Ibu lebih menyayangi Kyra ketimbang dirinya. Fakta itulah yang terlihat di masa kanak-kanak Luna. Membuatnya kadang-kadang melakukan kejahatan pada saudara kembar yang dirahasiakan itu. Ya, dirahasiakan. Ayah memberi tahu seperti itu. Jika ada orang selain pelayan dan keluarga yang tahu, maka Ayah akan mendapat masalah.
Luna sama sekali tak meneteskan air mata ketika Ibu dimakamkan. Kyra tentu saja tak akan ada di sini. Ayah tak suka Kyra terlihat. Ia tersenyum di depan lukisan Ibu di batu nisan. “Sekarang Kyra Ibu akan sendirian, apa yang akan Ibu lakukan?”
Ia ingin memberi pelajaran pada Kyra. Karena itu ia membuka kunci kamar Kyra. Jika Kyra terlihat oleh satu orang saja, maka Ayah akan segera mengasingkannya. Begitu ancamnya ketika Kyra hampir telihat tamu Ibu sekitar beberapa bulan lalu. Bukan pada Kyra Ayah berkata, tetapi pada Ibu. Ia mengintip di sela pintu ketika saudara kembarnya itu lewat. “Kamu tahu, aku ingin saudaraku mendapat masa
“Namaku Kyra!”Perkenalan penuh senyuman disertai dengan uluran tangan itu sama sekali tak pernah dilupakan Roth. Tidak ada yang pernah benar-benar melihat dirinya yang bertumbuh bersama mereka. Bagi setiap orang yang diikuti, Roth hanyalah sebuah kutukan. Hanya kutukan.“Kirim kembali ia bersama ibu.”Kalimat Luna membuat Roth terpana. Ia tahu cepat atau lambat akan kehilangan malaikat yang menggulurkan tangan itu padanya. Apakah sekarang ia memiliki hati atau itu hanya sebuah keinginan untuk memiliki. Roth tak peduli. Ia tak mau kehilangan Kyra.Ia pandangi punggung Kyra yang mulai menjauh. Diulurkan tangan untuk memegang tangan Kyra yang berayun, tidak terjangkau. Apakah seperti ini nasib yang sudah ditentukan takdir pada esistensi yang memiliki jiwa dari kutukan. Tidak punya tempat di dunia nyata bahkan dalam gelap. Ia hanyalah bayang-bayang yang menatap ke arah kilauan cahaya.“Kamu akan meninggal
Kyra membuka mata. Selama beberapa hari ini ia mimpi sama. Suasana gelap dan gema perkataan dari seorang perempuan yang rasanya amat dikenal. Pada saat tidur tadi, Kyra hapal sekali dengan kata-kata yang diucapkan perempuan itu. Namun, ketika matanya terbuka semua lenyap begitu saja.Sejak malam itu, Roth tidak lagi muncul. Kyra juga tidak bisa bertanya pada siapa pun ke mana pemuda itu pergi. Hari-harinya di bawah pohon oak kini ditemani Alden, putra sang lord. Anehnya kini ketika Alden tidak ada, Kyra merindukan pemuda itu. Menyebalkan memang tetapi ia mengaku rasa yang tak ia pahami itu.“Ada pesta di kastel?”Alden mengangguk. Ia ingin menggenalkan Kyra kepada ayahnya malam ini. Forde pasti akan menyukai Kyra. Gadisnya ini tidak hanya cantik saja tetapi juga pintar. “Aku secara khusus mengundangmu.” Alden menyerahkan perkamen berwarna kuning gading. Ada cap khusus yang akan memudahkan Kyra untuk masuk ke dalam kastel.&ld
“Kamu menyuruhku melakukan apa?” Luna bertanya pada Roth yang berdiri di dekat cermin besar. Tiba-tiba saja pemuda itu muncul setelah Luna baru menyisir separuh rambut. Roth masih diam setelah perkataan yang lebih cenderung seperti perintah untuk Luna itu disampaikan. “Kamu diam saja saat aku bertanya?” Luna benar-benar tak suka harus bertemu Roth. Ia sama sekali tak bisa menilai apa yang sedang dipikirkan pemuda itu atau yang diinginkan. Tapi, Roth memberi keuntungan untuknya. “Beri tahu saudaramu jika kamu tidak pergi ke pesta.” Roth menggulangi kembali. “Tapi, aku ingin pergi.” Luna tak terima diperintah. “Aku tidak melarangmu untuk pergi.” Roth diam tanpa ekspresi. Luna harus berpikir sendiri kini. “Maksudmu, aku harus mengecoh Kyra?” Roth tidak menjawab pertanyaan Luna, malah memudar dan menghilang. Ia tahu ada sesuatu yang direncanakan oleh pemuda berambut menyala itu,” pikir Luna, tak akan rugi hanya membohongi Kyra. Jad
Paru-paru Kyra terasa terbakar. Namun, ia masih terus berkata pada dirinya sendiri jika masih sanggup berlari beberapa langkah lagi. Pada akhirnya Kyra tersandung dan terjatuh. Terguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti dengan napas memburu. Seluruh tubuhnya nyeri dan sakit.Kini Kyra sudah tidak bisa bergerak lagi. Ia terisak menangis memandangi langit kelam di atas sana. Ia menyesali setiap kepputusan yang dibuat belakangan ini. Semua kata andai kembali berputar di kepalanya. Kemudian Kyra tak sadarkan diri.Mimpi buruk membuat Kyra meloncat dan melihat siaga ke sekeliling. Tempat ia kini berada begitu gelap dan pengap. Ia menduga jika dirinya merangkak saat pingsan tadi.“Kamu terlihat sangat kacau.”Kyra menggenali suara itu sebagai Roth. Kini ia sadar betapa rindu dirinya pada pemuda itu. Ia mengitari seluruh tempat gelap itu, tapi tak menemukan siluet Roth di sisi mana pun. “Roth?” Kyra mulai tak yakin jika yang berbic
“Dua pangeran kembar?” Kyra balik bertanya.Pemuda berambut menyala itu mengangguk. “Ya.” Ia menghela napas cukup panjang. “Dalam cerita yang beredar kedua pangeran terlahir dengan kutukan dan berkat. Kutukan yang menghukum semua orang yang tak disukainya dan berkah untuk mendapatkan keistimewaan.”Tentu saja Kyra tahu kisah itu. Semua cerita berkenaan dengan dirinya. “Sialnya aku mendapatkan kutukan.” Kyra memalingkan wajah, tak mau menangis menatap Roth.“Keberkahan adalah kelahiran keduanya.”Kyra kembali menatap Roth. “Maksudmu?” Kyra memutar bola matanya berpikir. “Mereka sudah menerima keberkahan kelahiran dan hanya menyisakan kutukan?” Pikiran Kyra hanya tertuju pada satu hal.Roth mengangguk. “Siapa yang akan mendapatkan kutukan kini?”“Anak … pertama.” Kyra memejamkan mata. Ia tak percaya dengan apa yang didengar. &ldqu
Mata Kyra terbuka lebar-lebar. Napasnya tersengal-sengal seolah baru saja berlari marathon sangat jauh. Perlahan ia beringsut ke kepala tempat tidur, bersandar dan memandangi sekitar. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum kemudian ada di tempat tidur ini. Bermimpi sangat panjang dan melelahkan. Seluruh tubuhnya sakit sebab tak digerakkan dalam waktu lama. Berapa lama sebenarnya dirinya tertidur.Kyra memejamkan mata kembali dan mulai bernapas panjang untuk menenangkan detak jantung yang sama sekali tak stabil.“Apa kamu melihatnya dengan jelas?”Kyra sama sekali tak terkejut pada keberadaan Roth di sisinya. “Ya. Semuanya. Dari sisimu, Luna dan aku. Bagaimana itu bisa terjadi?”“Kesenjangan pada takdir.” Jawaban yang sama dengan yang diberikan gadis pucat di pemakaman.“Dan kesenjangan itu adalah kamu.,” tebak Kyra cepat.Roth tidak menyeringai seperti pertama bertemu atau pun sep
“Kamu berkata aku melindungimu.”Roth ada beberapa langkah di belakang Kyra. Namun, ada kegembiraan yang jelas terbawa oleh suaranya.“Kenapa? Itu benar, kan?” Kyra tak lantas berhenti untuk menunggu Roth ada di sisi. Ia tetap berjalan dan membiarkan Roth ada di belakang, sembari membayangkan bagaimana rupa seringaian wajah pemuda itu. Atau malah kini Roth tengah tersenyum.“Aku tidak melindungimu.” Roth menyangkal.Kyra berhenti dan berbalik. Menatap kemurungan dalam raut wajah pemuda itu. “Kamu melakukannya. Menanyakan berkali-kali padaku. Hanya aku yang tidak ingin menerima hal itu. Aku egois.” Kyra menunduk.“Tapi kamu kembali.”“Selang ratusan tahun setelah kamu hampir kehilangan harapan. Kamu menunggu sangat lama.” Kyra tanpa sadar mengangkat tangan dan menyentuh pipi Roth. “Hatimu Hangat.” Walau Kyra merasakan dinginnya kulit Roth.“Rencan
Roth terdiam. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Untuk semua hal yang sudah ia pertahankan, salah satu adalah kewarasan (walau pun ia memusnahkan hampir seluruh penduduk Mahrazh begitu tahu Kyra dilenyapkan). Ia mengingat dengan jelas janji Kyra hingga kemudian bisa bertemu lagi dengan gadis itu. Kini Kyra ingin semua ini terulang. Tidak. Roth tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.“Jangan mengambil resiko!” Ia frustrasi dengan bayangan buruk yang berputar di kepala kini.Kyra mendesah. Ia tahu jika Roth khawatir terhadapnya. Tapi itu adalah hal yang harus dilakukan Kyra. Jika ia ingin membuktikan bahwa yang selama ini dipercaya orang-orang adalah sebuah kebohongan. “Kamu tahu jika tidak ada pilihan.” Kyra menggeleng kepada Roth.Roth menggeleng kuat-kuat kini dan mulai menangis. “Aku tidak mau kehilanganmu lagi. Aku tidak mau.”Dengan cepat Kyra meraih pemuda itu dan membawanya ke dalam pelukan. &l