Roth terdiam. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengar. Untuk semua hal yang sudah ia pertahankan, salah satu adalah kewarasan (walau pun ia memusnahkan hampir seluruh penduduk Mahrazh begitu tahu Kyra dilenyapkan). Ia mengingat dengan jelas janji Kyra hingga kemudian bisa bertemu lagi dengan gadis itu. Kini Kyra ingin semua ini terulang. Tidak. Roth tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.
“Jangan mengambil resiko!” Ia frustrasi dengan bayangan buruk yang berputar di kepala kini.
Kyra mendesah. Ia tahu jika Roth khawatir terhadapnya. Tapi itu adalah hal yang harus dilakukan Kyra. Jika ia ingin membuktikan bahwa yang selama ini dipercaya orang-orang adalah sebuah kebohongan. “Kamu tahu jika tidak ada pilihan.” Kyra menggeleng kepada Roth.
Roth menggeleng kuat-kuat kini dan mulai menangis. “Aku tidak mau kehilanganmu lagi. Aku tidak mau.”
Dengan cepat Kyra meraih pemuda itu dan membawanya ke dalam pelukan. &l
Luna memijat leher. Semalam adalah hari paling buruk dalam hidupnya. Ia bermimpi buruk tentang Kyra dan Alden. Ayah datang tepat sebelum tengah malam dan tergesa-gesa berlari ke kamar Luna. Awalnya Luna pikir itu adalah hal seperti biasa, di mana ayah bercerita apa saja yang terjadi hari ini di kastel. Luna menyukai semua cerita itu, sebab ia bisa mendengar kabar Alden. Namun, yang disampaikan ayah kemarin malam bagaikan bencana buat Luna. Alden ingin menikahi Kyra. Kyra. Hal yang tidak pernah disangka oleh Luna.Luna bergerak sedikit di dalam selimut. Syukurlah yang terjadi hanya mimpi belaka. Sibuk merenungi, Luna mendengar keributan di depan pintu kamar. Beringsut pelan ia ke tepi ranjang dan dengan langkah diseret menuju pintu dan membukanya. Tercengang pada keberadaan banyak pelayan yang bergerombol membentuk lingkaran.“Kenapa kalian di sini?”Semuanya kaget saat Luna mengajukan pertanyaan. Mereka secara serempak membubarkan diri dan membuat de
Tubuh Roth gemetar. Jika saja ia bisa menolak, maka akan ditinggalkan begitu saja Luna kini. Tapi, Roth terikat. Ia bertanya kepada diri sendiri, apakah jika berusaha sangat keras bisa menyelamatkan Kyra. Bisa menggembalikan gadis itu ke kehidupan tanpa bahaya yang beberapa waktu lalu dimiliki. Semua hal yang terjadi kini adalah kesalahannya juga. Andai saja ia tak membawa Kyra kembali kemari. Andai saja ia membiarkan dirinya lenyap dalam penantian. Andai saja ia tak menuruti permintaan Kyra untuk melindungi Alden lalu kemudian terikat pula dengan pemuda itu. Kyra masih akan bahagia bersama dengan orang-orang dari tempat ia datang.“Aku benar-benar akan melenyapkan gadis itu.”Roth menelan ludah. Kebencian Luna sudah pekat pada Kyra. Sebentar lagi kematian akan menghapiri gadis itu. Luna bilang ingin memberikan kematian paling mengerikan dan ia memilih kematian hitam. Itu adalah yang paling menyiksa sepanjang Roth menyaksikan. Kyra akan menderita bahkan sam
Linden gemetar. Apa yang baru saja diketahui barusan sangat menakutkan. Kasih sayangnya pada Luna berusaha berkali-kali menepis dugaan, tetapi otak dan logika sudah menunjukan kebenaran.Ia berjalan tergesa-gesa ke kandang kuda. Menghardik seorang pelayan yang menghalangi jalan dan seorang penjaga kuda hampir ditendang karena begitu lambat menyiapkan kuda. Linden harus segera sampai ke kastel, mengabarkan perkara Kyra pada Sang Lord dan putranya. Lalu mau tak mau harus memberi tahu tentang Luna. Tapi, rasa kasih sayang pada Luna kembali menghalangi. Selama perjalanan semua bertempur di pikiran dan hati. Kebenaran dan juga kejahatan saling membisikan banyak godaan.“Sang Lord akan segera menemuimu.” Pelayan kepercayaan Lord memberi tahu Linden lalu menghilang keluar pintu menunggu.Saat pintu terkuak, Linden pikir itu adalah Sang Lord. Tetapi Aldenlah yang muncul.“Anda datang dengan tergesa-gesa. Adakah hal penting?” Alden bertanya
Roth memadang titik gelap itu. Berada di belakang kastel, di dekat nisan. Jika benar perkataan Kyra. Maka titik hitam yang sedang ia lihat sudah mulai bergerak, semua menjadi lebih rumit lagi kini.“Kamu menolong yang seharusnya tidak kamu tolong.” Suara itu terdengar berikut munculnya pemuda berambut ikat di sebelah Roth.“Dia juga terikat denganku.”“Ikatan yang kamu sebut dengan perasaan.” Pemuda itu tertawa. “Kamu bukan manusia.”Roth menoleh. “Aku ingin menjadi manusia.”Kembali pemuda itu tertawa. “Hanya karena banyak sekali kenangan orang yang telah mati oleh kematian hitam tertinggal padamu, tidak bisa menjadikan dirimu menjadi manusia.”Roth gemetar. Dirinya mulai diambil alih kemarahan. Ia percaya pada kata-kata Kyra. Kyra mengatakan jika dirinya terasa seperti manusia. “Kamu yang terasa tidak seperti manusia.” Tangan Roth menggepal kuat-kuat.
Sejak kemarin Luna merasakan semuanya memandang dengan cara yang berbeda. Linden—ayahnya—bahkan berjengit setiap kali Luna muncul di ruang makan. Dengan tergesa-gesa menghabiskan makanan dan pergi meninggalkannya. Apakah ini yang selalu terjadi pada Kyra selama ini? Terasa seperti binatang parasite atau sesuatu yang menjijikan sekaligus menakutkan.Luna menyisir rambutnya yang panjang perlahan. Merasakan bagaimana Kyra diperlakukan selama dua hari ini, membuat hatinya iba. Padahal ia dan Kyra sama-sama anak kandung Linden. Selama ini Luna tak memikirkan, ia terbuai dengan perhatian yang diterima dari Linden—sang ayah.“Mengetuklah dulu sebelum masuk.” Luna menegur tanpa menoleh. Disangkanya itu salah satu pelayan rumah.“Aku tidak bisa mengetuk.” Alden berdiri di sisi Luna, wajahnya sedikit pucat. “Berdirilah cepat, jangan sampai mereka menemukan kita.”Luna kaget melihat pantulan bayangan Alden yang b
Itu bukanlah sebuah gua. Tidak akan ditemukan jika orang-orang mencari sampai setengah mati di Mahrazh. Roth bisa karena ia bukan manusia. Itu adalah sebuah tempat yang diciptakan oleh entitas kegelapan, untuk melindungi diri, bersembunyi, mengamati, dan mengambil sesuatu yang dibutuhkan untuk mereka bertahan. Roth memiliki satu dan Sang Sulung itu juga memilikinya. Tempat mereka berdua tak pernah bersinggungan. Tapi, hari ini Roth akan menghancurkan tempat itu. Ia tidak akan membiarkan janjinya pada Kyra lagi-lagi teringkari. Walau hari ini juga akan jadi hari terakhir ia ada.“Di mana kamu sembunyikan Kyra!” Roth muncul dan langsung menyerang.“Apakah gadis itu hilang?” Pemuda itu tertawa. “Senang melihat reaksimu yang seperti ini. Sudah kubilang gadis itu akan kusingkirkan!”“Alvare!” Sudah lama sekali Roth tak memanggil nama Si Sulung pertama itu. “Ini sudah berakhir! Serahkan gadis itu!”Pem
Kyra memandang keluar jendela di kamarnya. Sudah seminggu sejak ia sadar dari koma dan bersikeras untuk pulang hari itu juga. Kata tania, Kyra terpental dari jendela belakang bus yang pecah karena ledakan mesin. Tidak ada yang terluka hari itu kecuali Kyra yang tertidur sangat lama. Ia ingin mengatakan jika dirinya tak tidur, tapi tak akan ada yang percaya. Jadi, cerita tentang Roth dan Alden ia simpan untuk diri sendiri.“Mama.” Kyra menebar senyum. Ia jadi sering tersenyum kini dan juga menangis ketika sendirian.Shiena berdiri di pintu, membawa dua buah mug yang beraroma harum. Setelah dekat salah satunya diserahkan pada Kyra. “Kesukaanmu,” kata Shiena sambil menyesap miliknya. “Aku tidak merasa setelah bangun kamu baik-baik saja.” Shiena membelai kepala putrinya itu. Ia tahu ada sesuatu yang membuat Kyra menjadi resah dan pendiam.Kyra meletakkan mugnya di meja. Memeluk pinggang mama. Entah kebetulan ataukah takdir, wajah
Teman-temannya tertawa di belakang Roth. Rasanya cukup memalukan mengetahui ada seorang gadis yang baru ditemui menangis tanpa alasan setelah melihat wajah Roth. Roth memandang binggung ke sekeliling dan kemudian ikut berjongkok bersama gadis itu.“Hei ….” Disentuhnya sedikit kulit punggung tangan gadis tak dikenal yang masih sesegukan. “Apa terjadi sesuatu? Aku menginggatkanmu pada seseorang?” tanya Roth beruntun.Roth tak mendapatkan jawaban. Sebagai gantinya gadis tanpa nama hanya beringsut pelan menjauhi Roth. Ia jadi merasa seperti binatang buas yang mampu membuat seorang gadis kecil menangis.Tiba-tiba saja suara teriakan seorang gadis lain yang muncul dari arah dalam sekolah melalui lorong menuju halaman belakang muncul. Wajahnya memerah dan ia berjalan dengan cepat seperti kijang di dalam hutan mendekati Roth.“Maaf, gadis ini ….”Belum sempat Roth menjelaskan apa yang terjadi, gadis yang be