Home / Romansa / Sekamar dengan Atasanku / 4. Kesempatan dalam Kesempitan

Share

4. Kesempatan dalam Kesempitan

Author: Yuneri ATR
last update Last Updated: 2023-09-15 13:13:54

Argggh! 

Teriakan Nita menggelegar di dalam ruangan. Semula ia pikir sedang bermimpi. Rupanya tidak, sosok Kandar memanglah nyata dan tidur di sampingnya. 

"Hey, sudah bangun?" sapa Kandar sambil menguap. Dia turut terbangun gara-gara mendengar teriakan itu. 

"Bapak apakan saya! Kenapa saya bisa ada di kasur ini?!" Todong Nita sambil menarik selimut, menutupi tubuhnya yang masih berpakaian lengkap. 

"Apanya yang kenapa, kamu sendiri yang datang kemari," kata Kandar dengan wajah masih mengantuk. Sama sekali tidak terpengaruh dengan reaksi sang istri. 

"Mustahil! Jelas-jelas tadi malam saya langsung tidur dan tidak pergi kemanapun." Nita berusaha membela diri. Ia masih ingat bagaimana kondisinya terakhir sebelum menutup mata. 

"Lah, ini buktinya kamu berada disini. Saya pikir kamu sudah siap mau tidur sekasur bersama. Makanya saya membiarkan kamu," jawabnya dengan tenang. 

Lagi-lagi ucapan Kandar sulit diterima nalar. Benarkah demikian? Rasanya itu teramat sangat mustahil bagi Nita. 

"Bohong! Tidak mungkin saya mengigau sampai nyasar ke kasur lain. Pasti ini ulah bapak, kan?" Nita masih bersikukuh dengan asumsinya. 

"Lalu menurutmu, saya yang mengigau dan mengangkatmu ke kasur ini?" Kandar malah balik bertanya. 

Yah, mana Nita tahu. Kalau benar kenyataannya demikian bukankah sangat wajar jika Kandar tidak sadar? Namun pria itu tetap saja berkelit dan terus saja menuduhnya. Andai saja di ruangan ini ada kamera CCTV pasti tidak akan sulit mencari bukti. 

Makin kesini mereka terus berdebat dan saling menyalahkan. Nita semakin terpojok, walau firasat berkata hal itu tidaklah mungkin. Namun, disisi otaknya yang lain mulai memunculkan asumsi berbeda. Bagaimana kalau memang benar kejadian demikian? Saking ngantuknya ia tidak sadar berjalan ke kasur sebelah gara-gara terbawa suasana memikirkan Kandar sebelum tidur? 

"Itu tidak mungkin! Pasti bapak yang membawa saya kesana?!" Teriak Nita ditengah perdebatan. 

"Tidak ada yang tidak mungkin Nita, jika alam bawah sadarmu sendiri yang melakukannya. Apalagi Jika kamu mulai penasaran dengan yang di dalam celana ini." Kandar mengisyaratkan tentang bagian kejantanannya. 

Nita yang sudah kepalang kesal bercampur malu refleks mendorong pria itu. Tubuh Kandar kehilangan kendali hingga jatuh terjengkang menghantam lantai. Hanya dalam hitungan detik suara ringisan kecil mulai mengudara. 

"Aduduuh! Nita, kamu kejam sekali." Kandar mengerang kesakitan. 

"Rasakan! Siapa suruh kamu mengerjaiku." Nita membatin puas sambil tersenyum jahat. 

Sengaja ia tidak mengatakan sepatah kata pun membiarkan Kandar larut dalam karmanya sendiri. Tapi setelah dipikir-pikir kasihan juga, pria itu masih belum bisa bangkit sejak tadi. Nita akhirnya beranjak dari tempat tidur untuk memastikan. Kandar tampak terkapar menahan sakit. Bahkan matanya sampai berair. Apa rasanya sesakit itu?

"Sakit pak?" tanya Nita cemas, saat menghampiri tubuh sang suami. Walau bagaimanapun semua ini terjadi karena campur tangannya juga. 

"Sakit, Nit. Rasanya nyawa mau lepas," sahut Kandar di sela menahan rasa sakit.

Astaga! Mendadak Nita disergap rasa bersalah. Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu pada Kandar? Sungguh ia merasa khawatir luar biasa. 

"Bagian mana yang sakit?" tanyanya cemas. 

"Disini!" Kandar mengarahkan tangan Nita pada tonjolan miliknya yang terbungkus boxer. 

"Sakit sekali disini, coba kamu elus pelan-pelan mungkin akan segera membaik," lanjut Kandar dengan mimik wajah kasihan.

Nita merasa aneh sendiri. Baru kali ini ia menyentuh kejantanan pria secara langsung. Tonjolannya cukup terasa meski masih terbungkus celana. Sekilas seperti kuncup jamur merang berukuran jumbo. 

"Benar, cuma dielus-elus saja?" tanya Nita dengan polosnya. Masih berpikir positif tentang kesakitan yang suaminya rasakan.

Kandar hanya mengangguk seolah menjawab iya. Nita mulai bergerak dan menuruti perintah tersebut. Lalu apa yang terjadi?

***

Beberapa menit setelah itu... 

"Ahhh... uhh.. Ahh!"

Irama syahdu itu seakan saling bersahutan memenuhi ruangan yang mereka tempati. Deru nafas Kandar naik turun. Sesekali dia meringis saat merasakan gelayar panas pada sebagian tubuhnya. 

"Pelan-pelan, Nita!" pinta Kandar. 

"Ini sudah pelan loh Pak!" Sahut perempuan itu. 

Kegiatan elus mengelus yang seharusnya terjadi di satu titik privasi seketika berpindah haluan ke posisi lain. Lantaran pada detik-detik terakhir Kandar mendadak mengerang karena kesemutan. Ditambah lagi punggungnya yang tiba-tiba terasa nyeri mencengkram akibat benturan tadi. Gagal sudah harapan si bonggol jamur dapat jatah. 

"Makanya pak rajin-rajin olahraga biar peredaran darah lancar dan tidak gampang kesemutan," cibir Nita sambil mengoleskan balsem di punggung suaminya. Maklum belakangan ini mereka sibuk dengan aktivitas di luar kantor. 

Kandar tersenyum getir. "Padahal kita hampir saja melakukan olahraga tadi." 

"Hmm, kapan itu?" tanya Nita tak yakin. 

"Tadi, kamu saja yang tidak sadar." Kandar mengisyaratkan tentang aktivitas fisik antara pasangan sah, namun malah ditanggapi berbeda oleh istrinya. 

"Kapaan?" Nita masih penasaran akan hal itu. 

Kandar yang sudah kehilangan mood segera mengalihkan topik pembicaraan. "Sudahlah, lupakan saja. Kalau sudah selesai, nanti hubungi staf penginapan untuk membawa sarapan ke kamar." 

***

Dua jam berlalu, pasangan pasutri itu akhirnya check out juga dari penginapan. Penampilan Kandar yang berjalan sedikit pincang menarik perhatian para staf di meja resepsionis. Mereka membayangkan sesuatu yang mesum. Menuding Nita telah menyerang Kandar dengan ganas. 

"Heh, jorok sekali pikiranmu. Masak cuma gara-gara pakai gaya es lilin saja bisa bikin pincang. Kan cuma diemut doang?" kata wanita pertama. 

Wanita kedua terkekeh. "Yah, mana tahu. Liatlah jalan si laki yang pincang itu padahal kemarin dia baik-baik saja sewaktu masuk. Kalau aku jadi si wanita mungkin akan melakukan hal yang sama." 

"Itu sih bukan pakai gaya es lilin lagi, tapi gaya gigi empat tak. Pasti bonggol jamurnya sudah habis digigit sama si perempuan," timpal wanita pertama. 

Heh, ngomong apa sih mereka. Sok tempe sekali! Padahal penyebab Kandar agak pincang gara-gara terpeleset di kamar mandi. Mungkin kesialan yang menimpanya hari ini akibat sudah berlaku usil pada sang istri. 

Tepat waktu tengah malam tadi, Kandar mendadak terbangun karena mau buang air. Sekembalinya dari toilet dia tertegun memandang Nita yang sudah tidur nyenyak. Kebetulan posisi perempuan itu menghadap miring ke arah kasurnya. Entah dapat pikiran dari mana, tiba-tiba Kandar tergerak untuk menggendong Nita dan membaringkannya di kasur yang sama. 

Sebagai pria normal tentunya Kandar memiliki nafsu pada istri sendiri. Akan tetapi dia tidak ingin melakukannya sepihak dalam keadaan Nita tertidur. Itu sama saja dengan aktivitas rudapaksa. 

"Haacim!" Nita mendadak bersin saat mereka sudah setengah jalan menuju parkiran. 

"Kenapa kamu? Sakit?" tanya Kandar, agak khawatir. 

Nita menggeleng. "Tidak, mungkin karena cuacanya agak dingin." 

Mendengar hal itu senyum Kandar langsung mengembang. Dia mulai salah paham mengira Nita telah mengisyaratkan sebuah kode. Tanpa berpikir panjang pria itu segera melepas jaketnya untuk diberikan kepada pada perempuan itu. Namun yang terjadi dia sendiri ikut kedinginan. 

"Ayo cepat jalannya! Saya sudah sangat kedinginan ini," kata Kandar sambil berjalan mendahului Nita. Sekilas kakinya yang agak pincang terlihat normal-normal saja. 

Tanpa mereka sadari, ada sosok lain yang diam-diam memperhatikan. Bahkan jauh sejak Nita dan Kandar keluar dari penginapan. Siapa sih dia? 

Related chapters

  • Sekamar dengan Atasanku   5. Astaga!

    KLIKK! Sabuk pengaman baru saja terpasang sempurna di tubuh Kandar. Namun pria itu tidak segera menyalakan mesin mobil. Dia nampak ingin mengatakan sesuatu yang sejak tadi sudah ditahannya. "Tunggu sebentar, Nita! Jangan bergerak dulu!" Suara Kandar yang tiba-tiba sontak menahan aktivitas istrinya. Padahal Nita tengah bersiap-siap memasang sabuk pengaman di mobil. Ada apa ini? "Kenapa, Pak?" Nita menampakkan sedikit raut keheranan. "Panggil suami, Nita!" Kandar langsung menyela. Astaga, lagi-lagi permintaan panggilan itu. Nita menghela nafas sejenak. Jujur saja lidahnya masih terasa canggung karena belum terbiasa. "Kenapa pak suami tiba-tiba menahan saya? Apa anda membutuhkan sesuatu?" Pada akhirnya Nita mengikuti alur. "Bukan saya yang butuh tapi kamu." Jawaban Kandar justru membingungkan. "Eh, bagaimana? Maksudnya apa itu?" Nita berusaha ingin tahu. Bukannya menjawab wajah Kandar justru semakin mendekat. Gelagatnya tampak aneh, persis seperti adegan pria yang ingin mencium

    Last Updated : 2023-09-15
  • Sekamar dengan Atasanku   6. Dasar Kandar!

    "Hey, kamu! Kenapa berdiri disitu?" Suara seorang pria mengejutkan dari belakang. Tubuh Nita langsung bergidik kaget. Belum juga melangkah ke arah pintu ruangan manajer sebuah gangguan lain datang menyapa. Betapa ia sangat terkejut saat mendapati siapa sosok pria di belakangnya. "Kamu?!" Seru mereka serempak. "Kenapa kamu ada disini?" ucap keduanya bersamaan. "Astaga! Dia lagi... dia lagi. Kenapa hampir disemua tempat pria mangkok ayam ini selalu ada?" Nita membatin cemas. Tidak hanya dirinya yang terkejut. Raut wajah pria itupun tak kalah kaget. Namun percakapan di antara mereka tidak sempat berlanjut. Lantaran dari ruangan manajer terdengar seseorang memanggil nama Kandar. Lalu pria mangkok ayam itu langsung merespon. "Kandar? Jadi ini nama pria mangkok ayam itu?" batin Nita terperangah .Akhirnya terkuak juga nama asli pria yang sempat membuat penasaran. Tak ingin memperpanjang masalah, Nita pun berinisiatif untuk menyingkir dari hadapan Kandar. Sialnya baru saja mau angkat

    Last Updated : 2023-10-01
  • Sekamar dengan Atasanku   7. Kenyataan yang Meresahkan

    Seperti kata pepatah, malu bertanya maka tak tahu. Kalau dibiarkan jadi penasaran. Serba salah bukan? Begitulah situasi hati dan pikiran Nita saat ini. Sejak mereka bertolak dari penginapan, otaknya mulai tidak konsen. Perubahan sikap Kandar yang terkesan mendadak sungguh membuat tanda tanya besar di kepala. Apakah pria itu merasa malu gara-gara hampir menciumnya di parkiran penginapan tadi? Atau mungkin karena suatu alasan lain yang telah melibatnya dirinya? Nita sama sekali tidak bisa menebaknya. "Ayolah bicara dan tanyakan padanya langsung!" Seru perempuan itu dalam hati. Sementara matanya menatap lekat pada Kandar yang tengah fokus menyetir. Meskipun sudah sebulan menjadi istrinya, Nita masih agak canggung membahas sesuatu diluar pekerjaan. Apalagi jika menyangkut masalah privasi seperti ini. Bedacerita kalau Kandar yang memulainya terlebih dahulu. "Apa harus aku memancingnya agar dia mau membahasnya terlebih dahulu?" batin Nita berbisik. "Kenapa kamu menatap seperti itu

    Last Updated : 2023-10-05
  • Sekamar dengan Atasanku   8. Cium aku jika kamu tidak marah

    "Sudah hentikan! Jangan bahas itu lagi!"Nita tanpa sadar memekik. Akibat merasa terancam oleh ucapan Kandar yang nyaris membeberkan aibnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari kalimat pria itu. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba ma-rah..." "Tidak ada! Saya sedang malas mau bicara!" Mata Kandar sejenak menyipit. Merasa keheranan dengan perubahan sikap sang istri yang tiba-tiba. Baru saja mulutnya terbuka beberapa mili ingin mempertanyakan, Nita langsung menyambarnya lagi dengan kalimat telak."Jangan tanya alasannya kenapa. Pokoknya sekarang saya tidak ingin bicara!" Tekannya. Suasana dalam mobil seketika hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang sedang melintas. Di tengah keterdiaman mereka, Nita terus menatap pemandangan luar dari jendela mobil. Pikirannya teralih sejenak oleh bunga-bunga liar yang bermekaran di seberang jalan. Sementara itu, sosok di sebelahnya tengah berupaya memecahkan misteri penyebab mood sang istri yang mendadak

    Last Updated : 2023-10-09
  • Sekamar dengan Atasanku   9. Cup!

    CUP! Mata Nita sukses terbelalak saat sebuah kecupan mendarat di ujung bibir. Gerakan itu terlalu cepat sampai membuatnya melongo. Hingga beberapa saat kesadarannya kembali, mobil yang Kandar kemudikan sudah bergerak di jalan raya."Astaga! Itu, apaan tadi?" batin Nita tak percaya. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh ujung bibir. Bekas kecupan itu masih begitu terasa hingga membuat tubuhnya memanas. Ini pertama kalinya Nita merasakan sentuhan bibir seorang pria. Akibat hal itu tingkahnya terlihat seperti gadis remaja yang tengah puber. "Apakah ini yang namanya ciuman?" "Tidak, itu bukanlah ciuman!" "Hanya sedikit kulit yang menempel dan itupun hanya di ujung bibir. Mana bisa hal itu disebut ciuman." Nita terus bergelut dengan batin dan pikiran logisnya sepanjang perjalanan. Cukup lama perempuan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai akhirnya ia dikejutkan oleh pergerakan mobil yang tiba-tiba mengerem mendadak. "Astaga, apa lagi ini..." Ucapan Nita menggantung. Ia ingi

    Last Updated : 2023-10-19
  • Sekamar dengan Atasanku   10. Apa yang terjadi?

    Kandar langsung berdehem saat mendekati Nita dan Kenzie. Namun kedua orang ini begitu asyik mengobrol. Sama sekali tidak menyadari kehadirannya. “Hemm ...!” Kandar sekali lagi berdehem bermaksud menghentikan percakapan itu. Tapi tetap saja, tidak ada perubahan. Kandar yang telah kehabisan akal akhirnya menggunakan jurus terakhir. "NITA!" Panggilnya setengah teriak. Obrolan itu seketika terputus. Dua pasang mata di hadapan Kandar langsung menoleh ke arahnya. Tidak seperti Kenzie yang memperlihatkan raut wajah bingung. Sebaliknya Nita melototkan mata saat bersitatap dengan sang suami. "B-bapak?!" sahutnya gugup. Entah kenapa kemunculan kadar yang tiba-tiba membuat perasaan Nita bercampur aduk. Antara terkejut, heran dan penuh pertanyaan. Serta sedikit rasa bersalah. "Dia siapa, Nita?" tanya Kenzie terang-terangan. Kandar nyaris memperkenalkan diri namun Nita dengan cepat menjawab pertanyaan itu. "Beliau ini adalah atasan saya," ucapnya canggung. "Ah, anda atasan Nita r

    Last Updated : 2023-10-19
  • Sekamar dengan Atasanku   11. Tanda Mau Kawin

    Sore yang cerah, namun tidak secerah hati Nita. Perempuan itu duduk melamun di kamar sambil menatap sembarang ke luar jendela kaca. Segenap pikirannya sekarang masih tidak lepas oleh kejadian beberapa jam yang lalu.Saat itu Nita sedang bersiap untuk makan siang bersama Kandar. Dengan tatapan intens ia terus memperhatikan detik-detik sang suami menyantap masakannya. Perasan khawatir mulai menyerang jika rasanya tidak sesuai selera. Begitu makanan itu berhasil melewati kerongkongan Kandar tidak ada kesan mengecewakan yang terlihat. Benarkah demikian?"Bagaimana rasanya?" Nita memberanikan diri untuk memastikan."Sangat luar biasa," jawab Kandar singkat. Tapi sejurus itu tangannya langsung menyambar gelas minuman.Entah kenapa Nita merasa tidak yakin. Baginya gelagar Kandar agak sedikit meragukan. Apalagi ia lupa mencicipi rasa masakannya dan hanya bermodalkan feeling."Kamu tidak ikut makan?" Pertanyaan Kandar men

    Last Updated : 2023-10-23
  • Sekamar dengan Atasanku   12. Rencana Terselubung

    Suara dering ponsel memecah ruangan kamar bernuansa gelap. Menarik kesadaran Kandar dari ingatan masa lalu hingga membuatnya terkesiap sesaat. Buru-buru dia meraih ponsel. Sebuah nama familiar yang tertera di layar membuat dahinya mengernyit. Tumben sekali orang ini menelpon.“Halo?” sapa Kandar saat menjawab panggilan."Hai Bro, kau di mana sekarang?" tanya pria di seberang sana tanpa banyak basa-basi."Sekarang masih di rumah. Kenapa kau bertanya?" Kandar seperti mencurigai sesuatu. Tidak biasanya Rudy menelpon jika bukan karena hal darurat."Aku sekarang ada di kota L. Apakah pengantin baru menerima tamu di akhir pekan? Rencananya aku ingin mengujungimu hari ini," kata Rudy.Otak Kandar langsung berpikir cepat. Dia nyaris berkata tidak karena sudah merencanakan sesuatu bersama Nita nanti malam. Tapi setelah dipikir-pikir, justru dengan kemunculan Rudy akan memuluskan ide tersebut."Tentu, ka

    Last Updated : 2023-10-23

Latest chapter

  • Sekamar dengan Atasanku   16. SDA

    Selama hampir tiga tahun bekerja di perusahaan perayaman, Nita baru dua kali bertatap muka langsung dengan direktur utama. Pertama, saat tes wawancara dan yang terakhir sewaktu penandatanganan kontrak. Setelah itu sosok petinggi mereka bagai tenggelam di dasar bumi. Keberadaannya benar-benar langka untuk ditemukan. Lantas sekarang, kenapa tiba-tiba malah ngajak bertemu? Mencurigakan! "Ada masalah apa kalau boleh tahu?" Pertanyaan Nita menahan posisi Vivian di dekat pintu. "Soal itu saya kurang tahu. Tugas saya hanya menyampaikan pesan dari pihak direktur utama," jawabnya dengan senyum formal. Otak Nita mulai menduga berbagai hal tentang kemungkinan-kemungkinan yang masuk akal. Mengingat momen seperti ini cukup langka baginya. Sementara wanita dua tahun diatas Nita itu nyaris beranjak dari posisinya. Namun terhalang oleh sahutan Kandar yang tiba-tiba. "Terimakasih atas informasinya, Vivian. Sebentar lagi kami akan datang ke sana," ucap pria itu. "Oh, baiklah. Nanti akan saya

  • Sekamar dengan Atasanku   15. SDA

    "Leherku?" Nita tertegun sesaat mendengar penuturan Mimi. Dalam waktu bersamaan tangan rampingnya mengusap batang leher dengan gerakan cepat. Berusaha menyembunyikan rasa keterkejutannya yang hampir meledak. Padahal, Nita sangat yakin bekas kemerahan itu nyaris hilang. Bahkan masih bisa tertutup oleh kerah kemeja yang dipakainya. Lantas, bagaimana bisa tanda kemerahan yang hampir memudar itu masih terlihatan oleh Mimi? Memangnya mata gadis itu mengandung sinar X-ray apa? "Ah, itu bukan apa-apa. Hanya bekas gigitan nyamuk saja," kilahnya beralasan. Nita sangat berharap rekannya itu percaya. "Benarkah?" Senyum Mimi melebar seperti meragukan ucapannya. "Tentu saja..." Nita memasang raut wajah yang meyakinkan. "Kamu tahu, aku memiliki tipe kulit yang susah hilang bekasnya kalau digigit nyamuk. Kata orang itu disebut darah manis." Khusus yang ini Nita berkata sesuai fakta. Tubuhnya memang rentan diincar nyamuk, terutama saat menjelang datang bulan. Jadi ia sangat ketergantungan

  • Sekamar dengan Atasanku   14. SDA

    Jam sudah menunjukkan pukul 06.45 pagi. Bagi seorang Nita, ia sedang dalam masalah besar. Perempuan itu tampak bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat kerja. Meskipun rutinitas produktif akan dimulai 75 menit lagi, tetap saja ia merasa terancam akan telat datang ke kantor. "Kalau saja sekarang bukan hari senin pasti aku tidak sepanik ini," gumamnya cemas sambil meraih tas kerja dan bergegas keluar kamar. Bagaimana tidak panik kalau setiap senin jalanan selalu diwarnai dengan kemacetan. Belum lagi sulitnya mencari ojek yang bisa mengantar tepat waktu. Betapa Nita sangat menyesal karena gara-gara salah setel jam alarm, ia sampai bangun kesiangan. Lantas, bagaimana dengan Kandar? Tampaknya pria itu belum terlalu lama pergi. Jejak aroma apel segar miliknya masih tercium hingga ke pintu depan. Hal itu tidak menjadi masalah bagi Nita. Sebab, selama ini mereka selalu berangkat kerja secara terpisah demi menghindari kecurigaan orang-orang di kantor. Belum lagi setelah kejadian kemarin

  • Sekamar dengan Atasanku   13. SDA

    SREEG! Pintu kamar terbuka pelan. Nita terlonjak kaget mendapati kemunculan Kandar yang tiba-tiba bersama bantal dan selimut di tangannya. Mau apa dia kemari? Jangan-jangan... "Saya masuk ya." Kandar langsung bicara, sebelum Nita sempat bertanya. "Ah, iya. Silahkan!" ucapnya setengah terpaksa. Mau ditolak juga percuma, Kandar sudah terlanjur memasuki kamar. Nita yang tadinya sedang berbaring buru-buru bangkit dan duduk di atas kasur. Bersamaan dengan itu pendengarannya menangkap suara khas anak kunci yang diputar cepat. "Kenapa pintunya dikunci? Jangan katakan kalau bapak mau..." Nita menatap tajam ke arah Kandar yang semakin mendekat. "Ini bagian dari rencana kita sebelumnya. Hanya sebagai alibi supaya Rudy tidak curiga." Kandar buru-buru menjelaskan. "Yakin hanya itu?" Nita memasang tampang ragu. Kandar mengangguk, seolah membenarkan. Raut wajahnya sangat meyakinkan di mata Nita. Haruskah ia mempercayainya? Sekalipun pria itu berbohong, tetap saja tidak akan menjadi

  • Sekamar dengan Atasanku   12. Rencana Terselubung

    Suara dering ponsel memecah ruangan kamar bernuansa gelap. Menarik kesadaran Kandar dari ingatan masa lalu hingga membuatnya terkesiap sesaat. Buru-buru dia meraih ponsel. Sebuah nama familiar yang tertera di layar membuat dahinya mengernyit. Tumben sekali orang ini menelpon.“Halo?” sapa Kandar saat menjawab panggilan."Hai Bro, kau di mana sekarang?" tanya pria di seberang sana tanpa banyak basa-basi."Sekarang masih di rumah. Kenapa kau bertanya?" Kandar seperti mencurigai sesuatu. Tidak biasanya Rudy menelpon jika bukan karena hal darurat."Aku sekarang ada di kota L. Apakah pengantin baru menerima tamu di akhir pekan? Rencananya aku ingin mengujungimu hari ini," kata Rudy.Otak Kandar langsung berpikir cepat. Dia nyaris berkata tidak karena sudah merencanakan sesuatu bersama Nita nanti malam. Tapi setelah dipikir-pikir, justru dengan kemunculan Rudy akan memuluskan ide tersebut."Tentu, ka

  • Sekamar dengan Atasanku   11. Tanda Mau Kawin

    Sore yang cerah, namun tidak secerah hati Nita. Perempuan itu duduk melamun di kamar sambil menatap sembarang ke luar jendela kaca. Segenap pikirannya sekarang masih tidak lepas oleh kejadian beberapa jam yang lalu.Saat itu Nita sedang bersiap untuk makan siang bersama Kandar. Dengan tatapan intens ia terus memperhatikan detik-detik sang suami menyantap masakannya. Perasan khawatir mulai menyerang jika rasanya tidak sesuai selera. Begitu makanan itu berhasil melewati kerongkongan Kandar tidak ada kesan mengecewakan yang terlihat. Benarkah demikian?"Bagaimana rasanya?" Nita memberanikan diri untuk memastikan."Sangat luar biasa," jawab Kandar singkat. Tapi sejurus itu tangannya langsung menyambar gelas minuman.Entah kenapa Nita merasa tidak yakin. Baginya gelagar Kandar agak sedikit meragukan. Apalagi ia lupa mencicipi rasa masakannya dan hanya bermodalkan feeling."Kamu tidak ikut makan?" Pertanyaan Kandar men

  • Sekamar dengan Atasanku   10. Apa yang terjadi?

    Kandar langsung berdehem saat mendekati Nita dan Kenzie. Namun kedua orang ini begitu asyik mengobrol. Sama sekali tidak menyadari kehadirannya. “Hemm ...!” Kandar sekali lagi berdehem bermaksud menghentikan percakapan itu. Tapi tetap saja, tidak ada perubahan. Kandar yang telah kehabisan akal akhirnya menggunakan jurus terakhir. "NITA!" Panggilnya setengah teriak. Obrolan itu seketika terputus. Dua pasang mata di hadapan Kandar langsung menoleh ke arahnya. Tidak seperti Kenzie yang memperlihatkan raut wajah bingung. Sebaliknya Nita melototkan mata saat bersitatap dengan sang suami. "B-bapak?!" sahutnya gugup. Entah kenapa kemunculan kadar yang tiba-tiba membuat perasaan Nita bercampur aduk. Antara terkejut, heran dan penuh pertanyaan. Serta sedikit rasa bersalah. "Dia siapa, Nita?" tanya Kenzie terang-terangan. Kandar nyaris memperkenalkan diri namun Nita dengan cepat menjawab pertanyaan itu. "Beliau ini adalah atasan saya," ucapnya canggung. "Ah, anda atasan Nita r

  • Sekamar dengan Atasanku   9. Cup!

    CUP! Mata Nita sukses terbelalak saat sebuah kecupan mendarat di ujung bibir. Gerakan itu terlalu cepat sampai membuatnya melongo. Hingga beberapa saat kesadarannya kembali, mobil yang Kandar kemudikan sudah bergerak di jalan raya."Astaga! Itu, apaan tadi?" batin Nita tak percaya. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh ujung bibir. Bekas kecupan itu masih begitu terasa hingga membuat tubuhnya memanas. Ini pertama kalinya Nita merasakan sentuhan bibir seorang pria. Akibat hal itu tingkahnya terlihat seperti gadis remaja yang tengah puber. "Apakah ini yang namanya ciuman?" "Tidak, itu bukanlah ciuman!" "Hanya sedikit kulit yang menempel dan itupun hanya di ujung bibir. Mana bisa hal itu disebut ciuman." Nita terus bergelut dengan batin dan pikiran logisnya sepanjang perjalanan. Cukup lama perempuan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai akhirnya ia dikejutkan oleh pergerakan mobil yang tiba-tiba mengerem mendadak. "Astaga, apa lagi ini..." Ucapan Nita menggantung. Ia ingi

  • Sekamar dengan Atasanku   8. Cium aku jika kamu tidak marah

    "Sudah hentikan! Jangan bahas itu lagi!"Nita tanpa sadar memekik. Akibat merasa terancam oleh ucapan Kandar yang nyaris membeberkan aibnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari kalimat pria itu. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba ma-rah..." "Tidak ada! Saya sedang malas mau bicara!" Mata Kandar sejenak menyipit. Merasa keheranan dengan perubahan sikap sang istri yang tiba-tiba. Baru saja mulutnya terbuka beberapa mili ingin mempertanyakan, Nita langsung menyambarnya lagi dengan kalimat telak."Jangan tanya alasannya kenapa. Pokoknya sekarang saya tidak ingin bicara!" Tekannya. Suasana dalam mobil seketika hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang sedang melintas. Di tengah keterdiaman mereka, Nita terus menatap pemandangan luar dari jendela mobil. Pikirannya teralih sejenak oleh bunga-bunga liar yang bermekaran di seberang jalan. Sementara itu, sosok di sebelahnya tengah berupaya memecahkan misteri penyebab mood sang istri yang mendadak

DMCA.com Protection Status