Share

5. Astaga!

Author: Yuneri ATR
last update Last Updated: 2023-09-15 13:14:04

KLIKK! 

Sabuk pengaman baru saja terpasang sempurna di tubuh Kandar. Namun pria itu tidak segera menyalakan mesin mobil. Dia nampak ingin mengatakan sesuatu yang sejak tadi sudah ditahannya. 

"Tunggu sebentar, Nita! Jangan bergerak dulu!" 

Suara Kandar yang tiba-tiba sontak menahan aktivitas istrinya. Padahal Nita tengah bersiap-siap memasang sabuk pengaman di mobil. Ada apa ini? 

"Kenapa, Pak?" Nita menampakkan sedikit raut keheranan. 

"Panggil suami, Nita!" Kandar langsung menyela. 

Astaga, lagi-lagi permintaan panggilan itu. Nita menghela nafas sejenak. Jujur saja lidahnya masih terasa canggung karena belum terbiasa. 

"Kenapa pak suami tiba-tiba menahan saya? Apa anda membutuhkan sesuatu?" Pada akhirnya Nita mengikuti alur. 

"Bukan saya yang butuh tapi kamu." Jawaban Kandar justru membingungkan. 

"Eh, bagaimana? Maksudnya apa itu?" Nita berusaha ingin tahu. 

Bukannya menjawab wajah Kandar justru semakin mendekat. Gelagatnya tampak aneh, persis seperti adegan pria yang ingin mencium wanita di dalam film. Apa artinya Kandar ingin melakukan hal itu? 

"T-tunggu pak suami! Sebenarnya saya..." 

"Ssst! Jangan bergerak dulu Nita!" Kandar langsung membungkam bibirnya dengan jari telunjuk.

Ya, ampun! Kalau memang mau sayang-sayangan kenapa tidak dari dalam penginapan tadi? Apa Kandar butuh suasana berbeda? 

Padahal Nita ingin menyarankan hal itu untuk dilakukan dalam rumah. Malu kalau sampai ketahuan orang. Kan tidak lucu ada mobil gerak-gerak sendiri di siang hari. Di halaman parkiran penginapan pula. 

Nita yang sudah deg-degan parah refleks memejamkan mata. Bertepatan saat jari Kandar berpindah dari bibirnya sampai ke bagian dagu. Yah, walaupun belum siap untuk melakukan hubungan intim layaknya pasangan sungguhan tapi masalah sentuhan bibir ke bibir masih bisa dikondisikan. Apalagi Nita belum pernah merasakannya. 

Beberapa detik berselang… 

"Ternyata benda ini!" Seru Kandar setelah mengambil sesuatu di rambut Nita. 

Rupanya cuma serpihan bunga dandelion. Kandar sempat terpikir benda itu adalah bercak tahi burung. Syukurlah bukan, bikin cemas saja pikirnya. Sementara perempuan di sampingnya masih terpejam sambil memonyong-monyongkan bibir. 

"Pak suami, masih lama kah?" Nita berbicara dengan bibir monyongnya. 

Penampakannya benar-benar sangat menggemaskan. Mirip seperti lobang tunggir ayam hidup yang sedang bergerak-gerak saat dimainkan. Sungguh momen nostalgia bagi Kandar ketika bermain bersama para ayam sewaktu kecil dulu. 

"Sebentar lagi, Nita." Kandar berusaha menahan tawa sambil merekam gelagat Nita lewat ponsel. 

"Jangan lama-lama ya bibir saya sudah pegal ini," sahut Nita dan masih dengan bentuk bibir yang sama. 

Kali ini Kandar tak sanggup menyahut. Dia bahkan sampai menutup mulut dengan bantal leher untuk meredam suara tawanya. Baru setelah keadaan sedikit mereda pria itu berbicara dengan nada tenang yang dibuat-buat. 

"Cepat pakai sabuk pengamanmu, Nita. Kita berangkat sekarang!" perintahnya kemudian. 

"Eh…" 

Nita tercekat dan langsung membuka mata. Rasa penasarannya disambut oleh deru mesin mobil yang mulai bergerak menjauhi area parkir. Segera ia memasang sabuk pengaman sebelum bertanya lebih lanjut. Namun saat menoleh ke arah samping ekspresi wajah Kandar tampak sulit diprediksi. Padahal pria itu berusaha tenang setelah menertawakan gelagat istrinya. 

***

Hanya berselang beberapa menit setelah mobil Kandar keluar dari halaman penginapan. Sosok yang memperhatikan mereka sejak tadi turut mengikuti dari belakang. Pergerakannya sangat normal dan jauh dari kesan mencurigakan.

"Baiklah, kita lihat sampai dimana perjalanan kalian akan berakhir." Sosok itu menatap penuh minat pada kendaraan di depannya. 

Di sisi lain, Kandar tidak menyadari tengah diikuti dan masih terus fokus menyetir. Dia berusaha untuk tenang setelah melihat gelagat lucu sang istri. Sungguh, batin Kandar sedikit tersiksa karena tidak bisa tertawa dengan bebas. 

Sementara Nita masih jengkel dengan kejadian tadi. Sudah bersiap diri ingin melepas segel bibir pertamanya, eh malah tidak tadi. Bahkan ia tidak tahu alasannya kenapa wajah Kandar tampak berbeda. 

"Apa jangan-jangan karena mulutku bau?" Nita membatin. "Rasanya itu tidak mungkin, bukankah tadi aku sudah menggosok gigi setelah sarapan?" 

Tidak ingin terus berlarut dengan perasaannya perempuan itu mulai mengalihkan pikiran pada perangkat tablet. Mulai dari mengecek jadwal seminggu ke depan hingga memeriksa beberapa laporan pekerjaan. Meskipun sekarang sedang libur kerja Nita masih disibukkan oleh perannya sebagai asisten Kandar. 

Lantas, bagaimana bisa Nita berakhir menjadi bawahan suaminya? 

Semua berawal ketika Nita pindah tugas ke bagian tim perencanaan. Saat itu divisi mereka sedang merayakan penyambutan supervisor baru. Namun tidak semua orang bisa hadir karena terhalang oleh kegiatan di luar lapangan. Sepulang acara, Nita mendapat tugas titipan dari team leader untuk mengantar makanan ke salah satu atasan mereka.

"Oh, ya satu lagi Nita. Sekalian bawa sampel produk kita sama pak manajer. Beliau ingin memeriksanya langsung," kata team leader. 

"Baik bu kepala." Nita pun menyanggupi karena sudah tidak ada pilihan lain. Sebab team leader-nya juga ada kegiatan di luar lapangan. 

"Ah, kamu ini masih saja panggil saya bu kepala. Panggil kakak dong, umur kita kan tidak beda jauh. Lagi pula sekarang kita ada di luar kantor," ucap wanita tersebut. Padahal jarak usia mereka sekitar 12 tahun.

Nita mengiyakan dengan canggung. Tidak mudah baginya untuk melakukan hal itu. Sebab ia baru tiga minggu bergabung ke bagian tim perencanaan. 

"Kamu tahu kan ruang manajer kita?" tanyanya lagi. 

"Tahu buk, eh kak. Depan pintunya ada gambar stiker ayam, bukan?" jawab Nita memastikan.

Sontak team leader mengacungkan jempol padanya. Nita tersenyum lega. Sekalipun belum pernah melihat wajah manajer secara langsung tapi ia cukup hafal dengan ruangan atasan mereka. 

Seperti apa orangnya? Bayangan Nita tidak jauh dari pria berumur dengan perut buncit. Mengingat sebagian besar penghuni disini adalah orang-orang yang memiliki jam terbang tinggi. Sangat jarang diisi oleh karyawan usia muda seperti dirinya kecuali untuk posisi paling bawah. 

Tidak ada firasat apapun saat memasuki kantor. Namun atmosfernya mulai terasa berbeda ketika Nita melangkahkan kaki menuju ruangan manajer. Apalagi saat telinganya menangkap suara yang cukup aneh dari kejauhan. 

"Hah, huh, hah...!

Suaranya sekilas mirip seperti desahan di tengah kepedasan. Tapi jika didengar dengan seksama mirip seperti rintihan seseorang yang kesakitan. Benar-benar suara yang membingungkan. 

Pikiran Nita langsung tertuju pada sesuatu tapi tidak begitu yakin. Sampai akhirnya ia mendapati sumber suara berasal dari pintu dengan gambar stiker ayam. Tidak salah lagi, itu ruangan manajer mereka. 

"Hah, hah, auu! Pelan-pelan!" Suara khas seorang pria. 

Kedengarannya sangat membingungkan. Haruskah Nita kembali saja? Saat keinginan itu terbesit, barang bawaan di tangan seolah menyadarkannya. Titipan sampel produk dari team leader dan juga kantong yang berisi makanan. 

Nita berusaha menguatkan diri untuk mendekat. Hanya sebatas menggantungkan barang bawaan di knop pintu, tidak lebih! Namun yang terjadi sungguh diluar dugaan. 

Related chapters

  • Sekamar dengan Atasanku   6. Dasar Kandar!

    "Hey, kamu! Kenapa berdiri disitu?" Suara seorang pria mengejutkan dari belakang. Tubuh Nita langsung bergidik kaget. Belum juga melangkah ke arah pintu ruangan manajer sebuah gangguan lain datang menyapa. Betapa ia sangat terkejut saat mendapati siapa sosok pria di belakangnya. "Kamu?!" Seru mereka serempak. "Kenapa kamu ada disini?" ucap keduanya bersamaan. "Astaga! Dia lagi... dia lagi. Kenapa hampir disemua tempat pria mangkok ayam ini selalu ada?" Nita membatin cemas. Tidak hanya dirinya yang terkejut. Raut wajah pria itupun tak kalah kaget. Namun percakapan di antara mereka tidak sempat berlanjut. Lantaran dari ruangan manajer terdengar seseorang memanggil nama Kandar. Lalu pria mangkok ayam itu langsung merespon. "Kandar? Jadi ini nama pria mangkok ayam itu?" batin Nita terperangah .Akhirnya terkuak juga nama asli pria yang sempat membuat penasaran. Tak ingin memperpanjang masalah, Nita pun berinisiatif untuk menyingkir dari hadapan Kandar. Sialnya baru saja mau angkat

    Last Updated : 2023-10-01
  • Sekamar dengan Atasanku   7. Kenyataan yang Meresahkan

    Seperti kata pepatah, malu bertanya maka tak tahu. Kalau dibiarkan jadi penasaran. Serba salah bukan? Begitulah situasi hati dan pikiran Nita saat ini. Sejak mereka bertolak dari penginapan, otaknya mulai tidak konsen. Perubahan sikap Kandar yang terkesan mendadak sungguh membuat tanda tanya besar di kepala. Apakah pria itu merasa malu gara-gara hampir menciumnya di parkiran penginapan tadi? Atau mungkin karena suatu alasan lain yang telah melibatnya dirinya? Nita sama sekali tidak bisa menebaknya. "Ayolah bicara dan tanyakan padanya langsung!" Seru perempuan itu dalam hati. Sementara matanya menatap lekat pada Kandar yang tengah fokus menyetir. Meskipun sudah sebulan menjadi istrinya, Nita masih agak canggung membahas sesuatu diluar pekerjaan. Apalagi jika menyangkut masalah privasi seperti ini. Bedacerita kalau Kandar yang memulainya terlebih dahulu. "Apa harus aku memancingnya agar dia mau membahasnya terlebih dahulu?" batin Nita berbisik. "Kenapa kamu menatap seperti itu

    Last Updated : 2023-10-05
  • Sekamar dengan Atasanku   8. Cium aku jika kamu tidak marah

    "Sudah hentikan! Jangan bahas itu lagi!"Nita tanpa sadar memekik. Akibat merasa terancam oleh ucapan Kandar yang nyaris membeberkan aibnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari kalimat pria itu. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba ma-rah..." "Tidak ada! Saya sedang malas mau bicara!" Mata Kandar sejenak menyipit. Merasa keheranan dengan perubahan sikap sang istri yang tiba-tiba. Baru saja mulutnya terbuka beberapa mili ingin mempertanyakan, Nita langsung menyambarnya lagi dengan kalimat telak."Jangan tanya alasannya kenapa. Pokoknya sekarang saya tidak ingin bicara!" Tekannya. Suasana dalam mobil seketika hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang sedang melintas. Di tengah keterdiaman mereka, Nita terus menatap pemandangan luar dari jendela mobil. Pikirannya teralih sejenak oleh bunga-bunga liar yang bermekaran di seberang jalan. Sementara itu, sosok di sebelahnya tengah berupaya memecahkan misteri penyebab mood sang istri yang mendadak

    Last Updated : 2023-10-09
  • Sekamar dengan Atasanku   9. Cup!

    CUP! Mata Nita sukses terbelalak saat sebuah kecupan mendarat di ujung bibir. Gerakan itu terlalu cepat sampai membuatnya melongo. Hingga beberapa saat kesadarannya kembali, mobil yang Kandar kemudikan sudah bergerak di jalan raya."Astaga! Itu, apaan tadi?" batin Nita tak percaya. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh ujung bibir. Bekas kecupan itu masih begitu terasa hingga membuat tubuhnya memanas. Ini pertama kalinya Nita merasakan sentuhan bibir seorang pria. Akibat hal itu tingkahnya terlihat seperti gadis remaja yang tengah puber. "Apakah ini yang namanya ciuman?" "Tidak, itu bukanlah ciuman!" "Hanya sedikit kulit yang menempel dan itupun hanya di ujung bibir. Mana bisa hal itu disebut ciuman." Nita terus bergelut dengan batin dan pikiran logisnya sepanjang perjalanan. Cukup lama perempuan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai akhirnya ia dikejutkan oleh pergerakan mobil yang tiba-tiba mengerem mendadak. "Astaga, apa lagi ini..." Ucapan Nita menggantung. Ia ingi

    Last Updated : 2023-10-19
  • Sekamar dengan Atasanku   10. Apa yang terjadi?

    Kandar langsung berdehem saat mendekati Nita dan Kenzie. Namun kedua orang ini begitu asyik mengobrol. Sama sekali tidak menyadari kehadirannya. “Hemm ...!” Kandar sekali lagi berdehem bermaksud menghentikan percakapan itu. Tapi tetap saja, tidak ada perubahan. Kandar yang telah kehabisan akal akhirnya menggunakan jurus terakhir. "NITA!" Panggilnya setengah teriak. Obrolan itu seketika terputus. Dua pasang mata di hadapan Kandar langsung menoleh ke arahnya. Tidak seperti Kenzie yang memperlihatkan raut wajah bingung. Sebaliknya Nita melototkan mata saat bersitatap dengan sang suami. "B-bapak?!" sahutnya gugup. Entah kenapa kemunculan kadar yang tiba-tiba membuat perasaan Nita bercampur aduk. Antara terkejut, heran dan penuh pertanyaan. Serta sedikit rasa bersalah. "Dia siapa, Nita?" tanya Kenzie terang-terangan. Kandar nyaris memperkenalkan diri namun Nita dengan cepat menjawab pertanyaan itu. "Beliau ini adalah atasan saya," ucapnya canggung. "Ah, anda atasan Nita r

    Last Updated : 2023-10-19
  • Sekamar dengan Atasanku   11. Tanda Mau Kawin

    Sore yang cerah, namun tidak secerah hati Nita. Perempuan itu duduk melamun di kamar sambil menatap sembarang ke luar jendela kaca. Segenap pikirannya sekarang masih tidak lepas oleh kejadian beberapa jam yang lalu.Saat itu Nita sedang bersiap untuk makan siang bersama Kandar. Dengan tatapan intens ia terus memperhatikan detik-detik sang suami menyantap masakannya. Perasan khawatir mulai menyerang jika rasanya tidak sesuai selera. Begitu makanan itu berhasil melewati kerongkongan Kandar tidak ada kesan mengecewakan yang terlihat. Benarkah demikian?"Bagaimana rasanya?" Nita memberanikan diri untuk memastikan."Sangat luar biasa," jawab Kandar singkat. Tapi sejurus itu tangannya langsung menyambar gelas minuman.Entah kenapa Nita merasa tidak yakin. Baginya gelagar Kandar agak sedikit meragukan. Apalagi ia lupa mencicipi rasa masakannya dan hanya bermodalkan feeling."Kamu tidak ikut makan?" Pertanyaan Kandar men

    Last Updated : 2023-10-23
  • Sekamar dengan Atasanku   12. Rencana Terselubung

    Suara dering ponsel memecah ruangan kamar bernuansa gelap. Menarik kesadaran Kandar dari ingatan masa lalu hingga membuatnya terkesiap sesaat. Buru-buru dia meraih ponsel. Sebuah nama familiar yang tertera di layar membuat dahinya mengernyit. Tumben sekali orang ini menelpon.“Halo?” sapa Kandar saat menjawab panggilan."Hai Bro, kau di mana sekarang?" tanya pria di seberang sana tanpa banyak basa-basi."Sekarang masih di rumah. Kenapa kau bertanya?" Kandar seperti mencurigai sesuatu. Tidak biasanya Rudy menelpon jika bukan karena hal darurat."Aku sekarang ada di kota L. Apakah pengantin baru menerima tamu di akhir pekan? Rencananya aku ingin mengujungimu hari ini," kata Rudy.Otak Kandar langsung berpikir cepat. Dia nyaris berkata tidak karena sudah merencanakan sesuatu bersama Nita nanti malam. Tapi setelah dipikir-pikir, justru dengan kemunculan Rudy akan memuluskan ide tersebut."Tentu, ka

    Last Updated : 2023-10-23
  • Sekamar dengan Atasanku   13. SDA

    SREEG! Pintu kamar terbuka pelan. Nita terlonjak kaget mendapati kemunculan Kandar yang tiba-tiba bersama bantal dan selimut di tangannya. Mau apa dia kemari? Jangan-jangan... "Saya masuk ya." Kandar langsung bicara, sebelum Nita sempat bertanya. "Ah, iya. Silahkan!" ucapnya setengah terpaksa. Mau ditolak juga percuma, Kandar sudah terlanjur memasuki kamar. Nita yang tadinya sedang berbaring buru-buru bangkit dan duduk di atas kasur. Bersamaan dengan itu pendengarannya menangkap suara khas anak kunci yang diputar cepat. "Kenapa pintunya dikunci? Jangan katakan kalau bapak mau..." Nita menatap tajam ke arah Kandar yang semakin mendekat. "Ini bagian dari rencana kita sebelumnya. Hanya sebagai alibi supaya Rudy tidak curiga." Kandar buru-buru menjelaskan. "Yakin hanya itu?" Nita memasang tampang ragu. Kandar mengangguk, seolah membenarkan. Raut wajahnya sangat meyakinkan di mata Nita. Haruskah ia mempercayainya? Sekalipun pria itu berbohong, tetap saja tidak akan menjadi

    Last Updated : 2023-11-26

Latest chapter

  • Sekamar dengan Atasanku   16. SDA

    Selama hampir tiga tahun bekerja di perusahaan perayaman, Nita baru dua kali bertatap muka langsung dengan direktur utama. Pertama, saat tes wawancara dan yang terakhir sewaktu penandatanganan kontrak. Setelah itu sosok petinggi mereka bagai tenggelam di dasar bumi. Keberadaannya benar-benar langka untuk ditemukan. Lantas sekarang, kenapa tiba-tiba malah ngajak bertemu? Mencurigakan! "Ada masalah apa kalau boleh tahu?" Pertanyaan Nita menahan posisi Vivian di dekat pintu. "Soal itu saya kurang tahu. Tugas saya hanya menyampaikan pesan dari pihak direktur utama," jawabnya dengan senyum formal. Otak Nita mulai menduga berbagai hal tentang kemungkinan-kemungkinan yang masuk akal. Mengingat momen seperti ini cukup langka baginya. Sementara wanita dua tahun diatas Nita itu nyaris beranjak dari posisinya. Namun terhalang oleh sahutan Kandar yang tiba-tiba. "Terimakasih atas informasinya, Vivian. Sebentar lagi kami akan datang ke sana," ucap pria itu. "Oh, baiklah. Nanti akan saya

  • Sekamar dengan Atasanku   15. SDA

    "Leherku?" Nita tertegun sesaat mendengar penuturan Mimi. Dalam waktu bersamaan tangan rampingnya mengusap batang leher dengan gerakan cepat. Berusaha menyembunyikan rasa keterkejutannya yang hampir meledak. Padahal, Nita sangat yakin bekas kemerahan itu nyaris hilang. Bahkan masih bisa tertutup oleh kerah kemeja yang dipakainya. Lantas, bagaimana bisa tanda kemerahan yang hampir memudar itu masih terlihatan oleh Mimi? Memangnya mata gadis itu mengandung sinar X-ray apa? "Ah, itu bukan apa-apa. Hanya bekas gigitan nyamuk saja," kilahnya beralasan. Nita sangat berharap rekannya itu percaya. "Benarkah?" Senyum Mimi melebar seperti meragukan ucapannya. "Tentu saja..." Nita memasang raut wajah yang meyakinkan. "Kamu tahu, aku memiliki tipe kulit yang susah hilang bekasnya kalau digigit nyamuk. Kata orang itu disebut darah manis." Khusus yang ini Nita berkata sesuai fakta. Tubuhnya memang rentan diincar nyamuk, terutama saat menjelang datang bulan. Jadi ia sangat ketergantungan

  • Sekamar dengan Atasanku   14. SDA

    Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 pagi. Bagi seorang Nita, ia sedang dalam masalah besar. Perempuan itu tampak bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Meskipun rutinitas produktif akan dimulai 75 menit lagi, tetap saja ia merasa terancam akan telat datang ke kantor. "Kalau saja sekarang bukan hari senin pasti aku tidak sepanik ini," gumamnya cemas sambil meraih tas kerja dan bergegas keluar kamar. Bagaimana tidak panik kalau setiap senin jalanan selalu diwarnai dengan kemacetan. Belum lagi sulitnya mencari ojek yang bisa mengantar tepat waktu. Betapa Nita sangat menyesal karena gara-gara salah setel jam alarm, ia sampai bangun kesiangan. Lantas, bagaimana dengan Kandar? Tampaknya pria itu belum terlalu lama pergi. Jejak aroma apel segar miliknya masih tercium hingga ke pintu depan. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Nita. Sebab, selama ini mereka selalu berangkat kerja secara terpisah demi menghindari kecurigaan orang-orang di kantor. Belum lagi setelah kejadian kemarin

  • Sekamar dengan Atasanku   13. SDA

    SREEG! Pintu kamar terbuka pelan. Nita terlonjak kaget mendapati kemunculan Kandar yang tiba-tiba bersama bantal dan selimut di tangannya. Mau apa dia kemari? Jangan-jangan... "Saya masuk ya." Kandar langsung bicara, sebelum Nita sempat bertanya. "Ah, iya. Silahkan!" ucapnya setengah terpaksa. Mau ditolak juga percuma, Kandar sudah terlanjur memasuki kamar. Nita yang tadinya sedang berbaring buru-buru bangkit dan duduk di atas kasur. Bersamaan dengan itu pendengarannya menangkap suara khas anak kunci yang diputar cepat. "Kenapa pintunya dikunci? Jangan katakan kalau bapak mau..." Nita menatap tajam ke arah Kandar yang semakin mendekat. "Ini bagian dari rencana kita sebelumnya. Hanya sebagai alibi supaya Rudy tidak curiga." Kandar buru-buru menjelaskan. "Yakin hanya itu?" Nita memasang tampang ragu. Kandar mengangguk, seolah membenarkan. Raut wajahnya sangat meyakinkan di mata Nita. Haruskah ia mempercayainya? Sekalipun pria itu berbohong, tetap saja tidak akan menjadi

  • Sekamar dengan Atasanku   12. Rencana Terselubung

    Suara dering ponsel memecah ruangan kamar bernuansa gelap. Menarik kesadaran Kandar dari ingatan masa lalu hingga membuatnya terkesiap sesaat. Buru-buru dia meraih ponsel. Sebuah nama familiar yang tertera di layar membuat dahinya mengernyit. Tumben sekali orang ini menelpon.“Halo?” sapa Kandar saat menjawab panggilan."Hai Bro, kau di mana sekarang?" tanya pria di seberang sana tanpa banyak basa-basi."Sekarang masih di rumah. Kenapa kau bertanya?" Kandar seperti mencurigai sesuatu. Tidak biasanya Rudy menelpon jika bukan karena hal darurat."Aku sekarang ada di kota L. Apakah pengantin baru menerima tamu di akhir pekan? Rencananya aku ingin mengujungimu hari ini," kata Rudy.Otak Kandar langsung berpikir cepat. Dia nyaris berkata tidak karena sudah merencanakan sesuatu bersama Nita nanti malam. Tapi setelah dipikir-pikir, justru dengan kemunculan Rudy akan memuluskan ide tersebut."Tentu, ka

  • Sekamar dengan Atasanku   11. Tanda Mau Kawin

    Sore yang cerah, namun tidak secerah hati Nita. Perempuan itu duduk melamun di kamar sambil menatap sembarang ke luar jendela kaca. Segenap pikirannya sekarang masih tidak lepas oleh kejadian beberapa jam yang lalu.Saat itu Nita sedang bersiap untuk makan siang bersama Kandar. Dengan tatapan intens ia terus memperhatikan detik-detik sang suami menyantap masakannya. Perasan khawatir mulai menyerang jika rasanya tidak sesuai selera. Begitu makanan itu berhasil melewati kerongkongan Kandar tidak ada kesan mengecewakan yang terlihat. Benarkah demikian?"Bagaimana rasanya?" Nita memberanikan diri untuk memastikan."Sangat luar biasa," jawab Kandar singkat. Tapi sejurus itu tangannya langsung menyambar gelas minuman.Entah kenapa Nita merasa tidak yakin. Baginya gelagar Kandar agak sedikit meragukan. Apalagi ia lupa mencicipi rasa masakannya dan hanya bermodalkan feeling."Kamu tidak ikut makan?" Pertanyaan Kandar men

  • Sekamar dengan Atasanku   10. Apa yang terjadi?

    Kandar langsung berdehem saat mendekati Nita dan Kenzie. Namun kedua orang ini begitu asyik mengobrol. Sama sekali tidak menyadari kehadirannya. “Hemm ...!” Kandar sekali lagi berdehem bermaksud menghentikan percakapan itu. Tapi tetap saja, tidak ada perubahan. Kandar yang telah kehabisan akal akhirnya menggunakan jurus terakhir. "NITA!" Panggilnya setengah teriak. Obrolan itu seketika terputus. Dua pasang mata di hadapan Kandar langsung menoleh ke arahnya. Tidak seperti Kenzie yang memperlihatkan raut wajah bingung. Sebaliknya Nita melototkan mata saat bersitatap dengan sang suami. "B-bapak?!" sahutnya gugup. Entah kenapa kemunculan kadar yang tiba-tiba membuat perasaan Nita bercampur aduk. Antara terkejut, heran dan penuh pertanyaan. Serta sedikit rasa bersalah. "Dia siapa, Nita?" tanya Kenzie terang-terangan. Kandar nyaris memperkenalkan diri namun Nita dengan cepat menjawab pertanyaan itu. "Beliau ini adalah atasan saya," ucapnya canggung. "Ah, anda atasan Nita r

  • Sekamar dengan Atasanku   9. Cup!

    CUP! Mata Nita sukses terbelalak saat sebuah kecupan mendarat di ujung bibir. Gerakan itu terlalu cepat sampai membuatnya melongo. Hingga beberapa saat kesadarannya kembali, mobil yang Kandar kemudikan sudah bergerak di jalan raya."Astaga! Itu, apaan tadi?" batin Nita tak percaya. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh ujung bibir. Bekas kecupan itu masih begitu terasa hingga membuat tubuhnya memanas. Ini pertama kalinya Nita merasakan sentuhan bibir seorang pria. Akibat hal itu tingkahnya terlihat seperti gadis remaja yang tengah puber. "Apakah ini yang namanya ciuman?" "Tidak, itu bukanlah ciuman!" "Hanya sedikit kulit yang menempel dan itupun hanya di ujung bibir. Mana bisa hal itu disebut ciuman." Nita terus bergelut dengan batin dan pikiran logisnya sepanjang perjalanan. Cukup lama perempuan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai akhirnya ia dikejutkan oleh pergerakan mobil yang tiba-tiba mengerem mendadak. "Astaga, apa lagi ini..." Ucapan Nita menggantung. Ia ingi

  • Sekamar dengan Atasanku   8. Cium aku jika kamu tidak marah

    "Sudah hentikan! Jangan bahas itu lagi!"Nita tanpa sadar memekik. Akibat merasa terancam oleh ucapan Kandar yang nyaris membeberkan aibnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari kalimat pria itu. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba ma-rah..." "Tidak ada! Saya sedang malas mau bicara!" Mata Kandar sejenak menyipit. Merasa keheranan dengan perubahan sikap sang istri yang tiba-tiba. Baru saja mulutnya terbuka beberapa mili ingin mempertanyakan, Nita langsung menyambarnya lagi dengan kalimat telak."Jangan tanya alasannya kenapa. Pokoknya sekarang saya tidak ingin bicara!" Tekannya. Suasana dalam mobil seketika hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang sedang melintas. Di tengah keterdiaman mereka, Nita terus menatap pemandangan luar dari jendela mobil. Pikirannya teralih sejenak oleh bunga-bunga liar yang bermekaran di seberang jalan. Sementara itu, sosok di sebelahnya tengah berupaya memecahkan misteri penyebab mood sang istri yang mendadak

DMCA.com Protection Status