Rangga memutuskan pergi setelah tubuhnya dilemparkan keluar oleh bodyguard. Pria itu pulang ke rumah lamanya dan kembali menyusun rencana. Ia tidak mau gegabah, khawatir Aldara semakin menjauh dan membencinya."Tapi bagaimana? Apa aku harus mengirim hadiah setiap hari? Untuk makan saja aku harus berhemat," gumam Rangga.Pikirannya kalut, keningnya mengerut bingung memikirkan masalah ini. Sungguh, Rangga ingin Aldara kembali padanya. Namun, kenapa Aldara tidak mau?"Aku akan datang ke rumah Ernest setiap hari. Semoga Aldara bisa melihat bagaimana perjuanganku meluluhkannya!" ucap Rangga, penuh keyakinan.Keesokan Harinya | Rumah Sakit.Alastair baru saja selesai membereskan barang-barangnya, ia sengaja melakukan sendiri karena meminta Ernest untuk menjaga Aldara di rumah daripada datang ke rumah sakit.Alastair sudah tahu tentang kedatangan Rangga, hal itu membuatnya geram, khawatir Rangga kembali menyentuh wanitanya."Pak, maaf," ucap salah satu bodyguard yang tiba-tiba membuka pintu
Perjalanan panjang mereka tempuh dengan selamat, tidak ada kendala sampai mereka menginjakkan kaki di negara ini.Negara asing bagi Aldara dan Ryu, tetapi keduanya percaya bahwa Alastair bisa melindungi.Alastair langsung mengajak kedua orang tersayangnya itu ke rumahnya. Bangunan mewah dua lantai bergaya Eropa yang menjadi tempat tinggal keluarga kecil itu."Istirahat dulu, Ryu. Ada maid yang akan membantu kamu," ucap Alastair. "Paman dan mama akan menyusul nanti. Sekarang masih ada sesuatu yang harus kami bahas."Anak laki-laki itu mengangguk. Maid langsung mengajak Ryu ke kamar yang ada di lantai dua.Alastair tersenyum tipis melihat Ryu yang sangat mirip dirinya, benar-benar dirinya versi mungil.Setelahnya ia lantas menghampiri Aldara yang masih duduk di ruang tamu, wanita itu asyik bermain ponsel dan sesekali bibirnya akan mengulas senyum."Serius banget. Lagi ngapain?" tanya Alastair sambil mendudukkan dirinya di sofa."Berbalas pesan sama Ernest dan Anetha di grub," sahut Aldar
Sesuai makan malam, Alastair mengajak Aldara ke teras depan. Sementara Ryu lebih memilih membaca komik yang ada di kamarnya."Malam ini langitnya cerah, Ra," Alastair menoleh, menatap wajah teduh yang setiap detik selalu tersimpan di benaknya. "Kamu terlihat sangat cantik malam ini," imbuhnya.Aldara masih menunduk, pikirannya berusaha mengingat kejadian kelam lima tahun silam di Rose Hotel.Ia tidak ingin terlalu terbuai oleh kata-kata Alastair malam ini."Maaf aku terlambat, Ra. Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Aku mungkin tidak bisa memperbaiki kesalahan yang telah aku lakukan, tapi aku jamin kesalahan tersebut tidak akan terulang lagi," kata Alastair.Hening! Aldara masih tidak bergeming."Maafkan aku, Ra. Dengan seluruh kesadaranku, aku meminta maaf atas semua kesalahan yang telah aku perbuat." Alastair berlutut di bawah kaki Aldara, membuat sang wanita sontak mengangkat kepala.Aldara berusaha menahan sesak yang langsung menghantam dadanya.Ia sudah memaafkan
Wanita itu mengangguk, ia sudah bersumpah akan melakukan apapun asal Aldara kembali padanya.Pria itu bangkit dan melangkah menuju lantai atas, Aldara mengikuti dari belakang dengan perasaan cemas.'Apa Ryu akan menerima saat mamanya disakiti?' batin Aldara, bertanya-tanya."Tunggu, Al."Gerakan tangan Alastair yang hendak membuka pintu sontak terhenti. "Ada apa?" tanyanya sambil melirik ke arah Aldara."Jangan sebut nama Rangga. Aku tidak mau Ryu tahu," sahut Aldara yang hanya diangguki oleh Alastair.Pria itu meneruskan langkahnya masuk ke dalam kamar, sementara Aldara masih di luar dengan perasaan gelisah yang tidak mau pergi.Bingung, gelisah karena apa? Takut putranya sakit hati, atau takut putranya akan menolak Alastair?Sementara di dalam kamar, Ryu berbinar senang mendapati Alastair masuk. Anak laki-laki itu langsung turun dari ranjang, ia menghampiri Alastair dan menggandeng menuju ranjang."Paman sudah selesai sama mama?" tanya Alastair yang membuat Alastair sontak mengangguk
"Ada beberapa cinta yang membawa pasa kesedihan, Ryu. Seperti pagi itu ... saat Paman dan mamamu berpisah. Kami sama-sama menangis karena tahu setelah ini akan saling merindukan," jelas Alastair.Ryu tampak berpikir sejenak. Usianya belum paham tentang cinta, tetapi sekuat mungkin logika merangkum penjelasan Alastair."Lalu kenapa Paman baru datang akhir-akhir ini? Tidak dari dulu saja?" tanya Ryu."Ada mamanya paman, yaitu nenekmu. Dia tidak suka saat Paman menemui mamamu, maka paman menunggu sampai nenekmu memberikan restu. Semuanya paman lakukan agar nenek tidak mencelakai mamamu, paman tidak mungkin nekat datang ke desa kalau akhirnya malah membahayakan nyawa mamamu," jelas pria itu.Ryu tersenyum simpul. "Terima kasih, Paman," katanya yang sontak membuat Alastair mengerutkan kening."Untuk?" tanya Alastair."Telah memikirkan Mama selama ini. Aku tahu mama selalu memikirkan kebahagiaanku, tapi aku tidak tahu apakah ada yang memikirkan kebahagiaan mama. Ternyata masih ada, yaitu Pa
Rangga dengan berani datang ke perusahaan Wilson. Dia bisa masuk karena sudah diizinkan orang, kedatangannya ke sini untuk menemui Ernest.Setelah sekian lama mendekam di penjara, Rangga juga sudah lama tidak berjumpang dengan lelaki itu, terlebih lagi dengan Aldara.Entah ke mana dan di mana tempat Aldara tinggal, Rangga sulit menemukan. Satu-satunya petunjuk yang bisa ia andalkan hanyalah Ernest. Karena dia masih bagian dari keluarga Aldara.Rangga menghampiri salah satu pekerja, yang ia tahu sering datang ke ruang atasan."Panggilkan Ernest ke mari, sampaikan jika ada yang ingin bertemu dengannya," titah Rangga."Maaf, atas nama?" tanya perempuan memakai baju kantoran tersebut."Rangga, cepat katakan!" ujar Rangga tak sabaran."Pak Ernest, ada seorang pria yang ingin bertemu dengan Anda," ujar salah satu staff perusahaan, menghampiri Ernest yang sibuk mengurus pekerjaan di dalam ruangan.Aktivitas Ernest terhenti seketika, beralih menatap bawahannya yang datang."Tamu? Perasaan aku
Di tempat lain, salah satu bodyguard kepeercayaan Megan melapor kepada sang atasan. Karena memang sudah tugasnya, memata-matai Alastair.Sebelum melapor, dia memastikan situasi dan kondisi terlebih dahulu. Ketika dirasa sudah aman, ia mulai melakukan panggilan.Tak lama kemudian, panggilan tersambung."Ada apa kau menelponku? Apa ada berita baru soal Alastair?" tanya Megan di seberang sana. Dia memang selalu antusias bila mendengar laporan soal Alastair. Sudah lama juga dia tidak bertemu dengan pria itu. Untungnya ada orang bisa diandalkan, yang ia arahkan untuk memberikan laporan."Aku ingin melaporkan kalau Pak Alastair sedang koordinasi dengan WO, nyonya," jawabnya, memelankan nada bicara. Takut terdengar oleh siapa-siapa.Mendengar laporan dari anak buahnya, Megan yang sedang rebahan pun langsung mengubah posisinya menjadi duduk. Megan tersentak jika ternyata Alastair dan Aldara tetap akan menikah.Hati Megan terbakar, dia geram dan tidak akan membiarkan acara itu supaya tidak ber
Ryu sudah terlelap dalam dekapan Aldara, sementara dua mata cantik itu tetap terjaga."Kamu nggak ngantuk?" tanya Alastair untuk yang kesekian kalinya.Aldara hanya menggeleng. "Kalau aku tidur, pasti kau akan macam-macam. Aku tidak mau!"Pria itu hanya bisa mendengus kasar. Sedari tadi dirinya ditatap layaknya buronan. Bukannya senang tidur satu ranjang, Alastair malah tidak nyaman karena tatapan mengintimidasi Aldara."Aku tahu otakmu, Al," bisik Aldara."Terserah kau saja!" ketus Alastair dan sontak bangun dari ranjang. "Lebih baik aku tidur di sofa," katanya.Aldara kembali memutar bola mata jengah. "Kenapa tidak sekalian ke kamarmu?""Lalu kau mau memberi alasan apa saat Ryu bangun nanti? Dia yang minta aku tidur di sini," sahut Alastair sembari merebahkan tubuhnya.Helaan napas kasar terdengar dari mulut Aldara, membuat Alastair menoleh dan langsung mendapati raut tidak bersahabat wanitanya itu."Kalau kau tidak mau kita satu kamar, tinggal keluar saja dari sini dan kembali ke k