Share

Act. 21. Hal Buruk

Author: LlamaTail
last update Last Updated: 2021-11-15 11:02:33

“Kau sudah lebih baik?”

Ucapan Cleon seolah menarik Aldephie yang sedang berada dalam awang-awang kembali menuju kenyataan. Setelah berdeham beberapa kali, Aldephie membenarkan posisi duduknya. Ia mempersiapkan hati bicara dengan Cleon. Ia memutar kursi yang tadinya menyamping menjadi menghadap Cleon sepenuhnya. Bagaimana pun juga, Cleon harus mendengarkannya kali ini!

“Cleon ... sebenarnya ....” Aldephie paham ini adalah kesempatan yang diberikan Dewa padanya. Namun, entah kenapa tenggorokannya seolah tersangkut sesuatu. Ia merasa Cleon berhak untuk tahu segalanya. Segalanya yang selama ini dialaminya. Segalanya yang sudah Anastazja bicarakan padanya. Kenapa? Kenapa dia tidak bisa mengatakan apa pun ketika kesempatan emas itu datang?

Tanpa Aldephie sadari, bulir

LlamaTail

Halo, semuanya Terima kasih atas dukungan kalian untuk Secret of Five Gods 🥰 Ikuti terus perjalanan Anastazja dan kawan-kawannya, setiap hari jam 10 pagi Jangan lupa dukung cerita ini dengan rate dan komen. Saya akan sangat menghargainya, terima kasih 😊

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 22. Cleon Alastor

    “Vahmir! Apa yang terjadi dengan kamarku? Apa seseorang baru saja melempar bom ke dalamnya?” Sore itu, Cleon mencari Vahmir dengan wajah terkejut. Melihat kamarnya yang seperti habis menjadi korban pengeboman, Cleon meminta Vahmir untuk menjelaskan apa yang baru saja terjadi. Vahmir—pria tua yang cool dan selalu mengenakan jas hitam itu—hanya terdiam menatap majikannya simpatik. “Vahmir, ada apa? Terjadi sesuatu selama aku tidak ada?” “Tuan Muda, mohon maafkan saya. Hakim tertinggi mencari Anda. Beliau menunggu Anda saat ini di ruang kerjanya,” ucap Vahmir tanpa ekspresi. Cleon benar. Ayahnya. Siapa lagi? Sungguh bodoh saat kau pulang ke rumah, menemui kamarmu yang berantakan dengan kondisi hampir semua b

    Last Updated : 2021-11-16
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 23. Cleon Alastor II

    Tidak ada jeritan, pandangan atau apa pun yang mengisyaratkan perasaan simpatik pada Cleon. Semua orang kembali pada aktivitasnya masing-masing. Paman dan bibinya dengan ponsel mereka, ibunya dengan teh bunga mawar, juga Cesar yang menyempatkan diri mengambil buku ke meja sang ayah, lalu membuka dan membacanya. Semuanya tenang, tidak ada pembicaraan apa pun. Tepat, seperti inilah pertemuan keluarga Hakim Tertinggi Pengadilan Alastor. Cleon jatuh dengan posisi telungkup ke bawah. Beberapa kali ia terbatuk. Cleon mencoba kembali untuk bernapas dengan normal. Namun, belum sempat ia bangkit untuk duduk, ayahnya menarik kerah kemejanya yang basah dan ternoda, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi. Cleon tidak berkutik. Kakinya meronta-ronta mencari pijakan. Lehernya terasa tercekik, dadanya sesak. Keringat bercucuran mengguyur waj

    Last Updated : 2021-11-16
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 24. Peta

    Anastazja tidak peduli ke arah mana kakinya melangkah, ia mempercayakan semua padanya. ‘Gila! Orang-orang itu sudah gila!’ Napasnya pendek-pendek, ditambah udara malam yang dingin membuat dada Anastazja terasa sedikit nyeri. Anastazja menahan sakit di dadanya sampai melihat sebuah halte bus tua yang sepertinya sudah tidak terpakai. Anastazja berbelok, lalu merangkak. Beruntung tubuh sang tuan penasihat terbilang cukup kecil. Karena itu, ia bisa dengan mudah menyembunyikan diri meski di bawah bangku tunggu halte. Ia tahu hal itu akan sia-sia, karena itu bangku panjang itu terbuka lebar sehingga bisa dilihat oleh siapa pun. Karenanya, ia menggunakan sihir untuk menyembunyikan keberadaannya. Mulutnya merapal mantra, menyalurkan energi mistis ke telapak tangan kanan.

    Last Updated : 2021-11-17
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 25. Tanah Alastor

    Anastazja tidak mengerti bagaimana caranya pedagang itu menghilang begitu saja di hadapannya? Ia bertanya-tanya dalam hati, apakah ini seperti adegan-adegan dalam televisi yang selalu dilihatnya? Ia mengembuskan napas keras. Perjalanan yang aneh dengan kondisi yang aneh. Anastazja tidak pernah berpikir kalau dirinya akan terjebak seperti saat ini. Di dalam memori buku yang tidak ada habisnya. Anastazja sudah beberapa kali memikirkan jalan untuk kembali ke dunianya, tetapi sepertinya tidak bisa begitu saja dia kembali. Tidak seperti saat ia memutuskan untuk memasuki memori di buku itu. Anastazja menjerit frustasi. Ia mengacak-acak rambutnya. Sedikit aneh rasanya karena potongan rambut yang pendek layaknya potongan rambut seorang pria. Anastazja merasa bahwa Tuan Penasihat ini memiliki rambut yang ikal setelah mengacaknya

    Last Updated : 2021-11-17
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 26. Cerberus Alastor

    Udara dingin malam hari Tanah Alastor memang sangat menyiksa bagi siapa pun yang tidak terbiasa. Seolah Dewa ingin menunjukkan perbedaan itu pada dunia bahwa Tanah Alastor menyimpan kekuatan magis yang hanya dimiliki oleh setiap anggota klan-nya. Anastazja, masih setia dengan badan milik si Tuan Penasihat, sedang asyik melakukan percobaan pembobolan terhadap kediaman yang diduga sebagai kediaman salah satu petinggi di Tanah Alastor. Mengingat pada waktu nyata, kediaman itu adalah kediaman yang digunakan secara turun temurun oleh para Hakim tertinggi sejak dulu kala. Anastazja tidak peduli dengan bunyi bising yang ditimbulkan oleh pagar, dia terus saja menyangkutkan kakinya agar bisa melewati gerbang dengan mulus tanpa hambatan—yah, meski gerbang itu sendiri adalah sebuah hambatan yang harus dilewatinya untuk maju satu la

    Last Updated : 2021-11-18
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 27. Cerberus Alastor II

    Anastazja membuka mata, menatap langit-langit kamar yang begitu tinggi. Langit-langit yang mewah dengan ukiran sulur pohon di setiap sisi plafonnya. Anastazja berpikir, andai saja dia bisa membawa Aldephie dan Agacia untuk ke sana bersama pasti akan sangat menyenangkan. Kamar yang sangat luas. Bahkan melebihi luas rumahnya saat ini. Fasilitas yang sangat memadai, kasur yang empuk dan nyaman, juga bantal yang lembut. Anastazja menebak bantal itu berisikan bulu angsa yang dibungkus menggunakan kain sutera.

    Last Updated : 2021-11-18
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 28. Fakta Menarik

    Anastazja melangkah gontai keluar ruang makan. Apa kau berpikir bahwa sarapan bersama seseorang yang dianggap Dewa akan menyenangkan? Nyatanya tidak sama sekali! Anastazja terus menerus berusaha untuk tetap terlihat keren. Agar tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana sulitnya ia mengendalikan jantungnya yang terus menerus melorot dari tempat semula. Ketegasan dan ketangkasan milik Cerberus memang bukanlah isapan jempol belaka. Namun, sepertinya pemerintah banyak menyembunyikan kekejaman yang sebenarnya. Cerberus terlalu percaya diri, sayang, dia sebodoh yang dituliskan dalam buku bersampul hijau itu. Tidak ada orang pintar yang akan membeberkan begitu saja rencananya saat sarapan pagi. Termasuk Anastazja. ‘Benar! Buku sampul hijau itu seharusnya berada di sini. Aku harus mencari ruang kerja milik Tuan Penasihat untuk m

    Last Updated : 2021-11-20
  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 29. Kembali ke Asal

    Tanah Alastor. Sebutan yang sangat sesuai untuk tempat yang terkenal akan kutukannya. Sebuah daratan indah yang penuh akan hal-hal asing. Hal-hal yang kemudian melahirkan rasa egois dan tamak secara bersamaan. Dua dasar sifat manusia yang mengantarkan hidup pada kehancuran. Dari sekelompok orang yang tersisih, terciptalah sebuah anekdot mengenai darah yang sudah tidak murni. Darah yang tercampur kutukan itu akan menghitam sehingga terpancar melalui bola matanya. Kemudian, black blood menjadi panggilan yang selalu tersemat dari lidahnya saat memanggil orang-orang sepertiku. *** Anastazja menatap keluar jendela. Hamparan pertanian yang luas, sangat hijau memanjakan mata. Tikar bumi, begitulah Aldephie menyebutnya dulu. Tikar yang sangat indah dan menyejukkan.

    Last Updated : 2021-11-20

Latest chapter

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 135. Epilogue

    Shi yang memasuki ruangan, disambut oleh dongakan kepala Aldephie. Dengan wajah berhiaskan senyum puas, Shi berjalan mendekat. Tidak ada reaksi penolakan yang biasanya Aldephie keluarkan. Hanya sebuah tatapan kosong. Matanya seperti seekor ikan yang mati. "Kekasih yang kau cintai itu sudah tidak lagi di sini. Dia hanya menitipkan ini untukmu," ungkap Shi seraya mengeluarkan sepucuk surat dari saku dalam jas hitamnya. Aldephie tidak mengatakan apa pun. Hanya menerima uluran sepucuk surat dan mengambilnya dari tangan Shi. Kepergian Cleon untuk menemani Anastazja cukup memukul habis kekuatan batinnya. Bukankah seharusnya seseorang memberitahu mereka jika Anastazja sudah kembali? Kenapa justru memisahkan mereka semua dan mengirimnya ke tempat yang tidak dikenalinya? Aldephie paham, seharusnya ia merasa lebih tenang kar

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 134. Ending

    Tidak ada seorang pun dari mereka saling berbicara. Mereka bahkan tidak saling menatap satu sama lain. Waktu yang mereka yang telah hilang, kini memang kembali meski tidak seperti semula. Namun, pikiran mereka sudah tidak saling terpaut. Dengan helaan napas panjang, Cleon memandang laut luas sembari menbayangkan wajah Aldephie terakhir kali sebelum semuanya berakhir seperti ini. Aldephie yang baru bangun dan entah sudah diberitakan apa oleh Shi, berlari masih dengan mengenakan piama orang sakit menemui Cleon yang sedang diringkus karena terus menerus memberontak. Ia memasuki ruang interogasi nomor dua dan memeluk Cleon sambil menangis tersedu-sedu. Gadis itu bahkan memintakan maaf untuk adiknya. Sikap Aldephie yang seperti itu, memberitahu Cleon bahwa tidak ada lagi perlawanan yang bisa ia berikan pada Cesar. Kalah. Begitulah bagaimana akhirnya Cleon harus men

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 133. Babak Akhir

    Memasuki sebuah ruangan besar yang gelap dan pencahayaan seadanya. Terdapat sebuah meja dengan dua kursi di sisi kanan dan satu kursi di sisi kiri, juga lampu yang menggantung di atasnya. Anastazja mengira pendingin ruangan disetel dengan suhu sekitar delapan belas sampai dua puluh derajat. Terlalu dingin baginya. Apalagi dengan kondisi tubuh yang terus menerus memproduksi keringat dingin. Awalnya, ia ragu-ragu untuk masuk, tetapi salah satu polisi Alastor mendorong punggungnya dengan kasar hingga ia terjerembab mencium lantai yang dingin, lalu menutup pintu dengan cara membantingnya. Kesal mulai menggelayuti wajahnya. Andai dia tidak mengikuti rencana Hakim, dia tidak perlu lagi mendapat perlakuan kasar seperti ini! Namun, apa gunanya dia tetap di sana jika Hakim itu juga di sana? Ah, Hakim tertinggi sudah merusak esensi dari tempat kenangannya bersama Helio.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 132. Akhir dari Pelarian

    Bau menyengat, udara pengap, juga hawa yang memuakkan menebar keluar melalui pintu kayu yang berwarna samar. Anastazja melihat ke dalam ruangan dengan perasaan bingung. Kenapa Helio tidak pernah menceritakannya? Hakim tertinggi segera menyalakan korek api gasnya untuk penerangan. Tidak seperti dirinya yang tenang dan seolah tahu apa yang tersimpan di dalam ruangan aneh ini. Anastazja justru merasa mual dan pusing. Sebuah tubuh yang membusuk. Seperti baru, tetapi karena dia berada di pondok dan tidak seorang pun antara dia dan Helio melakukan itu, artinya tubuh itu sudah lama berada di sana! Pembunuhankah? "Kau tahu siapa ini?" Sembari menutup hidung kencang, Anastazja menggeleng lemah. "Kakek buyutku."

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 131. Sisi Lain Hakim Tertinggi

    Kedua kaki tangannya bergetar hebat. Dia bahkan bisa merasa bulu-bulu halusnya meremang, seolah alarm alaminya tahu bahwa bahaya di hadapannya tidak bisa ditolerir lagi. Di saat yang sama, tenaganya hilang entah ke mana. Lenyap tersapu riuh badai kepanikan diri. Bulir demi bulir keringat dingin mengucur tiada henti. Mati aku! Hanya itu kalimat yang terus berdentum di telinga dan otaknya. Selama lima detik, Anastazja mengusap dada, berharap jantungnya tenang agar napasnya tidak terlalu memburu. Ia tidak ingin terjebak pada lingkaran jawaban atas pertanyaan "bagaimana". Yang ia ketahui sekarang, dirinya sudah tertangkap basah dan tidak bisa lagi melarikan diri. Hatinya merintih, tidak pernah hal seperti ini terjadi kala Helio berada di sisinya. Namun, setelah lelaki yang dicintainya itu pergi, tiba-tiba mimpi buruk kembali datang.

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 130. Tertangkap! (3)

    "Cesar ...." Tidak ada keceriaan dalam nada suara Cleon. Tenggorokannya tercekat. Dadanya berdentum-dentum tak karuan. Habis sudah! "Wah, wah, kau tidak ingin memberiku pelukan rindu? Aku bahkan sudah merindukanmu meski kau hanya meninggalkan kediaman selama tiga hari lamanya!" Tawa Cesar menggaung bengis baik di telinga Cleon ataupun Aldephie. Tidak ada doa dan pinta lain selain dijauhkannya Cesar dari mereka. Cleon memang sudah tahu Cesar mencarinya, tapi kenapa? Bukankah Aldephie sudah merapal mantranya? Bukankah seharusnya jejak mereka menghilang? Kedua bola mata Cleon melirik Aldephie yang sedang tegang di tempatnya. Kemudian, kembali menatap Cesar yang sedang tertawa seraya mengacungkan moncong senapannya tepat di d

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 129. Ketahuan (2)

    Apa yang paling mengiris hati selain duka karena kenyataan yang terlalu pahit untuk ditelan? Tentu saja Anastazja akan menjawab paling lantang kenangan dan harapan kosong. Menggambarkan kesedihannya hingga jarum detik terus berputar sampai matahari kembali muncul dan menyinari dunia, gadis itu masih terduduk di sebelah dipan milik kekasih hatinya yang baru saja meninggalkannya semalam. Ia membungkukkan setengah badannya di atas tempat tidur dan separuh tengah ke bawah masih setia mencium lantai kayu yang tidak lagi hangat. Pondok ini memang indah, tetapi tanpa Helio, rasa sepi lebih banyak mencengkeram suasana hatinya. Membuat aura pondok menjadi kelam dan menyedihkan. Entah bagaimana wajahnya saat ini, ia tidak berani menatap cermin. Kacau. Satu kata yang ada dalam pikirannya. Matanya sembab, bahkan mungkin bengkak dan memerah. Seperti baru saja dicium oleh p

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 128. Hadiah Terakhir

    Helio tersentak. Lamunannya buyar ketika Anastazja menyentuh pipinya. Isakan yang sebelumnya memenuhi wajahnya berkurang. Anastazja kini memandang Helio dengan rasa cemas. "Helio ... kau baik-baik saja?" "Tentu. Tentu saja. Aku baik." "Tapi kau memelukku dengan erat. Kau yakin?" "Ya, aku yakin. Aku hanya sedang menangisi takdir." "Menangisi takdir?" Anggukan Helio menjadi tanda tanya besar. Namun, Helio peka dengan hal itu. Tidak perlulah sang dewi memintanya untuk bercerita, Helio segera membeberkan apa yang pernah Sean katakan padanya. Kini, bukan hanya Helio, tetapi Anastazja juga ikut terharu dan terbawa suasana. Cinta yang k

  • Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood)   Act. 127. Semangat yang Bertumbuh karena Luka

    "Sayang." Helio melangkah mendekati Anastazja yang sedang mencuci piring. Memeluk dan mencium bagian belakang leher kekasih hatinya adalah salah satu hal yang menjadi favoritnya sejak mereka resmi menjadi pasangan. Bukan hanya itu, Helio sangat suka dengan reaksi Anastazja yang merasa kegelian. Ia akan mengangkat bahu kirinya dan menempelkannya pada telinga di bagian yang sama. Kemudian, ia juga akan terkikik pelan. "Hentikan! Aku sedang mencuci piring," ujarnya melarang Helio untuk mendekat. Namun, alih-alih menjauh, Helio justru semakin mengeratkan pelukannya. Seraya bersenandung pelan, Helio menumpukan dagunya di bahu Anastazja. Sangat suka dengan kelakuan Helio, Anastazja menyerah dan mencoba menikmati kegiatannya yang menggelikan. "Hei, aku ingin bicara sesuatu p

DMCA.com Protection Status