"Aih... kenapa aku kalah lagi!" Peri kecil menggerutu sebal, selalu kalah bermain kartu dari Andrew. Andrew tersenyum sinis sembari mengambil setumpuk batu mana yang tadi mereka jadikan taruhan. "Sudah lewat delapan jam, masih belum ada satu pun dari mereka yang berhasil keluar, dari sana." Peri kecil menunggu dengan bosan, bertopang dagu melihat ke arah enam orang yang masih terbaring di atas ranjang dengan terbalut gelembung berwarna keunguan. "Aku yakin kehidupan mereka cukup sulit sehingga mereka masih belum bisa melupakan masa lalu." Andrew ikut melihat, batas waktunya adalah 30 jam, jika mereka masih tidak kunjung bangun juga mereka akan terjebak dalam dunia fatamorgana itu untuk selamanya. Andrew melihat ke ruangan lain, ada sederet makhluk yang telah terjebak dalam dunia fatamorgana itu untuk selamanya. "Aku sedari dulu berpikir, kenapa kau menciptakan permainan aneh ini." Nataly ikut berujar, tatapan dan ucapannya sudah tidak seperti anak polos yang bersama dengan keenam
... “Apakah kau tidak bosan terus merangkai bunga itu, Luze?” Yoona bertopang dagu, dengan bosan memerhatikan seorang gadis bertelinga runcing, merangkai mahkota bunga untuk ke sekian kalinya. “Aku kan baru kali ini membuatnya. Oh, ya! Dua hari lagi akan ada gerhana bulan, kau harus lebih berhati-hati, Noa.” Elf memang punya kekurangan di pendengaran, padahal dia bilang Yoona, malah tetap dipanggil Noa. Walau tidak semua Elf dan mungkin hanya Luze, yang begini. Yoona mendengus dengan bosan, dialog yang sama lagi. Dia sudah dua belas kali mengulang kejadian ini, kemudian nanti sebelum gerhana muncul, dia kembali lagi ke saat ini. Waktunya terus berputar di tempat yang sama. Entah baik atau tidak, dia cukup senang bisa kembali melihat Luze tersenyum. “Ayahku bilang untuk berhenti bermain dengan Vampir dan juga Serigala. Tapi aku mana bisa, kalian berdua adalah sahabat yang paling kusayangi.” “Oh ya, aku rasa Aldric menyukaimu!” eh? Yoona mulai merasa aneh karna dialog ini tidak
... Sudah masuk tengah malam, Bella masih belum bisa terlelap dalam tidurnya, matanya menatap ke atas langit-langit sembari merenung membayangkan kejadian dalam mimpinya. Ada rasa bersalah besar di benaknya, bukannya menolong keluarganya saat itu, dia malah memasuki portal itu sendirian. Walaupun masuk ke dalam portal bukanlah sebuah kesengajaan, tapi dia bisa memilih untuk tetap tinggal pada saat itu, rasa percayanya pada lelaki itu lah yang membuatnya berani untuk terjun masuk. Janjinya yang akan melindungi keluarganya, tapi sekarang ia bahkan tidak tahu lelaki itu dan keluarganya saat ini masih hidup atau tidak. Tapi yang jelas planetnya sudah hancur sekarang, dia tidak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalu sebelum dia tahu kebenaran dari masa lalu itu sendiri. Tapi jika mengulik lebih dalam, dia bahkan tidak tahu di dimensi mana sebenarnya planetnya berada. Dia telah menjelajahi banyak ruang dimensi, tapi belum juga menemukan dimensi di mana tempat dia berasal. Dia bahkan
“Yoona... bangun lah!” Terasa berat, matanya masih terasa berat. Sungguh aneh karna ia merasa benar-benar mengantuk seperti manusia, makhluk sepertinya tidur hanya untuk istirahat mata saja, jarang sekali bisa terlelap parah apalagi sampai bermimpi, akhir-akhir ini ia terlalu sering bermimpi. "Aih... Kau mimpi lagi, kali ini mimpi apa? akhir-akhir ini kau terlalu sering bicara dalam tidur!" Luna duduk di sebelahnya setelah membangunkannya dan memakan apel yang ada di meja. Yoona terlihat berpikir dan mengingat-ingat, memang benar ia tadi bermimpi. "Mimpi, ya. Aku juga tidak ingat mimpi apa, memangnya aku bicara apa dalam tidur?" Luna mengangguk kemudian menelan apel dalam mulutnya dan mulai berbicara. "Jangan dekati mereka! Kau ucapkan itu sampai tiga kali!" terasa aneh, dia sama sekali tidak bisa mengingat mimpinya barusan, kepalanya jadi sakit jika berusaha mengingat. Yoona melihat ke arah Andrew dan Nataly, dalam benaknya mulai penasaran, siapa pemilik darah bangsawan suci y
Kapal sudah terasa lebih hangat, cahaya silau dari luar pun mulai masuk dan membangunkan satu-persatu dari mereka. Mereka mulai membuka mata dan melongo keluar, terkesima saat ini sedang berada di atas danau berwarna biru bersih, dengan tanaman rambat dan banyak bunga liar yang tumbuh di sekelilingnya. Satu persatu mereka keluar dan memperhatikan keadaan sekitar. "Disini cantik syekali, apa ini hutan Estel?" Nataly berseru kegirangan berusaha memasukkan tangannya ke air ingin mengambil ikan kecil yang berenang di sekitarnya. Hutan yang hangat dengan banyak burung-burung cantik yang terbang, dan tanaman bunga liar yang tumbuh subur. Yoona melihat ke sekeliling, sekarang posisi mereka berada di tengah danau, ia mencari sisi mana yang paling bagus untuk menepi, kemudian meminta tolong kepada Luna, dengan kekuatannya membawa perahu mereka ke tepi danau. Mereka turun dari kapal, Luna memasukkan tangannya ke air kemudian mulai bertanya tentang tempat yang mereka singgahi ini. "Ini
Tap... Tap... “Pelan-pelan... Tidak ada yang boleh melihat aku melewati garis perbatasan.” Saat ini seorang gadis membawa dua ekor kelinci segar berjalan melewati sinar biru yang memisahkan antara dua hutan. “Chester... Leon... aku datang....” Gadis itu dengan wajah gembiranya berlari menghampiri dua lelaki yang sedang berdiri tak jauh darinya, mereka serempak menengok kemudian tersenyum hangat, membuka tangan lebar memeluk gadis bertubuh mungil itu. “Elea....” sahut mereka bersamaan dengan senang menyambut gadis itu. Gadis cantik dengan rambut coklat berkilau, warna matanya yang senada dengan rambutnya, kulit putih seperti salju, dan pipi merah seperti tomat yang sudah masak. Mereka sudah menjalin pertemanan sejak hari itu, hari di mana Elea kembali masuk ke dalam hutan buangan. Tiga tahun lalu, seorang gadis dengan takut kembali masuk ke dalam hutan yang gelap untuk mencari gelang rantainya yang hilang. Ia sudah mencari ke seluruh desa, juga pergi ke hutan desa dan perkebunan
... Elea berkeringat dingin, ia tak tahu bagaimana caranya kembali ke desa. Langkahnya terus mundur, sampai ia tidak sengaja menginjak sebuah ranting memicu perhatian dari Serigala besar itu. “Hmp!” Elea tersentak saat sebuah tangan membekap mulutnya dan dengan cepat membawanya pergi. Serigala besar itu menengok dan tak menemukan apa pun, kemudian berjalan pergi untuk kembali ke sarangnya. Elea yang kaget berusaha melepaskan tangan itu dan berteriak, namun orang itu langsung memberi isyarat diam dan melepas tangannya. Elea menengok dan langsung terkejut saat melihatnya. Dia salah satu dari dua anak yang bertarung kemarin, anak dengan telinga Serigala di kepalanya. Seketika Elea mundur dengan takut. “Apa yang kalian lakukan di sini!” Elea menengok menemukan lelaki bertaring yang menatapnya dengan dingin. Saat ini mereka berada di sebuah gua kosong di dalam hutan. Di luar ada banyak sekali Serigala berkeliaran untuk mencari makanan, para Vampir juga sudah mulai keluar dari saran
Saat ini seorang gadis sedang duduk di sebuah kursi sambil membaca sebuah buku pengendalian sihir kuno. Elea berjalan berjinjit tak mau mengganggu saudaranya, mengambil mantel bulu beruangnya kemudian menuju pintu untuk pergi. “Elea… kamu mau pergi lagi?” Elea seketika berhenti, tertangkap basah hendak pergi keluar. Gadis itu segera berbalik mendapati Ester menutup buku yang dibacanya kemudian berdiri menghampirinya, gadis dingin yang dengan tenang menghampirinya untuk menginterogasi. Kepribadian yang sangat jauh berbeda darinya. “Ada apa Ester?” Elea berusaha bersikap tenang menghadapi tatapan Ester yang menyelidik. Ester bunga segar kebanggaan desa, parasnya sangat cantik dengan rambut berwarna perak berkilauan, kulitnya putih segar dengan tatapan mata yang dingin. Dan walaupun mereka berdua tumbuh bersama, saat dewasa sifat mereka sangat jauh berbeda. “Sudah lama aku perhatikan, kau selalu pergi setiap akhir pekan. Sebenarnya kau pergi ke mana? Selama berkeliling desa aku sa