Happy Reading*****[Tar, kamu sudah pulang kantor belum?]Nina menghubungi Tari lewat chat. Entah mengapa, dia mulai tertarik untuk belajar agama pada Tari. Tadi, selesai menjemput anak-anak, Nina kepikiran sama untuk ikut pengajian yang gadis itu ikuti.Gadis dengan pakaian kantor yang masih lengkap itu langsung meraih ponselnya ketika mendengar suara notifikasi masuk. Saat ini, Andrian sudah pulang setalah bertengkar dengan sang istri melalui telepon. Buket mawar yang dibeli lelaki itu masih tergelatak di sofa. Tari segera meraih benda pipih di dalam tas dan melihat siapa yang mengirimkan chat. Melalui pop up di layar, dia bis melihat nama Nina terpampang. Tak sabar Tari membuka pesan dari perempuan itu.[Sudah, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?][Tar, kamu ikut pengajian atau apa gitu yang bisa memperdalam ilmu agama? Ajak Mbak, dong. Mbak pengen belajar juga, buat bekal ngajari anak-anak kalau ada PR kayak kemarin kan biar tidak mengganggu dirimu.]Sambil merebahkan tubuhku ranjan
Happy Reading***"Tampaknya Bunda makin dekat dengan Tari. Ada apakah gerangan?" tanya Andrian sebulan kemudian setelah kedua pergi ke mal dan membeli banyak gamis."Ada yang iri kayaknya." Nina mengerlingkan sebelah mata. "Yah, ini jadwalmu menginap di rumah Lita, lho," ujar Nina. Mereka berdua sedang duduk santai di depan kolam renang sambil menjaga putra-putrinya. Sejak hubungan mereka makin dekat dengan Tari, baik Nina dan Andrian lebih sering ngobrol santai seperti sekarang. Sangat jauh berbeda dengan keadaan Lita, dia malah semakin terasa jauh dari Andrian.Hari demi hari, Lita makin membuat ulah. Andrian semakin dibuat kesal dengan tingkah ibu hamil satu itu. Oleh karena itulah, dia malas sekali menginap di rumah sang istri muda."Bunda nggak asyik. Ditanya apa, jawabnya apa?" Andrian merajuk. Namun, posisi duduknya makin mepet pada sang istri. Sebenarnya, hari ini ada jadwal kajian bersama Tari yang harus Nina datangi. Akan tetapi, karena sang suami minta ditemani di rumah.
Happy Reading*****Andrian segera melafalkan apa yang telah Tari ajarkan. Tangannya bergerak cepat memutar arah kemudi menuju kos-kosan gadis itu. Seketika dia sangat merindukan pujaan hatinya. Lalu, si lelaki mengetikkan chat yang mengabarkan bahwa dirinya akan datang berkunjung. Kepada Lita, Andrian mengirimkan balasan agar perempuan itu lebih berhati-hati dengan kandungannya. Meminta pada sang istri muda untuk tidak pulang terlalu malam. Sebuah notifikasi masuk ke ponsel Andrian. Ternyata balasan dari Tari."Boleh saja, tapi saya masih ada pengajian di musala dekat kos, Pak. Misalkan saya belum datang, tunggu saja di depan kamar. Lima belas menit lagi mungkin sudah selesai." Begitu balasan sang sekretaris.Setelah mendapat balasan dari sang pujaan, Andrian bersenandung riang. Suasana hatinya kembali bahagia, apalagi ketika dua kartu kredit miliknya yang dipegang oleh Lita telah berhasil dia blokir. Kini sang istri muda, hanya bisa berbelanja menggunakan kartu debit yang setiap bu
Happy Reading*****Lita masih asyik mencari barang-barang mewah di suatu mal. Dia belum sadar jika dua kartu kredit yang diberikan oleh sang suami telah diblokir. Dua tas mewah, tiga pasang sepatu serta beberapa pakaian sudah ada di keranjang belanjaannya. Lita dengan percaya diri menuju kasir. Hari sudah mulai gelap, sedangkan ibu hamil itu belum puas juga berbelanja."Gila kamu, Lit. Sekaya apa suamimu itu. Seharian ini kamu sudah ngabisin uangnya berpuluh-puluh juta," kata salah satu sahabat yang kini menemani wanita itu berbelanja."Kaya banget dan pastinya karena rasa cinta yang besar sama aku. Dia tidak pernah membatasi semua barang yang aku belanjakan," ucap Lita Jumawa. "Hitung sama punya temenku ini, Mbak," perintahnya pada kasir."Notanya mau dipisah apa bagaimana?" tanya si kasir untuk memastikan. "Satukan sajalah. Toh harganya tidak seberapa, kan." Lita makin jumawa saja membuat sahabatnya jengah.Kasir sudah memasukkan semua item barang pada komputer. Lalu, dia menyebut
Happy Reading*****Selesai dengan panggilan dari sang istri kedua, Andrian pamit pulang. Dia sudah malas melanjutkan perjalanan ke rumah Lita. Biarlah perempuan hamil itu marah. Siapa suruh keluyuran saat suami akan pulang."Pak," panggil Tari.Andrian yang baru melangkahkan kaki terpaksa berhenti dan menoleh. "Ada apa, Tar?""Banyak-banyak istighfar. Jangan membawa kemarahan pulang. Di rumah ada anak-anak dan Mbak Nina yang tidak tahu permasalahan Bapak dan Bu Lita. Hati-hati saat menyetir," ucap Tari.Andrian melengkungkan garis bibirnya ke atas. Tak disangka Tari berucap demikian. Ternyata dibalik ketegasan serta segala protes yang ditunjukkan selama ini. Gadis itu menyimpan simpati dan perhatian pada si bos."Siap komandan," ucap Andrian disertai tangan kanan yang menempel pada kening, memberi hormat pada sang sekretaris. "Mulai, lebay." "Biarin," jawab Andrian, "assalamualaikum, sayangku."Si gadis mendelik dan berkacak pinggang. Andrian kembali melanjutkan langkah dengan cep
Happy Reading *****Andrian tak dapat memejamkan mata. Setelah sesi ibadah menyenangkan bersama sang istri pertama, dia malah memikirkan banyak hal. Mulai dari perkataan si kecil Akmal dan juga kelakuan Lita. Dia juga memikirkan perkataan yang dilontarkan sang ustaz saat ceramah tadi. Beberapa bulan setelah mengenal Tari lebih dekat, Andrian memang lebih banyak mengontrol hasrat untuk hal-hal intim bersama pasangannya. Dia tak lagi menggebu-gebu seperti dahulu yang tak mengenal tempat. Jika sudah sangat ingin walau ditempat umum sekalipun langsung menyentuh sang istri. Mungkin, awal lelaki itu ingin mengenal agama lebih dalam adalah karena ingin memantaskan diri agar bisa bersanding dengan Tari. Namun, semakin Andrian mencoba mendalami agamanya, dia semakin tertarik dan merasa sangat kecil. Rasa itu muncul ketika anak-anaknya berkeluh kesah pada sang sekretaris kala itu.Andrian turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi. Dia mulai membersihkan diri walau tidak mandi wajib. Setela
Happy Reading*****Sekitar pukul sepuluh, Andrian kembali masuk ke ruangan Tari. Kali ini, lelaki itu mengucap salam dengan benar tanpa disertai embel-embel apa pun. "Sudah waktunya, ya, Pak?" tanya Tari."Iya. Ayo berangkat."Keduanya akan menemui salah satu rekanan untuk membicarakan perpanjangan kontrak mereka. Sekitar lima belas menit kemudian, mereka sudah sampai di sebuah restoran. Andrian dan Tari menghampiri meja orang yang mengajak mereka ketemuan saat ini. Setelah bersalaman dan berbincang sebentar. Tari meminta ijin pada si bos."Pak saya ke toilet sebentar," bisik Tari pada sang atasan. Andrian, hanya menganggukkan kepala. Sebelum membicarakan pekerjaan, mereka memesan minuman serta makanan. Rencana sekalian untuk makan siang.Tari berjalan dengan santai. Sebelum mencapai tempat tujuan, gadis itu melihat sosok perempuan yang dikenalnya duduk berduaan dengan seorang lelaki. Mereka seolah sengaja duduk di tempat yang sedikit tersembunyi dari keramaian restoran. Rasa penas
Happy Reading*****Demi meredakan ketegangan dan emosinya, Andrian meminum jus yang tinggal separuh. Rasa dingin mulai menjalar ke kerongkongan. Memejamkan mata sebentar, si bos menatap dua rekan kerjanya."Sebelumnya saya minta maaf, Pak. Saya nggak bisa berlama-lama pada jamuan kali ini. Saya pamit terlebih dahulu karena ada pekerjaan yang harus segera ditangani," ucap Andrian pada kedua rekan kerjanya. Salah satu dari kedua rekan itu langsung menjawab. "Silakan, Pak. Sepertinya mendesak sekali? Saya lihat Pak Andri dari tadi tidak tenang. Tidak masalah meninggalkan kami berdua. Setelah ini, kami juga akan kembali ke kantor." "Duluan saja, Pak Andri," sahut yang lain.Cukup bersyukur karena memiliki rekan kerja yang pengertian seperti dia orang ini. Si bos berdiri dan berkata, "Iya, sangat mendesak sekali, Pak." Andrian menjabat kedua tangan rekan kerjanya bergantian. Setelahnya, dia dan Tari segera meninggalkan restoran. Langkah kaki Andrian begitu tergesa untuk mencapai parki