“Bagaimana, Cleon?” Aldephie menunggunya dengan resah di depan pintu perpustakaan. Sayangnya, Cleon menggeleng. Menandakan apa yang dicarinya tidak ada di dalam sana.
“Ah, bagaimana ini?” tanya Aldephie pada dirinya sendiri. Tidak ada yang lebih membuatnya frustrasi dari pada kehilangan saudara satu-satunya.
“Tenanglah, aku akan membantu. Apa kau memiliki petunjuk lain?”
Aldephie menggeleng lemah. Kehilangan Anastazja untuk yang kedua kalinya membuat Aldephie sadar bahwa ia tidak mengenal adiknya itu sama sekali. Ia bahkan tidak mampu memahami apa yang diinginkan oleh adiknya sendiri. Lagi-lagi, hatinya berdenyut perih.
Sejatinya, sejak kecil Anastazja hanya ingin didengar. Hanya ingin diperhatikan. Terutama oleh keluarganya sendiri. Namun, justru keluarganyalah musuh terbesar dalam hidupnya. Tembok yang harus ia panjat hanya agar keinginan kecilnya terpenuhi.
Sayangnya
Terima kasih atas dukungannya ❤ Secret of Five Gods hadir setiap hari menemani kalian pada pukul 10.00 WIB
Apa yang membuat Anastazja tidak henti-hentinya merasa takjub? Segalanya! Pertama keberhasilan akan sihir yang saat ini digunakannya. Menurut situs Persatuan Penyihir Seluruh Dunia, jika kau bukan pengendali air atau es, maka sihir untuk membuka memori sebuah barang berada dalam tingkatan atas.Kenapa? Tentu saja karena itu sama saja dengan kau membuka paksa rahasia orang lain. Tidak semua orang berbangga—atau bahkan tidak ada—untuk membuka rahasianya pada orang lain, terutama pada orang yang belum dikenalnya dengan baik.Kedua; kapal bajak laut! Nyata adanya dan kini Anastazja sedang berdiri di atasnya. Oke, mungkin dalam wujud orang lain—tidak seorang pun dapat memberikannya cermin—jadi Anastazja belum bisa mengenali tubuh siapa yang ia gunakan.
“Mabuk laut?”Anastzja tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari pemuda yang membawakan handuk dan baju gantinya—ia baru tahu setelahnya kalau pemuda itu bernama Ramirez.Ramirez mengangguk mantap. Seolah tidak ada keraguan sedikit pun dari perkataannya. Baru beberapa menit yang lalu Anastazja selesai dengan baju basahnya. Ia lalu menemui Ramirez dan menanyakan alasan kenapa ia bisa tenggelam di laut saat kapal akan berlabuh? Terdengar sangat tidak keren bagi Anastazja.Hal mengejutkan lainnya adalah Ramirez mengatakan bahwa Anastazja mengalami mabuk laut yang parah. Beberapa kru kapal yang menjadi saksi mengatakan kalau pemilik fisik yang ditumpangi Anastazja tergelincir saat ia akan mengeluarkan isi perutnya ke dalam laut.
Tidak peduli bagaimana dinginnya udara malam hari di penghujung musim gugur, ia hanya berlari layaknya roket membelah langit menuju rumah Anastazja. Ada sesuatu. Sesuatu yang harus ia sampaikan pada Aldephie mengenai adiknya, Anastazja. Berbeda dengan Cleon yang tinggal di pusat kota, Anastazja—juga semua warga black blood—hanya diperbolehkan tinggal di pinggir kota yang posisinya lebih mendekati hutan dari pada ke arah kota. Butuh waktu sekitar lima puluh menit untuk mencapai rumahnya Anastazja, tetapi Cleon tidak peduli. Tidak ada bedanya dengan lomba lari maraton yang biasa dia ikuti. Tidak ada hal yang dia pikirkan saat ini kecuali Anastazja. Benar, kecuali Anastazja seorang. Sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa sosok yang sangat ingin dia lihat kini sedang berdiri membukakan pintu untuknya. Wajahnya
“Maafkan aku sudah melibatkanmu, Tuan ....” Aldephie menatap Cleon dengan tatapan serba salah. “Jangan panggil aku begitu, Aldephie. Lagi pula, tidak ada orang di sini,” ucap Cleon sesekali menyeruput teh pesanannya. Musim dingin belum tiba, tetapi Cleon sudah tidak memiliki minat untuk pergi kuliah. Dia sudah mencoba pergi ke sana hanya untuk menemui dosennya. Namun, setibanya di sana, lelaki itu bahkan tidak peduli dengan penjelasan mengenai Hukum Teritorial Batas Wilayah, salah satu mata kuliah yang saat ini sedang menjadi fokus utama di tahun ketiganya. Cleon tidak peduli mengenai pembagian wilayah Negeri Selatan, seberapa jauh Negeri Selatan terbentang dan lain sebagainya. Pada akhirnya, keunggulan dari mata kuliah tersebut hanya untuk memudahkan mereka-mereka yang ingin bergabung bersama militer nanti. Mungkin berguna jika Cleon memang akan turun ke medan tempur. Namun, Cleon tidak berniat untuk itu. Dia bahk
Ramirez sigap mencabut granat kecil yang ia gantung di balik bajunya, lalu mendorong tubuh pria itu dengan mudah. Wajahnya berubah marah, tetapi Ramirez tidak peduli. Setelah ia meludahi sepatu Ramirez, pria itu berdiri dan meninggalkan mereka di tengah keramaian pasar. Anastazja melihat sekeliling, mencoba untuk menjelaskan apa yang terjadi. Namun, lagi-lagi situasinya membuat nalarnya tidak bekerja dengan baik. Biasanya pada saat seperti ini, polisi Alastor dari Pengadilan Tertinggi akan datang, tapi apa? Tidak ada seorang pun peduli pada kericuhan barusan. Antara takjub dan bingung, Anastazja tidak mengerti mana yang harus ia rasakan? “Tuan, Anda baik-baik saja? Tidak ada luka serius?” Ramirez memutar badannya untuk memastikan bahwa Anastazja—tuannya—tidak mendapatkan luka serius. Namun, ia mendapati Anastazja hanya berdiri mematung menatapnya bingung. Berikutnya, Anastazja menunjuk granat
“Aku akan mendengarmu, jadi katakan saja. Katakan apa pun yang ingin kau katakan Aldephie. Aku pasti akan mendengarmu,” ucap Cleon tegas. Mungkin memang menjadi kakak dari seorang Anastazja terlalu berat bagi Aldephie. Anastazja memang memiliki wajah yang menawan, tetapi tidak bisa bersikap manis bahkan cenderung keras kepala dan memaksakan kehendaknya sendiri. Lihat saja, sudah dua kali dia menghilang tanpa kabar seperti ini. Dia tidak meminta maaf, atau apa pun yang seharusnya dia lakukan untuk menebus kesalahannya. Kali pertama Anastazja menghilang, mungkin memang sebagian besar kesalahan Aldephie karena tidak mau mendengarkan Anastazja. Namun, kali kedua dia menghilang, hubungan mereka sedang kurang baik. Awalnya, Aldephie mengira Anastazja akan kembali saat makan malam, tetapi sampai pihak sekolah meneleponnya, ia s
“Uh-huh. Black blood. Wow. Informasi yang sangat berguna, Nona Pencuri Raga.” “Anastazja.” “Benar, Anastazja. Jadi, kupikir ini bukan karena darahmu berwarna hitam, benar? Aku sudah berkeliling dunia—melakukan perjalanan dengan tuanku—tapi belum pernah aku melihat darah berwarna hitam ....” Ramirez terlihat memejamkan matanya. Mengingat-ingat mungkin satu kali dia pernah menemui darah dengan warna hitam atau suku dengan darah yang berwarna hitam. “Ya, kau tahu, jika mau pergi ke Barat, Kraken pasti akan menyambutmu untuk dijadikan penelitian selanjutnya. Haha!” Anastazja terdiam mendengar lelucon bodoh Ramirez. Ia terus menatap pemuda licik itu de
“Kau sudah lebih baik?” Ucapan Cleon seolah menarik Aldephie yang sedang berada dalam awang-awang kembali menuju kenyataan. Setelah berdeham beberapa kali, Aldephie membenarkan posisi duduknya. Ia mempersiapkan hati bicara dengan Cleon. Ia memutar kursi yang tadinya menyamping menjadi menghadap Cleon sepenuhnya. Bagaimana pun juga, Cleon harus mendengarkannya kali ini! “Cleon ... sebenarnya ....” Aldephie paham ini adalah kesempatan yang diberikan Dewa padanya. Namun, entah kenapa tenggorokannya seolah tersangkut sesuatu. Ia merasa Cleon berhak untuk tahu segalanya. Segalanya yang selama ini dialaminya. Segalanya yang sudah Anastazja bicarakan padanya. Kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengatakan apa pun ketika kesempatan emas itu datang? Tanpa Aldephie sadari, bulir