Arka dan Dimas membuka paksa pintu toilet yang tidak terpakai tersebut dan terkejut. Bagaimana bisa Dinara berada di ruangan itu? Apa yang ia lakukan?
“Dinara!” Teriak Arka hingga orang berkerumun mendekat ke arahnya.Dinara terlihat tidak sadarkan diri dengan posisi berbaring di atas lantai yang kotor tersebut. Segera saja tanpa banyak bicara Arka menggendong Dinara dan menyuruh Dimas mengambil mobil mereka. Wajah Arka terlihat marah, sedih bercampur khawatir. Entah Arka khawatir pada Dinara atau pada calon anak mereka. Tapi semua orang termasuk Sandra yang melihat Arka tahu bahwa Dinara sangat berharga bagi Arka.Rencana awal Sandra berjalan sempurna tapi Sandra malah dibuat kesal dengan hasil rencananya yang ingin menyingkirkan Dinara dan membuat Arka membenci Dinara. “Tidak masalah, ini baru langkah awal. Aku masih punya 1000 cara lainnya. Aku tidak akan berhenti sampai wanita itu mati atau Arka mencampakkannya.” Pikir Sandra mengikuti langkah ka“Tentu aku akan melindungi kamu, Sandra. Apa yang kamu pikirkan, lagi pula tidak akan ada orang yang berani menyakiti kamu. Jika kamu merasa terancam, kamu bisa bilang sama aku biar aku segera tangani orang itu.” Arka meyakinkan Sandra yang masih merupakan prioritasnya yang kedudukannya sama dengan Dinara di dalam kehidupan Arka.Sandra tersenyum puas ke arah Arka dan mengangguk manja seraya memamerkan hal itu pada Dinara dengan sengaja. Selesai mengantarkan Arka, Dinara dan Sandra pulang, Dimas harus kembali ke taman yang tadi pagi mereka datangi untuk Dimas melakukan penyelidikan. Di sana memang tidak terlalu ramai di pagi hari, namun di sana juga bukan berarti tidak ada orang.“Pasti ada jejak yang tertinggal.” Pikir Dimas menatap ke sekeliling toilet dengan sangat teliti.Di rumah Arka.Sandra bersikap sangat baik pada Dinara dengan alasan untuk menebus kesalahannya, Sandra berinisiatif untuk membuatkan Dinara susu dan juga makanan lain untu
“Dinara, kamu istriku, tidak ada salahnya jika kamu melayani aku kan? Aku butuh itu sekarang, tolong bantu aku dengan melayani aku.” Pinta Arka dengan suara serak seraya Arka mengunci Dinara dengan kedua tangannya yang hal itu sontak membuat Dinara takut. “Tapi Pak, maaf. Ini tidak termasuk dalam kontrak perjanjian kita. Saya gak bisa melakukan ini.” Tolak Dinara karena selain hal ini tidak termasuk dalam kontrak perjanjian mereka, ini juga akan menjadi pengalaman pertama untuk Dinara bercinta dalam keadaan sadar. “Kontrak apa yang kamu bicarakan, Sayang? Hmm? Yang terpenting adalah kamu istriku dan kamu wajib untuk melayani aku.” Arka mendekatkan wajahnya hingga wajahnya dan Dinara hanya berjarak 5 cm saja. Deru nafas Arka terasa sangat hangat dan memburu. Arka tidak bisa menahan diri lagi. Darahnya sudah terasa mendidih sejak melihat Dinara tadi. Sedang Dinara yang terkejut dipanggil ‘sayang’ oleh Arka hanya bisa membeku namun Dinara kembali tersadar ke
Arka dan Dimas mulai mengobrol mengenai insiden yang terjadi pagi hari tadi hingga membuat Dinara menjadi korban. Dimas menjelaskan bahwa di area taman memang tidak memiliki cctv namun saat kejadian berlangsung, seseorang yang bertugas untuk membersihkan taman melewati toilet untuk membersihkan sampah daun yang berjatuhan Dimas juga sudah menemui wanita itu dan menanyainya.Arka penasaran mendengar penjelasan Dimas dan menjadi tidak sabar untuk mengetahui pelakunya. Arka harus menghukum siapapun orang yang berani mencelakai Dinara ataupun anggota keluarganya.“Jadi, siapa pelakunya dan apa tujuan mereka melakukan ini? Apa mereka salah satu musuhku? Apa mereka sengaja melakukan ini untuk menggertakku?” Arka terlihat sangat marah hingga Sandra tidak berani menatap Arka. Tubuh Sandra gemetaran membayangkan jika Arka mengetahui bahwa Sandra adalah pelaku sebenarnya. “Saksi mengatakan jika pelakunya adalah 2 orang pria yang merupakan preman di taman itu
Malam hari.Sesampainya Arka, Dinara dan Sandra di rumah. Dinara tanpa banyak bicara segera berlalu masuk ke dalam kamarnya sedang Sandra menarik Arka ke kamarnya manja. Dinara terlihat sangat kesal saat ini, dan Arka berniat untuk menghibur Dinara karena Arka tidak mau kalau perasaan sedih atau marah Dinara akan berakibat pada janin yang Dinara kandung. “San, kamu mandi duluan aja ya. Aku harus buatin Dinara susu dulu.” Arka hendak berbalik keluar dari kamar Sandra tapi Sandra menahannya.“Kenapa harus kamu, Arka? Kan ada banyak pelayan di rumah ini. Lagi pula ada Dimas juga. Suruh aja mereka. Lebih baik kamu ikut aku aja mandi. Yuk,” ujar Sandra menarik Arka masuk ke dalam kamar mandi dan Arka dengan pasrah mengikuti ajakan Sandra. Di kamar Dinara.Saat Dinara ingin mandi, tiba-tiba saja ponsel Dinara berdering menandakan telepon masuk. Dinara meraih ponselnya dan segera menjawab teleponnya setelah melihat nama si penelpon.“
“Kalau kamu tidak pergi juga bagaimanapun caranya, saya gak akan biarkan kamu hidup dengan tenang dan damai. Sebenarnya saya tidak punya masalah dengan kamu sebelumnya, tapi kamu hamil anak suami saya dan kamu juga tinggal bersama kami. Kamu selalu berada di sisi suami saya, jadi saya tidak suka dengan kamu. Saya gak percaya kalau kamu wanita baik-baik setelah saya tau kalau kamu hamil sama suami saya. Tapi, saya akan maafkan kamu kalau kamu bisa menjauhi suami saya.”Pagi hari di meja makan.Ucapan terakhir dari Sandra malam ini terus terputar jelas di kepala Dinara. Jujur saja Dinara takut kalau Dinara masih tinggal di rumah Arka, Sandra akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Bahkan mungkin Sandra bisa membuat kandungannya gugur dan membuat Dinara disalahkan oleh Arka. Dinara sudah memutuskan kalau Dinara akan dan harus keluar dari rumah Arka bagaimanapun caranya.“Pak, boleh gak kalau saya tinggal di rumah orang tua saya aja. Saya lebih merasa
Berhenti! Aku mohon, berhenti!” Dinara berlari menarik Hardiansyah dan menghalangi Arka yang ingin memukul Hardiansyah. “Apa yang kamu lakukan dasar bodoh. Pergi dari sini!” Dinara berusaha menyelamatkan Hardiansyah agar tidak kena pukul oleh Arka tapi hal itu malah membuat Arka salah paham terhadap Dinara. “Kamu membelanya? Kenapa? Kenapa kamu melindungi dia dan malah menghalangi aku, Dinara? Kamu suka sama dia?” Bentak Arka tak sabaran. “Bukan, sa-saya cuman gak mau anda salah dalam bertindak, Pak. Dia mungkin akan melaporkan anda nanti.” Dinara tergagap mempertahankan agar Hardiansyah tetap di belakangnya atau pergi. Dinara tahu kalau Arka tidak akan memukulnya. Hardianysah tersenyum senang dan mengejek di belakang Dinara semakin membuat Arka marah. Arka menarik tangan Dinara kasar dan menyuruh agar papa Dinara mengurung Dinara sementara di kamarnya. Sedang Dinara meronta tidak ingin dikurung karena takut kalau Arka sampai memukuli Hardiansyah karena walau bagaimanapun Hardiansy
“Kita pulang, Tuan?” Tanya Dimas memisahkan Arka yang terlihat tengah asik memeluk Dinara. “Iya, kita pulang. Aku akan kasih Dinara kesempatan terakhir untuk membuktikan janjinya. Jika dia berani melanggar kontrak lagi, aku bukan hanya akan memukul si bodoh itu, tapi aku akan membuat keluarga istriku ini menderita dan Dinara selamanya akan menjadi tahananku.” Arka dengan sengaja mengancam Dinara agar Dinara tidak berpikir untuk melawannya lagi. Dimas melirik Dinara sekilas yang menatapnya sedih. Dimas tidak perduli apapun selain kebahagiaan Arka sebagai tuannya. Jika Dimas harus menekan Dinara, Dimas juga akan melakukannya. “Saya akan siapkan mobil Tuan.” Dimas berlalu pergi meninggalkan Dinara dengan Arka. Arka tidak memberitahu apa yang baru saja terjadi tadi di rumah orang tua Dinara pada Dimas. Tapi Dimas tidak mungkin untuk tidak tahu karena mereka memiliki banyak mata-mata. Arka merangkul Dinara keluar dari rumah sakit men
Dinara diam berpikir merenungkan apa yang Sandra katakan tadi. Tadi Sandra sempat memberi Dinara kode kalau Dinara diawasi oleh pelayan dan juga cctv. Dinara memeriksa kamarnya dan melihat seluruh ruang dengan hati-hati. Bahkan Dinara melupakan makanan yang tadi Sandra bawakan. Tak lama, pelayan mengetuk pintu kamar Dinara lalu masuk untuk memastikan kalau Dinara memakan makanannya atas perintah Arka yang sejak tadi sibuk mengawasi Dinara melalui cctv. Melihat pelayan datang, Dinara yakin bahwa apa yang Sandra katakan benar. Kenapa semua ini terjadi ketika Dinara mulai nyaman dengan Arka? Dinara sangat marah sekarang. “Nona Muda ingin apa? Biar kami siapkan. Tapi Nona Muda harus makan ya.” Pelayan tersebut berkata sopan. “Saya gak lapar. Kamu bisa bawa saja makanan itu ke dapur.” Dinara menolak keras dan menatap tak suka pelayan yang tak bersalah itu. “Tapi, Nona Muda, Tuan yang suruh. Saya akan dipecat kalau Tuan tau Nona Muda gak makan.” “Bawa itu atau saya buang? Sudahlah, kal