Alden berpura-pura tak melihat. Padahal sungguh mati ia terkejut menatap sebuah wajah yang mirip dengan orang yang bersembunyi di belakangnya. Sentuhan jemari Kyra di punggungnya perlahan melemah, kemudian ia tak merasakan lagi. Saat menoleh ia melihat gadis itu berlari. Ia yakin di dalam otak Kyra muncul banyak ketakutan dan di suatu tempat ketika terjatuh gadis itu akan menangis.
Alden berbalik. Bermaksud mengejar gadis itu. Ia tak bisa membiarkan Kyra ketakutan sendirian, ia menyukai gadis itu, dan tak peduli dengan wajah lain yang sama dengan Kyra. “Lepaskan aku!” Berseru penuh kemarahan pada gadis dengan wajah Kyra yang menahannya. Setelah mengatakan itu Alden mulai berlari dan telah kehilangan jejak
“Dia saudariku.” Gadis dengan wajah Kyra itu memberitahunya.
“Aku tak peduli. Aku mencintainya.” Alden bisa menangkap kemarahan dalam tatap mata gadis berwajah Kyra. pemuda itu memilih mundur, ia tak ingin berdebat dengan per
Kyra membuka mata cepat. Apa yang hadir di dalam mimpinya itu begitu nyata. Benarkah itu, apakah itu hanya karena demam yang menyerang belaka. Tapi, belakangan ia tak bisa mengatakan semua yang terjadi hanya mimpi. Setelah terjebak di sini dan menjadi seseorang yang harus mencari tahu diketidak tahuan.Ia melihat Luna di dalam mimpi, ada dirinya juga saat itu. Terikat dan coba berteriak pada Luna untuk menghentikan apa pun yang sedang berusaha dilakukan. Ia tak paham diagram juga tak paham dengan apa pun yang tengah diteriakan Luna di kamar. Ia melihat Roth di sana. Kyra berteriak suapaya membebaskan dirinya dan menghentikan apa yang sedang dilakukan Luna. Roth hanya diam saja.“Aku memanggilmu dengan darah, mengikatmu dengan darah dan mengakhiri semua dengan darah.”Luna mendekat pada Kyra setalah berkata demikian. Sebuah pisau di tangannya. Dengan kejam benda tajam itu disayatkan ke nadi Kyra. Roth berjengit, tapi tak membantu. Samar, Kyra mendenga
Istri tetua penasehat telah hamil tua. Ia sudah kesulitan berjalan. Malam itu ketika cuaca di Mahrazh sama sekali tak bersahabat. Rasa sakit mendera dengan cepat. Mejalar di tulang punggungnya, membuat ia berteriak. Rasanya sudah waktunya kini. Ia menguncang tubuh suami yang tidur di sampingnya. Kaget karena guncangan dan teriakan, tetua penasehat bahkan hampir terjatuh dari tempat tidur.“Ada Apa? Sudah waktunya?” Ia menatap wajah istrinya kemudian mengalih pandangan pada perut sang istri yang membuncit.Sang Istri mengangguk. “ya, sakit sekali.” Perempuan hamil besar itu meringis, berusaha untuk duduk dan bersandar di kepala tempat tidur. Air mata dan juga peluh bercampur menjadi satu di wajahnya.Tetua penasehat menendang selimut dengan cepat. Sempoyongan sedikit saat berdiri dan berjalan tiba-tiba, masa tua mulai mempengaruhi vitalitasnya. Ia membuka pintu dan menghilang di baliknya dengan cepat. Beberapa pelayan masuk setelah itu dan
Kyra kembali dari bermain. Ia menarik roknya untuk menutupi lutut. Tapi, Shiena tahu apa yang terjadi. Putrinya itu menghilang ke dalam kamar sebentar dan muncul setelah menganti pakaian.“Kemarikan lututmu.”Kyra tersentak. Berdiri mematung selama beberapa detik di ruang sulam dan perlahan mulai mendekat ke Shiena. “Aku tidak apa-apa.” Ia berbohong.“Apakah lagi-lagi kakakmu yang melakukan ini?” Shiena tanpa persetujuan menunduk memeriksa. Lutut Kyra memar kehijauan, ada luka berdarah yang belum kering. Semua luka didapat bersamaan dengan luka lainnya.Gadis kecil itu menggeleng. “Tidak. Bukan kakak, ia tidak melakukan apa pun.” Kembali Kyra berbohong.“Kamu ingat soal kebohongan yang Ibu ajarkan Minggu lalu padamu.” Shiena dengan sigap membersihkan luka dan memberi obat berupa salep. Ia meniup ketika dilihatnya Kyra mengernyit menahan sakit. Gadis kecil itu sama sekali tidak menangis.
Sejak saat itu Kyra sering bertemu dengan pemuda itu. Yang selalu memilih untuk mengunjungi Kyra ketika matahari telah terbenam. Tidak ada yang pernah bertemu dengan teman Kyra ini, sebab anak itu pandai sekali bersembunyi. Bahkan ketika mereka tengah berlarian di taman belakag, lalu berpapasan dengan pelayan atau penjaga, anak itu pastilah sudah menghilang ketika Kyra menoleh untuk menyuruh bersembunyi.“Aku selalu saja kalah ketika bersembunyi darimu.” Kyra menggeluh suatu malam setelah selesai bermain dan anak itu selalu berhasil menemukannya. Padahal Kyra sudah dengan hati-hati bersembunyi dalam seonggok besar daun yang baru selesai di sapu.Anak itu hanya tersenyum. Duduk di dekat jendela yang berbatasan dengan taman belakang. Ia menatap keluar sebentar dan masih belum mengatakan apa-apa.“Sudah seminggu dan kamu belum juga memberitahu namamu. Katakana padaku.” Kyra meloncat dari atas ranjang dan berdiri sempurna. Kini ia bersa
Aneh sekali, Roth tidak terlihat di mana pun selama tiga hari. Kyra yang dalam kesehariannya ditemani pemuda itu merasa amat kesepian. Ia tidak tahu bagaimana memanggil Roth dan di mana bisa menemukan pemuda itu. Kyra mendengus, mengeluh berkepanjangan atas tak tahu dirinya tentang Roth. Saat nanti bertemu lagi dengan Roth, ia akan tanyakan di mana Roth tinggal.Langkah Kyra terhenti tepat di batas jalan. Ia memandang pada tonjolan akar pohon oak, tempat di mana Roth sering duduk ketika menemani Kyra. Ada seseorang yang sudah mengambil alih, Kyra pernah bertemu. Pada saat pengejaran para prajurit beberapa hari lalu. Si pemuda sombong yang mengharuskan Kyra menggenal dirinya. Kyra berbalik akan pergi.“Hei! Kenapa pergi!” Pemuda itu berteriak menghentikan langkah Kyra.“Apa boleh buat, tempatku sudah diambil alih.” Kyra berujar pelan. Berharap pemuda itu tidak mendengar. Ia memilih untuk melanjutkan langkahnya lagi.Pemuda itu mence
Ibu lebih menyayangi Kyra ketimbang dirinya. Fakta itulah yang terlihat di masa kanak-kanak Luna. Membuatnya kadang-kadang melakukan kejahatan pada saudara kembar yang dirahasiakan itu. Ya, dirahasiakan. Ayah memberi tahu seperti itu. Jika ada orang selain pelayan dan keluarga yang tahu, maka Ayah akan mendapat masalah.Luna sama sekali tak meneteskan air mata ketika Ibu dimakamkan. Kyra tentu saja tak akan ada di sini. Ayah tak suka Kyra terlihat. Ia tersenyum di depan lukisan Ibu di batu nisan. “Sekarang Kyra Ibu akan sendirian, apa yang akan Ibu lakukan?”Ia ingin memberi pelajaran pada Kyra. Karena itu ia membuka kunci kamar Kyra. Jika Kyra terlihat oleh satu orang saja, maka Ayah akan segera mengasingkannya. Begitu ancamnya ketika Kyra hampir telihat tamu Ibu sekitar beberapa bulan lalu. Bukan pada Kyra Ayah berkata, tetapi pada Ibu. Ia mengintip di sela pintu ketika saudara kembarnya itu lewat. “Kamu tahu, aku ingin saudaraku mendapat masa
“Namaku Kyra!”Perkenalan penuh senyuman disertai dengan uluran tangan itu sama sekali tak pernah dilupakan Roth. Tidak ada yang pernah benar-benar melihat dirinya yang bertumbuh bersama mereka. Bagi setiap orang yang diikuti, Roth hanyalah sebuah kutukan. Hanya kutukan.“Kirim kembali ia bersama ibu.”Kalimat Luna membuat Roth terpana. Ia tahu cepat atau lambat akan kehilangan malaikat yang menggulurkan tangan itu padanya. Apakah sekarang ia memiliki hati atau itu hanya sebuah keinginan untuk memiliki. Roth tak peduli. Ia tak mau kehilangan Kyra.Ia pandangi punggung Kyra yang mulai menjauh. Diulurkan tangan untuk memegang tangan Kyra yang berayun, tidak terjangkau. Apakah seperti ini nasib yang sudah ditentukan takdir pada esistensi yang memiliki jiwa dari kutukan. Tidak punya tempat di dunia nyata bahkan dalam gelap. Ia hanyalah bayang-bayang yang menatap ke arah kilauan cahaya.“Kamu akan meninggal
Kyra membuka mata. Selama beberapa hari ini ia mimpi sama. Suasana gelap dan gema perkataan dari seorang perempuan yang rasanya amat dikenal. Pada saat tidur tadi, Kyra hapal sekali dengan kata-kata yang diucapkan perempuan itu. Namun, ketika matanya terbuka semua lenyap begitu saja.Sejak malam itu, Roth tidak lagi muncul. Kyra juga tidak bisa bertanya pada siapa pun ke mana pemuda itu pergi. Hari-harinya di bawah pohon oak kini ditemani Alden, putra sang lord. Anehnya kini ketika Alden tidak ada, Kyra merindukan pemuda itu. Menyebalkan memang tetapi ia mengaku rasa yang tak ia pahami itu.“Ada pesta di kastel?”Alden mengangguk. Ia ingin menggenalkan Kyra kepada ayahnya malam ini. Forde pasti akan menyukai Kyra. Gadisnya ini tidak hanya cantik saja tetapi juga pintar. “Aku secara khusus mengundangmu.” Alden menyerahkan perkamen berwarna kuning gading. Ada cap khusus yang akan memudahkan Kyra untuk masuk ke dalam kastel.&ld
“Alvare juga akan kembali seperti Radk, kan?”Saat Kyra ditanya oleh Alden seperti itu, ia tidak bisa menjawabnya. Yang dilakukan kemudian hanya melarikan diri dan terus seperti itu. Ketika mereka harus berkumpul dan kemudian membicarakan banyak hal lalu Alden kembali mendekatinya untuk bisa menanyakan hal yang sama lagi, Kyra akan mengelak. Ia melakukan segala cara untuk melarikan diri. Sampai ia yakin Alden menyerah dan tidak lagi bertanya.Ia menyayangi Alden seperti menyayangi Tania, sahabatnya sejak kecil. Ia sangat gembira ketika keduanya memutuskan untuk menikah dan menjadikan dirinya orang pertama yang menerima kabar tersebut. Ia bahkan mendapatkan lemparan bunga dari Tania.“Aku sangat bahagia!” Tania memeluknya sampai sesak napas saat mengabarkan hal tersebut dengan Alden di belakangnya.Dalam tatapan Alden Kyra bisa menemukan pertanyaan yang dulu diajukan ketika melihat Radk dan Eleanor bersama. Namun, lelaki it
Hubungan Alden dan Tania nyaris sangat baik sekarang. Walau kadang-kadang Kyra memergoki keduanya sedang berdebat sesuatu yang tidak dimengerti, tapi ia yakin semuanya baik. Sebab ia melihat wajah Tania sangat cerah setiap kali hal tersebut terjadi.“Apa terjadi sesuatu yang hebat?” tanya Roth tiba-tiba.Pemuda yang entah sudah tumbuh berapa senti sejak kejadian penyerangan Vlad itu punya bakal untuk muncul tiba-tiba sekarang. Bukan hanya itu, tampangnya yang semakin hari semakin maskulin membuat jantung Kyra tak aman. Kyra harus berusaha keras untuk tidak menatap langsung ke arah pemuda itu setiap kali bicara.Namun, itu malah membuat Roth semakin ingin mengodanya. Pemuda tersebut selalu saja mendorongkan dirinya ke depan Kyra dengan segala cara dan sepertinya menikmati kecanggungan yang merayap di wajah Kyra.“Tentu saja.” Kyra membusungkan dada dan menunjuk ke arah Alden yang sedang duduk di taman bersama Tania.
Tania sama dengan gadis lainnya di sekolah. Pasti akan tersipu-sipu jika jatuh cinta. Namun, ia tidak melihat hal itu dilakukan Tania padanya. Jadi, tidak mungkin gadis itu menyimpan perasaan untuknya. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi.Gadis bernama Tania tersebut muncul kembali dengan tas yang sama besarnya seperti kemarin-kemarin dan juga buku-buku di pangkuannya. Setelah melirik sedikit, Alden memalingkan pandangan dan sibuk dengan tugasnya sendiri.“Bukan begitu.”Ia tersentak ketika Tania menepuk tangannya pelan dan menarik buku yang sedang ditulis. Dari tas sendiri, Tania mengeluarkan sebuah balpoin dan menulis di buku Alden yang direbut.“Seperti ini,” kata Tania. Buku tersebut kembali ke depan Alden.Ia menemukan kesalahan dalam perhitungan alogaritma yang sedang dikerjakan. Alden berdehem sedikit. “Terima kasih,” katanya dingin.Sebagai balasan Tania tersenyum sangat manis hingga d
Brak!Suara keras tersebut membuat kepala Alden terangkat. Ia melihat sebuah tas di atas meja dan gadis yang kemudian duduk di bangku di sampingnya.Lagi? Alden bertanya dalam hati tidak percaya. Ia melirik gadis yang datang bersama tas besar di atas meja. Sudah tiga hari berturut-turut orang yang sama menganggunya. Ia sudah mengakui kalau membuat kesalahan dengan menyiksa diri sendiri. Akan tetapi, gadis ini datang lagi dan lagi, membuat Alden kesal setengah mati.“Aku sudah mengakui kesalahanku, kan? Aku tidak akan menyendiri lagi, sungguh,” kata Alden sungguh-sungguh.Gadis bernama Tania yang menjawab selama hampir lima tahun berturut-turut menjadi ketua siswa tersebut mengangkat kepala dan menatap Alden malas. “Bisakah pandanganmu kamu alihkan ke arah lain? Apa yang kamu lihat?” tanyanya sama sekali tidak bersemangat.Alden melakukan seperti yang diminta dan menemukan seluruh meja kantin penuh kecu
Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye
Kehidupan Normal mulai datang perlahan-lahan kini. Sekolah walaupun belum secara penuh telah berjalan kembali. Kyra mulai sibuk mengejar pelajaran yang dari awal sudah tertinggal. Roth benar-benar membantunya dalam mengerjakan catatan.Alden belum bisa seperti biasa. Sesekali ia termenung di suatu sudut dan kemudian menangis. Kyra bisa memaklumi hal tersebut, tapi tidak bisa membantu apa-apa. Ia tidak memiliki saudara dan selalu terbiasa sendiri. Tania, sahabatnya tidak pernah meninggalkannya. Namun, kehilangan seorang sahabat tentu berbeda dengan kehilangan saudara kembar.“Aku benar-benar ingin membantu,” kata Kyra pada Roth yang datang setelah bel berbunyi.Roth melirik ke arah Alden yang diam saja sejak tadi. “Kita akan membantu jika sementara waktu menjauh darinya,” kata pemuda tersebut cukup yakin. Ia melihat Tania mendekati tempat duduk Alden kini.Kyra bertupang dagu, tatapannya mengatakan ketidaksetujuan, tapi ia tak menye
Grenada tidak mengatakan apapun. Bahkan saat Alden menguncangnya berkali-kali. Ia tetap bungkam ketika pertugas keamanan meringkusnya. Begitu jenazah Alvare telah dibawa ambulans untuk autopsy kepolisian, Linden memaksa Alden untuk ikut pulang bersama Kyra, Roth, dan dirinya. Mereka tidak bisa membiarkan Alden sendirian di depan kamar mayat menunggu tubuh Alvare selesai diautopsi.Sama dengan Grenada, Alden juga tidak mengatakan apa-apa. Ia berjalan seolah tidak melihat apapun. Bahkan tidak merasakan ketika menabrak Shiena saat melewati pintu masuk.“Ada apa dengan dia?” tanya Shiena kesal. “Mana Alvare?”Linden menepuk bahu Shiena dan mengeleng. “Akan aku jelaskan di dalam. Ayo kitam masuk,” ajak Linden.Kyra dan Roth juga terlihat tidak semangat. Gadis di samping Roth masih sesegukan karena menangis. Ia tak menyangka harus melihat hal mengerikan seperti itu setelah banyak hal selama ini.“Kamu baik-baik s
“Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pad
“Alvare ada di kamarnya?” tanya Kyra.Ia berpura-pura perlu bertemu dengan Alvare karena itu menyuruh Alden memanggil saudara kembar pemuda itu. Lalu dilihatnya Alden mengeleng pelan.“Kalau Grenada?” tanya Kyra kali ini mulai khawatir.Ia mendengar pembicaraan kedua orang itu tadi saat akan memanggil Alvare ke atas. Begitu Alvare terlihat tidak bersemangat dan hanya mengikuti Alden dengan pandangan matanya saja. Kyra yakin akan terjadi sesuatu. Makanya ia semakin cemas karena sudah cukup lama kedua orang tersebut tak tampak.“Apa aku harus memeriksanya?” tanya Roth yang sejak tadi hanya menikmati gelas berisi coklat panas yang dibagi-bagikan Shiena.“Bisakah?” tanya Kyra.Entah kenapa untuk saat ini Kyra tidak mau berpapasan dengan Grenada. Ada sesuatu pada gadis itu yang tidak disukainya. Karena itu mendengar Roth menawarkan diri ia sangat senang. Ia mengucapkan terima kasih pada Roth dan men