Roth memadang titik gelap itu. Berada di belakang kastel, di dekat nisan. Jika benar perkataan Kyra. Maka titik hitam yang sedang ia lihat sudah mulai bergerak, semua menjadi lebih rumit lagi kini.
“Kamu menolong yang seharusnya tidak kamu tolong.” Suara itu terdengar berikut munculnya pemuda berambut ikat di sebelah Roth.
“Dia juga terikat denganku.”
“Ikatan yang kamu sebut dengan perasaan.” Pemuda itu tertawa. “Kamu bukan manusia.”
Roth menoleh. “Aku ingin menjadi manusia.”
Kembali pemuda itu tertawa. “Hanya karena banyak sekali kenangan orang yang telah mati oleh kematian hitam tertinggal padamu, tidak bisa menjadikan dirimu menjadi manusia.”
Roth gemetar. Dirinya mulai diambil alih kemarahan. Ia percaya pada kata-kata Kyra. Kyra mengatakan jika dirinya terasa seperti manusia. “Kamu yang terasa tidak seperti manusia.” Tangan Roth menggepal kuat-kuat.
<Sejak kemarin Luna merasakan semuanya memandang dengan cara yang berbeda. Linden—ayahnya—bahkan berjengit setiap kali Luna muncul di ruang makan. Dengan tergesa-gesa menghabiskan makanan dan pergi meninggalkannya. Apakah ini yang selalu terjadi pada Kyra selama ini? Terasa seperti binatang parasite atau sesuatu yang menjijikan sekaligus menakutkan.Luna menyisir rambutnya yang panjang perlahan. Merasakan bagaimana Kyra diperlakukan selama dua hari ini, membuat hatinya iba. Padahal ia dan Kyra sama-sama anak kandung Linden. Selama ini Luna tak memikirkan, ia terbuai dengan perhatian yang diterima dari Linden—sang ayah.“Mengetuklah dulu sebelum masuk.” Luna menegur tanpa menoleh. Disangkanya itu salah satu pelayan rumah.“Aku tidak bisa mengetuk.” Alden berdiri di sisi Luna, wajahnya sedikit pucat. “Berdirilah cepat, jangan sampai mereka menemukan kita.”Luna kaget melihat pantulan bayangan Alden yang b
Itu bukanlah sebuah gua. Tidak akan ditemukan jika orang-orang mencari sampai setengah mati di Mahrazh. Roth bisa karena ia bukan manusia. Itu adalah sebuah tempat yang diciptakan oleh entitas kegelapan, untuk melindungi diri, bersembunyi, mengamati, dan mengambil sesuatu yang dibutuhkan untuk mereka bertahan. Roth memiliki satu dan Sang Sulung itu juga memilikinya. Tempat mereka berdua tak pernah bersinggungan. Tapi, hari ini Roth akan menghancurkan tempat itu. Ia tidak akan membiarkan janjinya pada Kyra lagi-lagi teringkari. Walau hari ini juga akan jadi hari terakhir ia ada.“Di mana kamu sembunyikan Kyra!” Roth muncul dan langsung menyerang.“Apakah gadis itu hilang?” Pemuda itu tertawa. “Senang melihat reaksimu yang seperti ini. Sudah kubilang gadis itu akan kusingkirkan!”“Alvare!” Sudah lama sekali Roth tak memanggil nama Si Sulung pertama itu. “Ini sudah berakhir! Serahkan gadis itu!”Pem
Kyra memandang keluar jendela di kamarnya. Sudah seminggu sejak ia sadar dari koma dan bersikeras untuk pulang hari itu juga. Kata tania, Kyra terpental dari jendela belakang bus yang pecah karena ledakan mesin. Tidak ada yang terluka hari itu kecuali Kyra yang tertidur sangat lama. Ia ingin mengatakan jika dirinya tak tidur, tapi tak akan ada yang percaya. Jadi, cerita tentang Roth dan Alden ia simpan untuk diri sendiri.“Mama.” Kyra menebar senyum. Ia jadi sering tersenyum kini dan juga menangis ketika sendirian.Shiena berdiri di pintu, membawa dua buah mug yang beraroma harum. Setelah dekat salah satunya diserahkan pada Kyra. “Kesukaanmu,” kata Shiena sambil menyesap miliknya. “Aku tidak merasa setelah bangun kamu baik-baik saja.” Shiena membelai kepala putrinya itu. Ia tahu ada sesuatu yang membuat Kyra menjadi resah dan pendiam.Kyra meletakkan mugnya di meja. Memeluk pinggang mama. Entah kebetulan ataukah takdir, wajah
Teman-temannya tertawa di belakang Roth. Rasanya cukup memalukan mengetahui ada seorang gadis yang baru ditemui menangis tanpa alasan setelah melihat wajah Roth. Roth memandang binggung ke sekeliling dan kemudian ikut berjongkok bersama gadis itu.“Hei ….” Disentuhnya sedikit kulit punggung tangan gadis tak dikenal yang masih sesegukan. “Apa terjadi sesuatu? Aku menginggatkanmu pada seseorang?” tanya Roth beruntun.Roth tak mendapatkan jawaban. Sebagai gantinya gadis tanpa nama hanya beringsut pelan menjauhi Roth. Ia jadi merasa seperti binatang buas yang mampu membuat seorang gadis kecil menangis.Tiba-tiba saja suara teriakan seorang gadis lain yang muncul dari arah dalam sekolah melalui lorong menuju halaman belakang muncul. Wajahnya memerah dan ia berjalan dengan cepat seperti kijang di dalam hutan mendekati Roth.“Maaf, gadis ini ….”Belum sempat Roth menjelaskan apa yang terjadi, gadis yang be
Di mana, ya, aku bertemu dengan gadis itu? Roth duduk di depan tugas-tugas yang terhampar di atas meja belajar. Ia baru menyelesaikan setengah dan kemudian teringat akan gadis manis dengan tatapan sedih tadi siang.Mungkin jika bertemu dengan gadis itu lagi di sekolah, ia bisa mengajukan banyak pertanyaan. Salah satunya adalah kenapa gadis itu bersikap seolah mengenal dirinya. Tidak hanya dirinya, tetapi juga Alden.“Woi, Alden!” Ia memukul dinding berharap nama yang dipanggil belum tidur.“Kakakku sudah tidur!” seru seorang lelaki lain dari balik dinding.Roth mendesah. Ia kemudian menutup semua buku dan berjalan menuju ranjang tingkatnya sendiri. Ia sendiri, lelaki yang seharusnya sekamar dengannya pergi siang tadi. Roth ragu kalau lelaki tersebut akan kembali malam ini. Lelaki itu mengatakan jika punya urusan yang lebih penting di kota ini.Roth berdiri dari tempat duduknya dan menjatuhkan diri ke ranjang.
Roth dan Alden kabur begitu keluar dari kelas dan melihat Tania bergegas menghampiri Kyra. Kyra bahkan tak sempat menyadari kapan kedua pemuda itu menghilang. Begitu Tania ada di sampingnya dua orang tersebut sudah tak tampak.“Maaf, ya, aku tidak bisa pulang bersamamu lagi. Ada urusan mendesak,” kata Tania. Ia menyatukan kedua tangan dan memejamkan mata meminta maaf. Saat seperti ini Tania terlihat sangat lucu dan mengemaskan.“Tidak apa, aku bisa pulang sendiri.” Sudah beberapa kali Tania tidak bisa berangkat dan pulang bersamanya.Kyra ingin bertanya, tetapi menahan diri. Sebab akan menyusahkan untuk Tania menerangkan padanya apa yang sedang dikerjakan. Makai a akan melihat apapun hasilnya nanti—Kyra yakin itu tak jauh soal rencana tahunan sekolah seperti parade juga pesta dansa.“Mmm … kenapa matamu bengkak?” tanya Tania penasaran.Sontak Kyra menyentuh wajahnya. Ia tidak bisa mengatakan menangis
Kyra merasa ada monster besar berjalan di belakangnya dan dalam waktu dekat akan menerkam. Orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya seolah kehilangan suara. Ia menjadi seperti berada di dunia sunyi.“Aku tahu kamu tidak menyukaiku, tapi tidak perlu sejelas itu.”Kata-kata Alvare menyentak Kyra. Ia jadi semakin tak berani melangkah, apalagi memalingkan wajah untuk bisa melihat ekspresi Alvare.“Hanya aku yang punya ingatan waktu itu. Roth dan Alden sama sekali tidak memiliki ingatan.”Kyra menghentikan langkahnya. Ia mendorong dirinya sendiri untuk menunggu Alvare yang tadi berjalan di belakang untuk menyusul.“Apakah terjadi sesuatu?” tanya Kyra.Alvare berhenti melangkah dan berdiri di samping Kyra. Pemuda tersebut tidak menoleh pada Kyra. Pandangan Alvare lurus ke depan. Dari penilaian Kyra, Alvare tidak akan memberikan jawaban yang diinginkannya. Kyra memejamkan mata sesaat. Begitu ia membuka matan
Mimpi kemarin malam membuat Mama heboh lebih lama. Kata Mama Kyra menjerit-jerit dan sulit sekali dibangunkan. Walau Kyra sudah sukses berakting di depan Mama kalau tidak ingat apa yang diimpikan saat itu, tapi Shiena sama sekali tidak percaya. Ia bersikukuh supaya Kyra mengaku.“Wajahmu terlihat seperti orang yang mengangkat beban berat. Apa terjadi sesuatu?” tanya Roth.Wajahnya begitu dekat dan membuat Kyra melonjak kaget. Begitu hal tersebut terjadi, pemuda itu langsung menjauhkan wajahnya dengan cara berdiri tegap.Seharusnya kamu bertanya seperti itu saja, kenapa malah membuatku kaget! Kyra membatin geram.Ia memalingkan wajah dan menemukan Alden berjalan cepat menuju ke arahnya. Saat Alden menyadari Kyra melihatnya, pemuda tersebut mengangkat tangan dan melambai riang seperti anak kecil. Kyra ingat jika pemuda yang sama selalu berlaku sama pula. Di belakang Adel, Kyra melihat wajah Alvare terlihat letih. Ada lingkaran hitam di
“Alvare juga akan kembali seperti Radk, kan?”Saat Kyra ditanya oleh Alden seperti itu, ia tidak bisa menjawabnya. Yang dilakukan kemudian hanya melarikan diri dan terus seperti itu. Ketika mereka harus berkumpul dan kemudian membicarakan banyak hal lalu Alden kembali mendekatinya untuk bisa menanyakan hal yang sama lagi, Kyra akan mengelak. Ia melakukan segala cara untuk melarikan diri. Sampai ia yakin Alden menyerah dan tidak lagi bertanya.Ia menyayangi Alden seperti menyayangi Tania, sahabatnya sejak kecil. Ia sangat gembira ketika keduanya memutuskan untuk menikah dan menjadikan dirinya orang pertama yang menerima kabar tersebut. Ia bahkan mendapatkan lemparan bunga dari Tania.“Aku sangat bahagia!” Tania memeluknya sampai sesak napas saat mengabarkan hal tersebut dengan Alden di belakangnya.Dalam tatapan Alden Kyra bisa menemukan pertanyaan yang dulu diajukan ketika melihat Radk dan Eleanor bersama. Namun, lelaki it
Hubungan Alden dan Tania nyaris sangat baik sekarang. Walau kadang-kadang Kyra memergoki keduanya sedang berdebat sesuatu yang tidak dimengerti, tapi ia yakin semuanya baik. Sebab ia melihat wajah Tania sangat cerah setiap kali hal tersebut terjadi.“Apa terjadi sesuatu yang hebat?” tanya Roth tiba-tiba.Pemuda yang entah sudah tumbuh berapa senti sejak kejadian penyerangan Vlad itu punya bakal untuk muncul tiba-tiba sekarang. Bukan hanya itu, tampangnya yang semakin hari semakin maskulin membuat jantung Kyra tak aman. Kyra harus berusaha keras untuk tidak menatap langsung ke arah pemuda itu setiap kali bicara.Namun, itu malah membuat Roth semakin ingin mengodanya. Pemuda tersebut selalu saja mendorongkan dirinya ke depan Kyra dengan segala cara dan sepertinya menikmati kecanggungan yang merayap di wajah Kyra.“Tentu saja.” Kyra membusungkan dada dan menunjuk ke arah Alden yang sedang duduk di taman bersama Tania.
Tania sama dengan gadis lainnya di sekolah. Pasti akan tersipu-sipu jika jatuh cinta. Namun, ia tidak melihat hal itu dilakukan Tania padanya. Jadi, tidak mungkin gadis itu menyimpan perasaan untuknya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi.Gadis bernama Tania tersebut muncul kembali dengan tas yang sama besarnya seperti kemarin-kemarin dan juga buku-buku di pangkuannya. Setelah melirik sedikit, Alden memalingkan pandangan dan sibuk dengan tugasnya sendiri.“Bukan begitu.”Ia tersentak ketika Tania menepuk tangannya pelan dan menarik buku yang sedang ditulis. Dari tas sendiri, Tania mengeluarkan sebuah balpoin dan menulis di buku Alden yang direbut.“Seperti ini,” kata Tania. Buku tersebut kembali ke depan Alden.Ia menemukan kesalahan dalam perhitungan alogaritma yang sedang dikerjakan. Alden berdehem sedikit. “Terima kasih,” katanya dingin.Sebagai balasan Tania tersenyum sangat manis hingga d
Brak!Suara keras tersebut membuat kepala Alden terangkat. Ia melihat sebuah tas di atas meja dan gadis yang kemudian duduk di bangku di sampingnya.Lagi? Alden bertanya dalam hati tidak percaya. Ia melirik gadis yang datang bersama tas besar di atas meja. Sudah tiga hari berturut-turut orang yang sama menganggunya. Ia sudah mengakui kalau membuat kesalahan dengan menyiksa diri sendiri. Akan tetapi, gadis ini datang lagi dan lagi, membuat Alden kesal setengah mati.“Aku sudah mengakui kesalahanku, kan? Aku tidak akan menyendiri lagi, sungguh,” kata Alden sungguh-sungguh.Gadis bernama Tania yang menjawab selama hampir lima tahun berturut-turut menjadi ketua siswa tersebut mengangkat kepala dan menatap Alden malas. “Bisakah pandanganmu kamu alihkan ke arah lain? Apa yang kamu lihat?” tanyanya sama sekali tidak bersemangat.Alden melakukan seperti yang diminta dan menemukan seluruh meja kantin penuh kecu
Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye
Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye
Grenada tidak mengatakan apapun. Bahkan saat Alden menguncangnya berkali-kali. Ia tetap bungkam ketika pertugas keamanan meringkusnya. Begitu jenazah Alvare telah dibawa ambulans untuk autopsy kepolisian, Linden memaksa Alden untuk ikut pulang bersama Kyra, Roth, dan dirinya. Mereka tidak bisa membiarkan Alden sendirian di depan kamar mayat menunggu tubuh Alvare selesai diautopsi.Sama dengan Grenada, Alden juga tidak mengatakan apa-apa. Ia berjalan seolah tidak melihat apapun. Bahkan tidak merasakan ketika menabrak Shiena saat melewati pintu masuk.“Ada apa dengan dia?” tanya Shiena kesal. “Mana Alvare?”Linden menepuk bahu Shiena dan mengeleng. “Akan aku jelaskan di dalam. Ayo kitam masuk,” ajak Linden.Kyra dan Roth juga terlihat tidak semangat. Gadis di samping Roth masih sesegukan karena menangis. Ia tak menyangka harus melihat hal mengerikan seperti itu setelah banyak hal selama ini.“Kamu baik-baik s
“Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pad
“Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pada Roth dan men