koper. Kemudian melemparkannya ke depan Elle. "Tandatangani surat itu," katanya. "Apa ini, Pa?" tanya Elle sambil tangannya membuka map tersebut. Kedua matanya membelalak lebar dengan mulut menganga. "Akta cerai?" gumamnya dengan jantung berdegup kencang. Wanita paruh baya itu menggelengkan kepala, netranya terus membaca deret huruf yang ada di sana. Terdapat namanya dan nama sang suami. Kapan suaminya mengurus ini semua? Kenapa dia tidak tahu? "Kamu sudah nggak nurut sama aku, Ma. Aku nggak bisa mempertahankan hubungan yang seperti ini. Aku merasa tidak dihormati sebagai laki-laki, lebih baik kita berpi
"Aaargh ...!" Virly berteriak histeris saat melihat Megan ditembak tepat di jantung. Tubuhnya menggigil tak tertahan, keringat dingin semakin mengucur deras dari pelipisnya.Ia tidak bisa kabur, tidak ada celah untuk keluar dari ruang bawah tanah ini. Niatnya menghabisi Aldara, malah nasibnya yang akan berakhir mengenaskan di sini.Virly semakin gemetar saat bodyguard perempuan berjalan ke arahnya. Tubuhnya digelandang ke tempat di mana Megan dieksekusi lagi, bibirnya terus memohon untuk dilepaskan, tetapi Alastair seolah menutup telinganya. "Kita pernah tunggu bersama, Al. Kita satu kakek dan aku ini saudaramu. Kamu tega padaku? Kamu tega Mommy Sarah kehilangan anaknya dengan cara mengerikan ini?" ruang Virly dengan wajah berderai air mata. "Aku tidak akan begini kalau kau tidak memulainya. Apa kau lupa telah berbuat jahat kepada Aldara? Maka nikmati saja karmamu," jawab Alastair.Wanita itu menggeleng, sorot matanya terus memohon. Namun, bodyguard-bodyguard perempuan itu telah me
"Alastair," gumam Virly, seringai senyum tercetak jelas di sudut bibirnya. "Wanita ini menghalangiku bertemu Ryu. Padahal aku hanya ingin menyapa keponakanku."Tidak ada sahutan dari Alastair, pria itu hanya melirik ke arah Anetha dengan tatapan datar."Mampus kau," bisik Megan tepat di samping telinga Anetha.Anetha enggan menanggapi, hingga Alastair tiba di tengah-tengah mereka."Kalian berdua, ayo ikut aku," kata Alastair kepada Virly dan Megan.Pria itu kembali membawa langkah panjang menuju luar gedung, membuat Virly dan Megan terpaksa mengikuti."Kita mau diajak ke mana?" tanya Virly saat Alastair hendak masuk ke dalam mobil."Tidak usah banyak tanya, lebih baik ikut saja."Kedua wanita itu saling berpandangan, tetapi tetap mengikuti Alastair yang sudah masuk ke dalam mobil. Kendaraan mewah itu membawa mereka ke kediaman Alastair, di sana meraka disambut oleh Ernest yang berdiri di tengah pintu.Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Alastair langsung keluar dan berjalan masuk. Lagi
"Kenapa, sih, anak itu nempel-nempel terus sama orang tuanya?" ucap Virly."Iya, kita jadi nggak bisa menjalankan rencana. Harusnya 'kan dia main sama temen-temennya yang lain," sahut Megan."Sudah nggak usah berdebat, nanti akan ada saatnya kita beraksi," timpal Elle. "Kalau tidak Ryu, kita bisa membawa Aldara. Toh Alastair sudah mengira mama baik, pasti dia nggak akan curiga kalau istrinya mama ajak pergi sebentar."Virly menghela napas kasar. "Gitu saja terus, ma. Tapi nggak pernah berhasil. Nyatanya Aldara tetap bisa bebas dan kembali sama Alastair, nanti kita juga yang kena imbas."Elle memelototkan matanya, membuat Virly menghela napas kasar. Ia sudah lelah dengan rencana Elle yang tidak pernah berhasil, tetapi ia juga tidak mungkin mau menolak.Sementara Megan sibuk berperang dengan pikirannya sendiri. Kalau Aldara dibunuh, lalu Alastair untuk siapa? Sudah jelas ia akan kembali saingan dengan Virly. Namun, kalau tidak bekerjasama juga ia tidak sanggup sendirian.'Jalanku untuk
Di gerbang sebelah selatan, seorang anak laki-laki sedang menunggu kedatangan temannya. Akira, gadis kecil berusia sepantaran Ryu.Meskipun ia terlihat dingin dan terkesan angkuh, tetapi nyatanya ia selalu merindukan Akira. Bukan rindu layaknya kepada teman sepermainan, tetapi kerinduan lain yang membuat Ryu resah dan selalu terbayang wajah gadis kecil itu.'Kok nggak sampai-sampai? Padahal papa sudah mengundang. Masa nggak tahu gedungnya?' batin Ryu yang semakin resah.Ryu tidak punya banyak teman akrab di sini, wajar saja ia merindukan Akira. Setiap hari membayangkan Akira, membuat anak laki-laki itu terobsesi dengan temannya.Hingga sebuah suara bariton memecah lamunan Ryu, kepalanya menoleh dan mendapati dua orang laki-laki asing sedang berbincang dari balik pot besar tempatnya bersandar.'Pakai Bahasa Indonesia? Apa mereka temannya mama?' batin Ryu sambil memperhatikan dua pria itu.Ia hendak mendekat dan ingin menyapa, tetapi urung saat mendengar satu pria itu berkata, "kita ngg
Aldara berdandan sangat cantik untuk acara malam ini. Tubuh mungilnya dibalut gaun bertabur swarovski, tampak megah dan sangat mempesona."Cantik," bisik Alastair sambil memeluk tubuh Aldara dari belakang.Pria itu mekanika kecupan pada pundak Aldara yang terekspose, membuat wanita itu terkekeh karena merasa geli."Aku sudah siap untuk malam ini, Al. Ryu sudah ku pakaian kalungnya, begitu juga denganku. Tapi mau seperti apapun, aku berharap semuanya baik-baik saja," bisik Aldara.Siapa yang menyangka di dalam kalung berlian itu terdapat alat GPS yang berukuran sebagai kecil? Hal itu disiapkan Alastair untuk melindungi keluarganya."Ayo kita turun, kita harus tampil mesra agar orang-orang iri itu semakin panas."Wanita cantik dengan rambut digerai itu mengangguk, ia terus mempertahankan senyuman selama langkahnya menuju ballroom.Alastair tampak memegang earphone, terdengar Ernest mengatakan Megan baru saja datang diikuti oleh Virly dan satu pria asing. Berarti Rangga akan menyelinap s
Megan dan Rangga baru saja tiba di bandara pagi ini, mereka sengaja datang terlambat agar Alastair tidak curiga. Keduanya akan menjalankan misi nanti malam, sementara Elle bersama suaminya sudah sampai di gedung lebih dulu."Kita akan ke hotel yang tidak jauh dari gedungnya. Saat nanti malam aku datang ke pesta, kau harus menyelinap ke dalam gedung dan menjalankan rencana. Pokoknya aku mau semua berjalan lancar," kata Megan.Ia dan Rangga mengendarai mobil, sesekali wanita itu akan berinteraksi dengan Elle tentang situasi di gedung pernikahan."Baik, Bu.""Nanti ada Juan yang akan membantu, jadi kau tidak perlu khawatir."Rangga mengangguk patuh, pria itu fokus melihat jam tangan seakan menunggu waktunya eksekusi.Sementara di gedung pernikahan, Alastair dan Aldara baru saja selesai akad. Dua pengantin itu duduk di atas pelaminan dengan raut bahagia, ada Ryu juga yang duduk di sana ditemani oleh Anetha.Alastair tampak beberapakali membenarkan letak earphone, pria itu memantau kabar d
Hari ini Aldara sudah diperbolehkan pulang, semua orang menyambut bahagia, terutama Ryu. Anak laki-laki itu terus di samping mamanya tidak mau berpisah sama sekali.Sementara Alastair langsung menuju gudang bawah tanah bersama Ernest, di sana seorang pria tengah duduk di kursi dengan kedua tangan terikat ke belakang."Tuan," bisik Juan dengan wajah memelas. "Maafkan saya, Tuan. Saya menyesal.Alastair tersenyum smirk. Ia sudah lama tidak berurusan dengan darah, melihat Juan seperti ini membuat jiwanya kembali bergejolak."Aku tidak mengenal kata maaf," desis Alastair seraya mendudukkan dirinya di kursi lai. "Dibayar berapa kau sama Megan?" tanyanya lagi.Juan langsung menyebutkan sebuah nominal, Alastair mengakui itu sangat fantastis. Pantas saja Juan mau jadi penyusup, bayarannya saja dua kali dari gaji yang diberikan Alastair."Lalu kenapa kau langsung mengaku? Bukankah seharusnya kau melindungi nama Megan?" tanya Alastair."Saya khilaf saat itu, Tuan. Saya buta karena uang dan tida