“Kalau kamu sudah bisa kasih mama cucu, mama dan papa akan bantu kamu menyingkirkan wanita itu dan bayinya. Kalau sekarang, mama gak bisa bantu kamu untuk menyingkirkan mereka. Kamu tenang saja, Arka milikmu. Semua orang tau itu. Mama punya cara agar sekretaris itu tidak mengganggu kamu dan Arka. Mama akan suruh wanita itu tinggal di sini. Bagaimana?” Rupanya orang tua Arka ingin melindungi cucu mereka dari Sandra walau mereka mendukung Sandra untuk menjadi istri tunggal nan utama Danel.
Sandra mengerti jika orang tua Arka memang sangat menginginkan cucu, tidak heran jika mereka ingin melindungi Dinara. Yang harus Sandra lakukan untuk menyingkirkan Dinara adalah dengan cara Sandra harus hamil dan membunuh Dinara dengan cara yang bersih atau yang berkesan bahwa itu terjadi karena sebuah kecelakaan. Yang lebih baik lagi adalah, jika Sandra ingin membuat semua orang membenci Dinara, maka Sandra harus membuat Dinara menjadi pelaku.“Haruskah aku berpura-pura hamilSetelah berbincang dengan Sandra maka akhirnya Arka setuju untuk membawa Dinara kembali ke rumahnya. Arka sangat senang dengar respon Sandra yang sangat pengertian dan juga dewasa. Arka bersyukur bisa menikahi Sandra, wanita yang terlihat baik di matanya. Apalagi tadi kata Sandra, Sandra ingin mencoba akrab dengan Dinara.Sore hari.Arka dan yang lain sedang bersiap-siap untuk pulang. Arka menghampiri Dinara untuk memberitahu Dinara bahwa Dinara akan tetap tinggal di rumahnya. Dinara tak tahu apakah dirinya harus senang ataukah sedih karena Dinara akan selalu diperhatikan oleh Arka namun Dinara akan sedih dan cemburu jika harus melihat Arka dan Sandra bermesraan. Apalagi semenjak Arka menikahi Sandra, Arka selalu tidur di kamar Sandra. Padahal sebelumnya Arka tidur di kamar Dinara.Sesampainya di rumah, seperti biasa semua orang akan masuk ke dalam kamar mereka masing-masing, namun entah kenapa Sandra terlihat aneh sore ini karena Sandra ingin mengantarkan
Dinara menatap wajah Arka seraya menelan ludah kasar. “Pak, saya ngidam pengen makan mie instan, di dapur gak ada mie instan, jadi saya ke sini. Ini bukan salah mereka, jangan pecat mereka. Ini saya yang memaksa mereka,” ujar Dinara dengan sorot memohon. Arka menatap dalam netra Dinara dan itu berhasil mengacaukan hati Arka yang seketika itu juga mendadak luluh padahal Arka ingin marah pada Dinara dan para pelayan. Arka menghela nafas kesal dan menatap ke arah pelayan. “Kalian, buang semua makanan tidak sehat ini dari kamar kalian. Cepat!” Pinta Arka pada pelayan sedang pelayan segera mengumpulkan makanan simpanan mereka dan mengumpulkannya menjadi satu dalam sebuah wadah namun Dinara rasanya tidak rela melihat makanan enak tersebut dibuang begitu saja. “Kali ini, kalian saya maafkan. Lain kali jika kejadian seperti ini terulang kembali atau kalian ketahuan menyimpan makanan seperti ini lagi, kalian saya pecat. Paham?” Arka memberi peringatan keras pada para
Arka dan Dimas membuka paksa pintu toilet yang tidak terpakai tersebut dan terkejut. Bagaimana bisa Dinara berada di ruangan itu? Apa yang ia lakukan? “Dinara!” Teriak Arka hingga orang berkerumun mendekat ke arahnya. Dinara terlihat tidak sadarkan diri dengan posisi berbaring di atas lantai yang kotor tersebut. Segera saja tanpa banyak bicara Arka menggendong Dinara dan menyuruh Dimas mengambil mobil mereka. Wajah Arka terlihat marah, sedih bercampur khawatir. Entah Arka khawatir pada Dinara atau pada calon anak mereka. Tapi semua orang termasuk Sandra yang melihat Arka tahu bahwa Dinara sangat berharga bagi Arka. Rencana awal Sandra berjalan sempurna tapi Sandra malah dibuat kesal dengan hasil rencananya yang ingin menyingkirkan Dinara dan membuat Arka membenci Dinara. “Tidak masalah, ini baru langkah awal. Aku masih punya 1000 cara lainnya. Aku tidak akan berhenti sampai wanita itu mati atau Arka mencampakkannya.” Pikir Sandra mengikuti langkah ka
“Tentu aku akan melindungi kamu, Sandra. Apa yang kamu pikirkan, lagi pula tidak akan ada orang yang berani menyakiti kamu. Jika kamu merasa terancam, kamu bisa bilang sama aku biar aku segera tangani orang itu.” Arka meyakinkan Sandra yang masih merupakan prioritasnya yang kedudukannya sama dengan Dinara di dalam kehidupan Arka.Sandra tersenyum puas ke arah Arka dan mengangguk manja seraya memamerkan hal itu pada Dinara dengan sengaja. Selesai mengantarkan Arka, Dinara dan Sandra pulang, Dimas harus kembali ke taman yang tadi pagi mereka datangi untuk Dimas melakukan penyelidikan. Di sana memang tidak terlalu ramai di pagi hari, namun di sana juga bukan berarti tidak ada orang.“Pasti ada jejak yang tertinggal.” Pikir Dimas menatap ke sekeliling toilet dengan sangat teliti.Di rumah Arka.Sandra bersikap sangat baik pada Dinara dengan alasan untuk menebus kesalahannya, Sandra berinisiatif untuk membuatkan Dinara susu dan juga makanan lain untu
“Dinara, kamu istriku, tidak ada salahnya jika kamu melayani aku kan? Aku butuh itu sekarang, tolong bantu aku dengan melayani aku.” Pinta Arka dengan suara serak seraya Arka mengunci Dinara dengan kedua tangannya yang hal itu sontak membuat Dinara takut. “Tapi Pak, maaf. Ini tidak termasuk dalam kontrak perjanjian kita. Saya gak bisa melakukan ini.” Tolak Dinara karena selain hal ini tidak termasuk dalam kontrak perjanjian mereka, ini juga akan menjadi pengalaman pertama untuk Dinara bercinta dalam keadaan sadar. “Kontrak apa yang kamu bicarakan, Sayang? Hmm? Yang terpenting adalah kamu istriku dan kamu wajib untuk melayani aku.” Arka mendekatkan wajahnya hingga wajahnya dan Dinara hanya berjarak 5 cm saja. Deru nafas Arka terasa sangat hangat dan memburu. Arka tidak bisa menahan diri lagi. Darahnya sudah terasa mendidih sejak melihat Dinara tadi. Sedang Dinara yang terkejut dipanggil ‘sayang’ oleh Arka hanya bisa membeku namun Dinara kembali tersadar ke
Arka dan Dimas mulai mengobrol mengenai insiden yang terjadi pagi hari tadi hingga membuat Dinara menjadi korban. Dimas menjelaskan bahwa di area taman memang tidak memiliki cctv namun saat kejadian berlangsung, seseorang yang bertugas untuk membersihkan taman melewati toilet untuk membersihkan sampah daun yang berjatuhan Dimas juga sudah menemui wanita itu dan menanyainya.Arka penasaran mendengar penjelasan Dimas dan menjadi tidak sabar untuk mengetahui pelakunya. Arka harus menghukum siapapun orang yang berani mencelakai Dinara ataupun anggota keluarganya.“Jadi, siapa pelakunya dan apa tujuan mereka melakukan ini? Apa mereka salah satu musuhku? Apa mereka sengaja melakukan ini untuk menggertakku?” Arka terlihat sangat marah hingga Sandra tidak berani menatap Arka. Tubuh Sandra gemetaran membayangkan jika Arka mengetahui bahwa Sandra adalah pelaku sebenarnya. “Saksi mengatakan jika pelakunya adalah 2 orang pria yang merupakan preman di taman itu
Malam hari.Sesampainya Arka, Dinara dan Sandra di rumah. Dinara tanpa banyak bicara segera berlalu masuk ke dalam kamarnya sedang Sandra menarik Arka ke kamarnya manja. Dinara terlihat sangat kesal saat ini, dan Arka berniat untuk menghibur Dinara karena Arka tidak mau kalau perasaan sedih atau marah Dinara akan berakibat pada janin yang Dinara kandung. “San, kamu mandi duluan aja ya. Aku harus buatin Dinara susu dulu.” Arka hendak berbalik keluar dari kamar Sandra tapi Sandra menahannya.“Kenapa harus kamu, Arka? Kan ada banyak pelayan di rumah ini. Lagi pula ada Dimas juga. Suruh aja mereka. Lebih baik kamu ikut aku aja mandi. Yuk,” ujar Sandra menarik Arka masuk ke dalam kamar mandi dan Arka dengan pasrah mengikuti ajakan Sandra. Di kamar Dinara.Saat Dinara ingin mandi, tiba-tiba saja ponsel Dinara berdering menandakan telepon masuk. Dinara meraih ponselnya dan segera menjawab teleponnya setelah melihat nama si penelpon.“
“Kalau kamu tidak pergi juga bagaimanapun caranya, saya gak akan biarkan kamu hidup dengan tenang dan damai. Sebenarnya saya tidak punya masalah dengan kamu sebelumnya, tapi kamu hamil anak suami saya dan kamu juga tinggal bersama kami. Kamu selalu berada di sisi suami saya, jadi saya tidak suka dengan kamu. Saya gak percaya kalau kamu wanita baik-baik setelah saya tau kalau kamu hamil sama suami saya. Tapi, saya akan maafkan kamu kalau kamu bisa menjauhi suami saya.”Pagi hari di meja makan.Ucapan terakhir dari Sandra malam ini terus terputar jelas di kepala Dinara. Jujur saja Dinara takut kalau Dinara masih tinggal di rumah Arka, Sandra akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Bahkan mungkin Sandra bisa membuat kandungannya gugur dan membuat Dinara disalahkan oleh Arka. Dinara sudah memutuskan kalau Dinara akan dan harus keluar dari rumah Arka bagaimanapun caranya.“Pak, boleh gak kalau saya tinggal di rumah orang tua saya aja. Saya lebih merasa