Home / Romansa / Sekamar dengan Atasanku / 7. Kenyataan yang Meresahkan

Share

7. Kenyataan yang Meresahkan

Author: Yuneri ATR
last update Last Updated: 2023-10-05 22:01:47

Seperti kata pepatah, malu bertanya maka tak tahu. Kalau dibiarkan jadi penasaran. Serba salah bukan? 

Begitulah situasi hati dan pikiran Nita saat ini. Sejak mereka bertolak dari penginapan, otaknya mulai tidak konsen. Perubahan sikap Kandar yang terkesan mendadak sungguh membuat tanda tanya besar di kepala.

Apakah pria itu merasa malu gara-gara hampir menciumnya di parkiran penginapan tadi? Atau mungkin karena suatu alasan lain yang telah melibatnya dirinya? Nita sama sekali tidak bisa menebaknya. 

"Ayolah bicara dan tanyakan padanya langsung!" Seru perempuan itu dalam hati. Sementara matanya menatap lekat pada Kandar yang tengah fokus menyetir. 

Meskipun sudah sebulan menjadi istrinya, Nita masih agak canggung membahas sesuatu diluar pekerjaan. Apalagi jika menyangkut masalah privasi seperti ini. Bedacerita kalau Kandar yang memulainya terlebih dahulu.

"Apa harus aku memancingnya agar dia mau membahasnya terlebih dahulu?" batin Nita berbisik. 

 "Kenapa kamu menatap seperti itu? Baru sadar ya kalau suamimu ini ganteng?" Tiba-tiba saja Kandar bersuara. 

Nita langsung tercekat di tempat. Bisa-bisanya sang suami berkata demikian padahal sedang dalam posisi menatap kedepan sambil menyetir. Dia seperti punya mata ketiga saja. 

"B-bukan seperti itu. Tadi saya hanya asal melihat," kata Nita salah tingkah.

"Kalau benar juga tidak masalah. Memang faktanya kalau suamimu ini ganteng," ucap Kandar dengan pedenya. 

Cih, ge-er sekali dia. Memang sih ganteng tapi terkadang agak menyebalkan, Nita menggerutu dalam hati. Entah kenapa ia jadi kesal sendiri mendengarnya. 

Tapi, tunggu sebentar! Nita seperti diingatkan oleh sesuatu. Belum lama ini wajah Kandar terlihat seperti mau makan orang. Baginya cukup aneh jika langsung berubah ceria secepat itu. Apa jangan-jangan tadi dia hanya... 

Nita berdehem sejenak. "Pak suami!" Panggilnya.

"Ada apa?" sahut Kandar masih dalam posisi menyetir. 

"Apa tadi anda marah sama saya?" tanya Nita memastikan. 

Kening Kandar langsung mengkerut, namun masih tetap fokus dengan stir kemudinya. "Marah? Soal apa?" 

Yah, malah balik bertanya. Padahal jelas-jelas tadi raut wajahnya langsung berubah aneh sebelum bertolak dari penginapan. Apa Kandar sudah melupakannya? pikir Nita. 

"Soal... itu. Anu itu tadi." Nita tampak kesulitan mengatakannya. Padahal kalimat tersebut sudah di ujung lidah. 

"Anu apa?" tanya Kandar. 

"Itu, anu tadi disana." Lidah Nita terasa kelu mengatakannya. 

"Kamu kebelet pipis?" tebak Kandar. 

"Bukaan itu!" 

"Lalu?" 

Agrrh! Kenapa sulit sekali mengatakannya. Bisa tidak Kandar mengerti bahasa batin. Jadi tidak perlu repot-repot lagi bicara pakai bahasa bibir, pikir Nita. 

Tinggal ngomong saja padahal, kenapa tadi mereka tidak jadi cipokan. Yang ada malah sikap Kandar mendadak berubah lalu memilih buru-buru menghidupkan mesin mobil. Padahal Nita sudah sangat antusias menunggunya sampai bibir pegal, akibat terlalu lama memonyongkan bibir. 

"Nanti saja kita bahas kalau sudah agak tenang. Bapak fokus saja menyetir dulu." Nita akhirnya menyerah gara-gara teramat sulit bibirnya untuk diajak berkata-kata. 

"Yakin tidak mau sekarang?" tanya Kandar memastikan. 

"Yakin, bapak. Saya tidak ingin kita dalam masalah gara-gara bapak tidak fokus menyetir." Nita beralasan. Untunglah, Kandar bukan tipe pemaksa jadi pria itu tidak mempermasalahkannya.

***

Beberapa waktu berlalu, suasana dalam mobil kembali hening. Pasangan pasutri berstatus rangkap itu tampak sibuk dengan aktivitas mereka. Kandar tengah fokus menyetir, sementara Nita dalam diam terus mempertanyakan rasa penasarannya. 

Beberapa meter kebelakang, sebuah mobil hitam masih saja mengikuti kendaraan mereka. Tidak ada yang sadar akan hal itu. Awalnya si pengemudi terlihat biasa saja saat menyetir. Namun beberapa menit setelahnya sosok itu tampak terkejut luar biasa. 

"Sial! Hampir saja mau nabrak. Harusnya bilang dong dari awal kalau mau berhenti," ucapnya tak terima. 

Tiba-tiba saja kendaraan didepannya, alias mobil Kandar mendadak menepi ke pinggir jalan. Otomatis si pengemudi terkejut dan langsung ngerem mendadak. Namun sosok itu tetap melanjutkan perjalanan lalu kemudian berhenti di tepian yang lain. Seperti sengaja menunggu target mobil yang telah diincarnya. 

Sementara itu di dalam mobil Kandar... 

"Eh, kenapa kita berhenti disini? Apa ada sesuatu?" tanya Nita penasaran. 

Kandar tidak segera menjawab. Pria itu malah memilih menyambar botol minuman di dasbor mobil dan meneguknya. Nita menduga sang suami tiba-tiba menghentikan kendaraan karena sedang kehausan. 

"Bicaralah," ucap Kandar kemudian. 

Wajah Nita menunjukkan raut tidak mengerti. "Tentang apa?" 

"Masalah anu yang menganggumu tadi. Bukankah suasana seperti ini cukup tenang untuk bicara?" jelas Kandar. 

"Ah, ternyata masalah tadi." Nita membatin. 

Tak disangka Kandar masih tergerak ingin membahasnya. Jujur saja sekarang Nita mendadak gugup. Ditambah lagi tatapan sang suami yang begitu intens semakin mendukung suasana. Apakah mempertanyakan hal itu sekarang adalah tindakan tepat? 

"Ini kesempatan, Nita! Kalau tidak bertanya sekarang maka kamu tidak akan pernah tahu. Kesampingkan dulu rasa malumu itu," bisik batinnya seolah menguatkan.

Setelah menempuh pemanasan kata dan basa-basi yang lumayan memakan waktu. Pada akhirnya Nita mengeluarkan pertanyaan yang telah membuat dirinya penasaran sejauh ini. Tentang alasan kenapa tadi Kandar tiba-tiba menyuruhnya diam bahkan tanpa bergerak. Hanya itu, tanpa menyinggung masalah ciuman yang gagal.

"Oh, soal itu. Tadi ada sesuatu yang aneh menyangkut di rambutmu. Saya pikir itu bercak tahi burung, ternyata cuma serbuk bunga dandelion." Kandar akhirnya menjawab rasa penasaran itu. 

"Hanya itu?" Nita seakan tidak puas dengan jawaban yang didengarnya. 

"Benar hanya itu." Kandar mengatakannya dengan mantap, sama sekali tidak ada raut kebohongan disana. 

Hal ini benar-benar sangat tidak masuk akal bagi Nita. Bagaimana bisa serbuk bunga dandelion disamakan dengan bercak tahi burung. Miripnya dari mana coba? Terkesan seperti alasan yang dibuat-buat. 

"Hanya gara-gara itu bapak menahan saya. Sampai-sampai saya harus memenjamkan mata dan... dan..." 

Ah, Nita tak sanggup menyebut bagian terakhir. Tekanan darahnya mendadak naik mendengar alasan yang tidak masuk akal itu. Bagaimana bisa ia jadi salah paham dan mengira Kandar ingin menciumnya?

"Yah, memang kenyataannya begitu. Mau bagaimana lagi," sahut Kandar dengan ekspresi yang meyakinkan. 

Mimik serius wajah tampan itu sungguh melukai harga diri Nita. Rasanya ia ingin membenamkan diri ke dasar kursi mobil paling dalam. Situasi saat ini benar-benar memalukan! 

"Sudah pak, jangan bicara lagi! Saya tidak sanggup mendengarnya." Nita ingin mengakhiri obrolan mereka untuk meredakan rasa malunya. 

Hal itu sempat membuat hening sejenak. Kandar masih memperlihatkan tatapan bingung. Berusaha mencerna topik yang sedang dibicarakan.

"Sebentar…" Kandar seperti teringat sesuatu. "Kenapa tadi bibirmu monyong-monyong seperti tunggir ayam begitu. Jangan-jangan kamu...." 

Related chapters

  • Sekamar dengan Atasanku   8. Cium aku jika kamu tidak marah

    "Sudah hentikan! Jangan bahas itu lagi!"Nita tanpa sadar memekik. Akibat merasa terancam oleh ucapan Kandar yang nyaris membeberkan aibnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari kalimat pria itu. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba ma-rah..." "Tidak ada! Saya sedang malas mau bicara!" Mata Kandar sejenak menyipit. Merasa keheranan dengan perubahan sikap sang istri yang tiba-tiba. Baru saja mulutnya terbuka beberapa mili ingin mempertanyakan, Nita langsung menyambarnya lagi dengan kalimat telak."Jangan tanya alasannya kenapa. Pokoknya sekarang saya tidak ingin bicara!" Tekannya. Suasana dalam mobil seketika hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang sedang melintas. Di tengah keterdiaman mereka, Nita terus menatap pemandangan luar dari jendela mobil. Pikirannya teralih sejenak oleh bunga-bunga liar yang bermekaran di seberang jalan. Sementara itu, sosok di sebelahnya tengah berupaya memecahkan misteri penyebab mood sang istri yang mendadak

    Last Updated : 2023-10-09
  • Sekamar dengan Atasanku   9. Cup!

    CUP! Mata Nita sukses terbelalak saat sebuah kecupan mendarat di ujung bibir. Gerakan itu terlalu cepat sampai membuatnya melongo. Hingga beberapa saat kesadarannya kembali, mobil yang Kandar kemudikan sudah bergerak di jalan raya."Astaga! Itu, apaan tadi?" batin Nita tak percaya. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh ujung bibir. Bekas kecupan itu masih begitu terasa hingga membuat tubuhnya memanas. Ini pertama kalinya Nita merasakan sentuhan bibir seorang pria. Akibat hal itu tingkahnya terlihat seperti gadis remaja yang tengah puber. "Apakah ini yang namanya ciuman?" "Tidak, itu bukanlah ciuman!" "Hanya sedikit kulit yang menempel dan itupun hanya di ujung bibir. Mana bisa hal itu disebut ciuman." Nita terus bergelut dengan batin dan pikiran logisnya sepanjang perjalanan. Cukup lama perempuan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai akhirnya ia dikejutkan oleh pergerakan mobil yang tiba-tiba mengerem mendadak. "Astaga, apa lagi ini..." Ucapan Nita menggantung. Ia ingi

    Last Updated : 2023-10-19
  • Sekamar dengan Atasanku   10. Apa yang terjadi?

    Kandar langsung berdehem saat mendekati Nita dan Kenzie. Namun kedua orang ini begitu asyik mengobrol. Sama sekali tidak menyadari kehadirannya. “Hemm ...!” Kandar sekali lagi berdehem bermaksud menghentikan percakapan itu. Tapi tetap saja, tidak ada perubahan. Kandar yang telah kehabisan akal akhirnya menggunakan jurus terakhir. "NITA!" Panggilnya setengah teriak. Obrolan itu seketika terputus. Dua pasang mata di hadapan Kandar langsung menoleh ke arahnya. Tidak seperti Kenzie yang memperlihatkan raut wajah bingung. Sebaliknya Nita melototkan mata saat bersitatap dengan sang suami. "B-bapak?!" sahutnya gugup. Entah kenapa kemunculan kadar yang tiba-tiba membuat perasaan Nita bercampur aduk. Antara terkejut, heran dan penuh pertanyaan. Serta sedikit rasa bersalah. "Dia siapa, Nita?" tanya Kenzie terang-terangan. Kandar nyaris memperkenalkan diri namun Nita dengan cepat menjawab pertanyaan itu. "Beliau ini adalah atasan saya," ucapnya canggung. "Ah, anda atasan Nita r

    Last Updated : 2023-10-19
  • Sekamar dengan Atasanku   11. Tanda Mau Kawin

    Sore yang cerah, namun tidak secerah hati Nita. Perempuan itu duduk melamun di kamar sambil menatap sembarang ke luar jendela kaca. Segenap pikirannya sekarang masih tidak lepas oleh kejadian beberapa jam yang lalu.Saat itu Nita sedang bersiap untuk makan siang bersama Kandar. Dengan tatapan intens ia terus memperhatikan detik-detik sang suami menyantap masakannya. Perasan khawatir mulai menyerang jika rasanya tidak sesuai selera. Begitu makanan itu berhasil melewati kerongkongan Kandar tidak ada kesan mengecewakan yang terlihat. Benarkah demikian?"Bagaimana rasanya?" Nita memberanikan diri untuk memastikan."Sangat luar biasa," jawab Kandar singkat. Tapi sejurus itu tangannya langsung menyambar gelas minuman.Entah kenapa Nita merasa tidak yakin. Baginya gelagar Kandar agak sedikit meragukan. Apalagi ia lupa mencicipi rasa masakannya dan hanya bermodalkan feeling."Kamu tidak ikut makan?" Pertanyaan Kandar men

    Last Updated : 2023-10-23
  • Sekamar dengan Atasanku   12. Rencana Terselubung

    Suara dering ponsel memecah ruangan kamar bernuansa gelap. Menarik kesadaran Kandar dari ingatan masa lalu hingga membuatnya terkesiap sesaat. Buru-buru dia meraih ponsel. Sebuah nama familiar yang tertera di layar membuat dahinya mengernyit. Tumben sekali orang ini menelpon.“Halo?” sapa Kandar saat menjawab panggilan."Hai Bro, kau di mana sekarang?" tanya pria di seberang sana tanpa banyak basa-basi."Sekarang masih di rumah. Kenapa kau bertanya?" Kandar seperti mencurigai sesuatu. Tidak biasanya Rudy menelpon jika bukan karena hal darurat."Aku sekarang ada di kota L. Apakah pengantin baru menerima tamu di akhir pekan? Rencananya aku ingin mengujungimu hari ini," kata Rudy.Otak Kandar langsung berpikir cepat. Dia nyaris berkata tidak karena sudah merencanakan sesuatu bersama Nita nanti malam. Tapi setelah dipikir-pikir, justru dengan kemunculan Rudy akan memuluskan ide tersebut."Tentu, ka

    Last Updated : 2023-10-23
  • Sekamar dengan Atasanku   13. SDA

    SREEG! Pintu kamar terbuka pelan. Nita terlonjak kaget mendapati kemunculan Kandar yang tiba-tiba bersama bantal dan selimut di tangannya. Mau apa dia kemari? Jangan-jangan... "Saya masuk ya." Kandar langsung bicara, sebelum Nita sempat bertanya. "Ah, iya. Silahkan!" ucapnya setengah terpaksa. Mau ditolak juga percuma, Kandar sudah terlanjur memasuki kamar. Nita yang tadinya sedang berbaring buru-buru bangkit dan duduk di atas kasur. Bersamaan dengan itu pendengarannya menangkap suara khas anak kunci yang diputar cepat. "Kenapa pintunya dikunci? Jangan katakan kalau bapak mau..." Nita menatap tajam ke arah Kandar yang semakin mendekat. "Ini bagian dari rencana kita sebelumnya. Hanya sebagai alibi supaya Rudy tidak curiga." Kandar buru-buru menjelaskan. "Yakin hanya itu?" Nita memasang tampang ragu. Kandar mengangguk, seolah membenarkan. Raut wajahnya sangat meyakinkan di mata Nita. Haruskah ia mempercayainya? Sekalipun pria itu berbohong, tetap saja tidak akan menjadi

    Last Updated : 2023-11-26
  • Sekamar dengan Atasanku   14. SDA

    Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 pagi. Bagi seorang Nita, ia sedang dalam masalah besar. Perempuan itu tampak bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Meskipun rutinitas produktif akan dimulai 75 menit lagi, tetap saja ia merasa terancam akan telat datang ke kantor. "Kalau saja sekarang bukan hari senin pasti aku tidak sepanik ini," gumamnya cemas sambil meraih tas kerja dan bergegas keluar kamar. Bagaimana tidak panik kalau setiap senin jalanan selalu diwarnai dengan kemacetan. Belum lagi sulitnya mencari ojek yang bisa mengantar tepat waktu. Betapa Nita sangat menyesal karena gara-gara salah setel jam alarm, ia sampai bangun kesiangan. Lantas, bagaimana dengan Kandar? Tampaknya pria itu belum terlalu lama pergi. Jejak aroma apel segar miliknya masih tercium hingga ke pintu depan. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Nita. Sebab, selama ini mereka selalu berangkat kerja secara terpisah demi menghindari kecurigaan orang-orang di kantor. Belum lagi setelah kejadian kemarin

    Last Updated : 2023-11-28
  • Sekamar dengan Atasanku   15. SDA

    "Leherku?" Nita tertegun sesaat mendengar penuturan Mimi. Dalam waktu bersamaan tangan rampingnya mengusap batang leher dengan gerakan cepat. Berusaha menyembunyikan rasa keterkejutannya yang hampir meledak. Padahal, Nita sangat yakin bekas kemerahan itu nyaris hilang. Bahkan masih bisa tertutup oleh kerah kemeja yang dipakainya. Lantas, bagaimana bisa tanda kemerahan yang hampir memudar itu masih terlihatan oleh Mimi? Memangnya mata gadis itu mengandung sinar X-ray apa? "Ah, itu bukan apa-apa. Hanya bekas gigitan nyamuk saja," kilahnya beralasan. Nita sangat berharap rekannya itu percaya. "Benarkah?" Senyum Mimi melebar seperti meragukan ucapannya. "Tentu saja..." Nita memasang raut wajah yang meyakinkan. "Kamu tahu, aku memiliki tipe kulit yang susah hilang bekasnya kalau digigit nyamuk. Kata orang itu disebut darah manis." Khusus yang ini Nita berkata sesuai fakta. Tubuhnya memang rentan diincar nyamuk, terutama saat menjelang datang bulan. Jadi ia sangat ketergantungan

    Last Updated : 2023-12-12

Latest chapter

  • Sekamar dengan Atasanku   16. SDA

    Selama hampir tiga tahun bekerja di perusahaan perayaman, Nita baru dua kali bertatap muka langsung dengan direktur utama. Pertama, saat tes wawancara dan yang terakhir sewaktu penandatanganan kontrak. Setelah itu sosok petinggi mereka bagai tenggelam di dasar bumi. Keberadaannya benar-benar langka untuk ditemukan. Lantas sekarang, kenapa tiba-tiba malah ngajak bertemu? Mencurigakan! "Ada masalah apa kalau boleh tahu?" Pertanyaan Nita menahan posisi Vivian di dekat pintu. "Soal itu saya kurang tahu. Tugas saya hanya menyampaikan pesan dari pihak direktur utama," jawabnya dengan senyum formal. Otak Nita mulai menduga berbagai hal tentang kemungkinan-kemungkinan yang masuk akal. Mengingat momen seperti ini cukup langka baginya. Sementara wanita dua tahun diatas Nita itu nyaris beranjak dari posisinya. Namun terhalang oleh sahutan Kandar yang tiba-tiba. "Terimakasih atas informasinya, Vivian. Sebentar lagi kami akan datang ke sana," ucap pria itu. "Oh, baiklah. Nanti akan saya

  • Sekamar dengan Atasanku   15. SDA

    "Leherku?" Nita tertegun sesaat mendengar penuturan Mimi. Dalam waktu bersamaan tangan rampingnya mengusap batang leher dengan gerakan cepat. Berusaha menyembunyikan rasa keterkejutannya yang hampir meledak. Padahal, Nita sangat yakin bekas kemerahan itu nyaris hilang. Bahkan masih bisa tertutup oleh kerah kemeja yang dipakainya. Lantas, bagaimana bisa tanda kemerahan yang hampir memudar itu masih terlihatan oleh Mimi? Memangnya mata gadis itu mengandung sinar X-ray apa? "Ah, itu bukan apa-apa. Hanya bekas gigitan nyamuk saja," kilahnya beralasan. Nita sangat berharap rekannya itu percaya. "Benarkah?" Senyum Mimi melebar seperti meragukan ucapannya. "Tentu saja..." Nita memasang raut wajah yang meyakinkan. "Kamu tahu, aku memiliki tipe kulit yang susah hilang bekasnya kalau digigit nyamuk. Kata orang itu disebut darah manis." Khusus yang ini Nita berkata sesuai fakta. Tubuhnya memang rentan diincar nyamuk, terutama saat menjelang datang bulan. Jadi ia sangat ketergantungan

  • Sekamar dengan Atasanku   14. SDA

    Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 pagi. Bagi seorang Nita, ia sedang dalam masalah besar. Perempuan itu tampak bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Meskipun rutinitas produktif akan dimulai 75 menit lagi, tetap saja ia merasa terancam akan telat datang ke kantor. "Kalau saja sekarang bukan hari senin pasti aku tidak sepanik ini," gumamnya cemas sambil meraih tas kerja dan bergegas keluar kamar. Bagaimana tidak panik kalau setiap senin jalanan selalu diwarnai dengan kemacetan. Belum lagi sulitnya mencari ojek yang bisa mengantar tepat waktu. Betapa Nita sangat menyesal karena gara-gara salah setel jam alarm, ia sampai bangun kesiangan. Lantas, bagaimana dengan Kandar? Tampaknya pria itu belum terlalu lama pergi. Jejak aroma apel segar miliknya masih tercium hingga ke pintu depan. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Nita. Sebab, selama ini mereka selalu berangkat kerja secara terpisah demi menghindari kecurigaan orang-orang di kantor. Belum lagi setelah kejadian kemarin

  • Sekamar dengan Atasanku   13. SDA

    SREEG! Pintu kamar terbuka pelan. Nita terlonjak kaget mendapati kemunculan Kandar yang tiba-tiba bersama bantal dan selimut di tangannya. Mau apa dia kemari? Jangan-jangan... "Saya masuk ya." Kandar langsung bicara, sebelum Nita sempat bertanya. "Ah, iya. Silahkan!" ucapnya setengah terpaksa. Mau ditolak juga percuma, Kandar sudah terlanjur memasuki kamar. Nita yang tadinya sedang berbaring buru-buru bangkit dan duduk di atas kasur. Bersamaan dengan itu pendengarannya menangkap suara khas anak kunci yang diputar cepat. "Kenapa pintunya dikunci? Jangan katakan kalau bapak mau..." Nita menatap tajam ke arah Kandar yang semakin mendekat. "Ini bagian dari rencana kita sebelumnya. Hanya sebagai alibi supaya Rudy tidak curiga." Kandar buru-buru menjelaskan. "Yakin hanya itu?" Nita memasang tampang ragu. Kandar mengangguk, seolah membenarkan. Raut wajahnya sangat meyakinkan di mata Nita. Haruskah ia mempercayainya? Sekalipun pria itu berbohong, tetap saja tidak akan menjadi

  • Sekamar dengan Atasanku   12. Rencana Terselubung

    Suara dering ponsel memecah ruangan kamar bernuansa gelap. Menarik kesadaran Kandar dari ingatan masa lalu hingga membuatnya terkesiap sesaat. Buru-buru dia meraih ponsel. Sebuah nama familiar yang tertera di layar membuat dahinya mengernyit. Tumben sekali orang ini menelpon.“Halo?” sapa Kandar saat menjawab panggilan."Hai Bro, kau di mana sekarang?" tanya pria di seberang sana tanpa banyak basa-basi."Sekarang masih di rumah. Kenapa kau bertanya?" Kandar seperti mencurigai sesuatu. Tidak biasanya Rudy menelpon jika bukan karena hal darurat."Aku sekarang ada di kota L. Apakah pengantin baru menerima tamu di akhir pekan? Rencananya aku ingin mengujungimu hari ini," kata Rudy.Otak Kandar langsung berpikir cepat. Dia nyaris berkata tidak karena sudah merencanakan sesuatu bersama Nita nanti malam. Tapi setelah dipikir-pikir, justru dengan kemunculan Rudy akan memuluskan ide tersebut."Tentu, ka

  • Sekamar dengan Atasanku   11. Tanda Mau Kawin

    Sore yang cerah, namun tidak secerah hati Nita. Perempuan itu duduk melamun di kamar sambil menatap sembarang ke luar jendela kaca. Segenap pikirannya sekarang masih tidak lepas oleh kejadian beberapa jam yang lalu.Saat itu Nita sedang bersiap untuk makan siang bersama Kandar. Dengan tatapan intens ia terus memperhatikan detik-detik sang suami menyantap masakannya. Perasan khawatir mulai menyerang jika rasanya tidak sesuai selera. Begitu makanan itu berhasil melewati kerongkongan Kandar tidak ada kesan mengecewakan yang terlihat. Benarkah demikian?"Bagaimana rasanya?" Nita memberanikan diri untuk memastikan."Sangat luar biasa," jawab Kandar singkat. Tapi sejurus itu tangannya langsung menyambar gelas minuman.Entah kenapa Nita merasa tidak yakin. Baginya gelagar Kandar agak sedikit meragukan. Apalagi ia lupa mencicipi rasa masakannya dan hanya bermodalkan feeling."Kamu tidak ikut makan?" Pertanyaan Kandar men

  • Sekamar dengan Atasanku   10. Apa yang terjadi?

    Kandar langsung berdehem saat mendekati Nita dan Kenzie. Namun kedua orang ini begitu asyik mengobrol. Sama sekali tidak menyadari kehadirannya. “Hemm ...!” Kandar sekali lagi berdehem bermaksud menghentikan percakapan itu. Tapi tetap saja, tidak ada perubahan. Kandar yang telah kehabisan akal akhirnya menggunakan jurus terakhir. "NITA!" Panggilnya setengah teriak. Obrolan itu seketika terputus. Dua pasang mata di hadapan Kandar langsung menoleh ke arahnya. Tidak seperti Kenzie yang memperlihatkan raut wajah bingung. Sebaliknya Nita melototkan mata saat bersitatap dengan sang suami. "B-bapak?!" sahutnya gugup. Entah kenapa kemunculan kadar yang tiba-tiba membuat perasaan Nita bercampur aduk. Antara terkejut, heran dan penuh pertanyaan. Serta sedikit rasa bersalah. "Dia siapa, Nita?" tanya Kenzie terang-terangan. Kandar nyaris memperkenalkan diri namun Nita dengan cepat menjawab pertanyaan itu. "Beliau ini adalah atasan saya," ucapnya canggung. "Ah, anda atasan Nita r

  • Sekamar dengan Atasanku   9. Cup!

    CUP! Mata Nita sukses terbelalak saat sebuah kecupan mendarat di ujung bibir. Gerakan itu terlalu cepat sampai membuatnya melongo. Hingga beberapa saat kesadarannya kembali, mobil yang Kandar kemudikan sudah bergerak di jalan raya."Astaga! Itu, apaan tadi?" batin Nita tak percaya. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh ujung bibir. Bekas kecupan itu masih begitu terasa hingga membuat tubuhnya memanas. Ini pertama kalinya Nita merasakan sentuhan bibir seorang pria. Akibat hal itu tingkahnya terlihat seperti gadis remaja yang tengah puber. "Apakah ini yang namanya ciuman?" "Tidak, itu bukanlah ciuman!" "Hanya sedikit kulit yang menempel dan itupun hanya di ujung bibir. Mana bisa hal itu disebut ciuman." Nita terus bergelut dengan batin dan pikiran logisnya sepanjang perjalanan. Cukup lama perempuan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai akhirnya ia dikejutkan oleh pergerakan mobil yang tiba-tiba mengerem mendadak. "Astaga, apa lagi ini..." Ucapan Nita menggantung. Ia ingi

  • Sekamar dengan Atasanku   8. Cium aku jika kamu tidak marah

    "Sudah hentikan! Jangan bahas itu lagi!"Nita tanpa sadar memekik. Akibat merasa terancam oleh ucapan Kandar yang nyaris membeberkan aibnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari kalimat pria itu. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba ma-rah..." "Tidak ada! Saya sedang malas mau bicara!" Mata Kandar sejenak menyipit. Merasa keheranan dengan perubahan sikap sang istri yang tiba-tiba. Baru saja mulutnya terbuka beberapa mili ingin mempertanyakan, Nita langsung menyambarnya lagi dengan kalimat telak."Jangan tanya alasannya kenapa. Pokoknya sekarang saya tidak ingin bicara!" Tekannya. Suasana dalam mobil seketika hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang sedang melintas. Di tengah keterdiaman mereka, Nita terus menatap pemandangan luar dari jendela mobil. Pikirannya teralih sejenak oleh bunga-bunga liar yang bermekaran di seberang jalan. Sementara itu, sosok di sebelahnya tengah berupaya memecahkan misteri penyebab mood sang istri yang mendadak

DMCA.com Protection Status