Waduh, masalah besar nih.....
Regan duduk di meja kerja. Pandangannya terfokus pada layar monitor di depannya. Setelah insiden yang melibatkan Amel, ia merasa harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dengan tangan yang sedikit gemetar, Regan membuka rekaman CCTV di ruang CEO. Ia berharap menemukan jawaban atas kejadian tadi malam. Namun saat Regan memutar rekaman tadi malam, layar hanya menunjukkan gambar hitam. Waktu di sudut layar terus berjalan, tetapi tidak ada apa-apa yang terekam. Regan memutar ulang rekaman itu beberapa kali, tetapi hasilnya tetap sama. “Sepertinya CCTV ini sengaja dimatikan pada saat itu.” Regan merasa kesal dan frustrasi. Ia sadar bahwa seseorang telah merencanakan ini dengan sangat rapi. “Sial! Aku tidak pernah memikirkan tentang kejadian seperti ini sebelumnya. Amel sangat licik. Pasti dia sengaja menjebakku dan merencanakan hal ini sejak lama.” Regan menghembuskan napas kasar. Tidak ada bukti yang bisa menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan
[Permainan baru saja dimulai, Regan. Bersiaplah untuk menghadapi kehancuran.]Regan tidak terpengaruh oleh ancaman melalui pesan itu. Ia tahu masalah dengan pengancam bernama “Shadow Phoenix” belum selesai. Tetapi Regan tidak ingin ambil pusing. Sekarang ia lebih fokus menyelesaikan masalah pribadinya.Regan meletakkan ponselnya dan memandangi wajah Reina yang sudah terlelap. Tubuhnya masih terasa lelah, tetapi ia tahu bahwa ia harus menyelesaikan banyak pekerjaan.“Sudahlah. Lebih baik aku kerjakan esok pagi saja. Malam ini aku harus menjaga istriku. Aku tidak mau Reina mengigau kembali.”Regan pun memilih untuk berbaring di samping istrinya. Lelaki tampan itu mengelus lembut kepala Reina. Hingga lama-lama ia pun memejamkan kedua matanya dan terlelap bersama malam yang begitu dingin.Esok harinya ketika Reina masih tidur, Regan bersiap untuk pergi ke kantor lebih awal tanpa sarapan.Sebelum berangkat, ia meninggalkan pesan di meja samping tempat tidur Reina.[Sayang, aku pergi ke kan
Selama beberapa hari Amel tidak masuk kerja. Ketidakhadirannya membuat suasana kantor semakin tegang. Regan memutuskan untuk menemui Amel di rumahnya saat jam makan siang. Ia juga membawakan beberapa makanan untuk keluarga Danny. Regan mencoba menyelesaikan masalah secara langsung. Ia tahu harus berhati-hati karena situasi bisa dengan mudah berbalik melawannya. Regan tiba di rumah Amel dan mengetuk pintu. Danny yang membukakan pintu, terlihat bingung melihat kedatangan Regan. Apalagi lelaki itu hanya datang seorang diri. Tanpa Reina di sisinya. “Regan, ada apa datang ke sini? Reina mana? Kok nggak diajak?” tanya Danny dengan nada penasaran. “Saya ingin bicara dengan Amel tentang pekerjaannya, Ayah. Apakah Amel belum cerita jika selama ini ikut bekerja di perusahaan Regan?” jawab Regan balik bertanya. Linda muncul di belakang Danny. Menatap Regan dengan penuh rasa curiga. “Kenapa kamu tidak bicara di kantor saja?” Regan mencoba tersenyum meski hatinya penuh kecemasan. “Ini masa
Reina duduk di ruang tamu, matanya sesekali melirik ke arah jam dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan Regan belum juga pulang. Padahal tadi pagi Regan mengatakan bahwa ia hanya akan pergi ke kantor sebentar untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda. Namun jam sudah menunjukkan waktu yang lama berlalu sejak ia pergi.“Apakah dia mau membohongiku lagi?”Perasaan cemas mulai merayapi hati Reina. Ia mencoba menenangkan dirinya. Mengingat bahwa Regan mungkin sedang sangat sibuk dengan urusan kantor. Tetapi keraguan dan rasa kecewa mulai tumbuh. Apakah ada sesuatu yang terjadi lagi? Apakah Regan terlibat dalam masalah lain yang ia tidak tahu?Reina bangkit dari sofa dan berjalan perlahan menuju kamar. Wanita itu ingin tidur dan mengistirahatkan tubuhnya.Namun sebelum ia sempat beristirahat, suara pintu depan terdengar terbuka. Regan masuk dengan wajah kelelahan. Ia menghempaskan tubuhnya di sofa tanpa menyadari kehadiran Reina yang berdiri di dekat tangga.
Reina hanya mampu tersenyum tipis. Ada keadaan di mana hatinya merasakan perubahan pada sikap Regan. Tetapi di sisi lain Regan masih seperti dulu. Seorang yang pekerja keras. Pekerjaan adalah nomor satu baginya.Reina pun segera menyiapkan sarapan. Ia berjalan menuju dapur dan mendapati Bi Nita sedang sibuk memasak.“Pagi, Bi Nita. Reina bantuin, ya?” ucap Rania ramah.“Eh, Bu Reina. Tidak perlu. Ini sudah mau selesai. Lagipula Ibu Reina baru saja sembuh.”“Em, kalau begitu Reina bantu siapkan di meja makan saja.”Setelah selesai menyiapkan makanan di atas meja, Reina masuk ke dalam kamar. Ia mendapati Regan yang telah selesai mandi. Lelaki itu terlihat lebih segar dengan rambut basah yang meneteskan air di atas bahunya. Tubuhnya yang berotot sedikit mengkilap karena air. Membuat Reina terpana sejenak.Mereka bertukar senyum kecil. Mencoba untuk memulai hari dengan positif.“Pagi, Sayang,” sapa Regan sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.“Pagi,” balas Reina lembut, mendekat ke
Reina merasakan gelombang kenikmatan yang semakin mendekat. Tubuhnya melengkung. Tangannya mencengkeram erat tubuh suaminya. “Pak Regan ... aku ... aku hampir ...” Regan merasakan hal yang sama. Ia mempercepat gerakannya. Membawa mereka berdua ke puncak kenikmatan. Dengan satu gerakan terakhir yang dalam mereka berdua mencapai puncak kenikmatan bersamaan. Erangan mereka bergema di seluruh ruangan. Regan merasakan tubuh Reina yang bergetar di bawahnya dan ia menariknya lebih dekat. Mencium bibirnya dengan lembut. Mereka berdua terbaring kelelahan namun puas. Napas keduanya masih terengah-engah. Regan memeluk Reina dengan erat. Lalu mencium dahinya dengan lembut. “Terima kasih, Reina.” Reina tertawa kecil. “Sarapan sudah siap. Pak Regan membuat Reina harus mandi lagi.” Wanita itu mengerucutkan bibirnya. “Tidak masalah. Kita bisa melakukannya bersama-sama.” Tanpa aba-aba Regan menggendong tubuh istrinya. Membawa sang istri ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh mereka.
Regan segera berangkat ke kantor. Ia mencoba untuk mengabaikan pesan ancaman yang masuk ke ponselnya.Tiba di kantor, Regan merasa kecewa karena Amel tetap saja keras kepala. Wanita itu belum datang ke kantor.“Sepertinya Amel benar-benar serius dengan ucapannya.”Terpaksa Regan kembali bekerja seorang diri. “Mungkin jika aku bilang ke mama, ia akan mengizinkan Reina bekerja kembali. Lagi pula Bi Nita sudah ada di rumah. Tapi bagaimana jika Amel merencanakan sesuatu?”Regan menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia harus memikirkan solusi yang terbaik atas permasalahan ini.Di saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, pintu ruangan CEO diketuk. Regan yang tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen di mejanya segera mengangkat kepala dan mempersilakan tamunya masuk. Pintu terbuka perlahan dan Regan merasa terkejut melihat seseorang yang datang menemuinya. Dia adalah Kimberly. Wanita itu masuk dengan wajah pucat dan mata sembab. “Kimberly, ada apa?” Regan mencoba berbicara dengan tenang.
“Saya belum tahu identitasnya, Pak. Tapi saya pikir kita perlu menyelidikinya lebih lanjut.” Regan merasa jantungnya berdebar. Apakah ini bagian dari rencana untuk menjebaknya? Atau ada alasan lain mengapa Amel bersama pria itu? “Jeffan, kita perlu lebih hati-hati. Jika Amel benar-benar mencoba menjebakku, kita harus memiliki bukti yang cukup untuk melindungi diri kita sendiri.” Jeffan mengangguk. “Saya mengerti, Pak. Saya akan terus menyelidiki.” Hari itu, Regan merasa terbebani dengan keputusan yang diambilnya tentang Justin. Ia pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Saat tiba di rumah, Reina sudah menunggunya di ruang tamu. “Sayang, kamu terlihat sangat lelah. Ada masalah di kantor?” tanya Reina setelah menyadari perubahan pada wajah suaminya. Regan mengangguk pelan, berusaha tersenyum. “Ya, ada sedikit masalah. Tapi sekarang sudah selesai. Bagaimana harimu, Sayang?” Reina tersenyum lembut. “Baik-baik saja. Aku hanya khawatir melihatmu seperti ini.” Regan memeluk Reina