Share

Bab 61: Percikan Ketidakpercayaan

Pagi hari berikutnya, Wulan terbangun dengan perasaan yang lebih waspada. Semakin lama, suasana di rumah ini terasa semakin tidak nyaman. Namun, seperti biasa, ia mencoba menutupi perasaan itu dengan senyum dan rutinitas yang tak berubah. Ia tahu bahwa menjaga penampilan dan ketenangan adalah kunci untuk bertahan dalam situasi ini.

Saat Wulan menyiapkan sarapan, ia tak bisa menahan perasaan was-was yang kembali menyelimuti pikirannya. Ana dan ibu mertuanya masih berada di kamar, tapi Wulan merasa seperti mereka sedang mengintai setiap langkahnya, seolah mereka tahu sesuatu yang tak boleh diketahui.

Ketika Dimas turun ke ruang makan, Wulan menyambutnya dengan senyum lembut. “Pagi, Mas. Tidurmu nyenyak?”

Dimas tersenyum sambil duduk di meja makan. “Pagi, sayang. Iya, tidurku nyenyak sekali. Kamu sendiri?”

“Lumayan,” jawab Wulan singkat. Ia tidak ingin membicarakan lebih banyak tentang malamnya yang dipenuhi pikiran dan ke

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status