Suara pintu tersebut terbanting kasar. Sea keluar dari dalam ruangan CEO dengan wajah kesal. Tubuhnya terasa panas karena amarah yang siap untuk diluapkan. Matanya tampak datar seolah ingin menyemprot siapa saja yang ada di hadapannya.
"Cih, Boss gila, seenaknya aja minta anak orang jadi istrinya. Mana istri kontrak lagi, dikira aku apaan," gerutu Sea. Gadis itu terus berjalan tanpa peduli dengan pandangan setiap orang yang menatapnya kebingungan. "Huh, mending aku nggak usah kerja di sini daripada jadi istrinya dia," ucapnya sekali lagi. Sea memutuskan untuk meninggalkan Eduardo Company, perusahaaan milik Keyvando itu dan pulang ke kostnya. Beberapa saat kemudian, Sea sudah sampai di depan kostnya, gadis itu keluar dari taksi dan berjalan ke area kostnya. "Nah, itu dia!" seru seseorang lelaki berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut gondrong. Matanya sangat tajam seolah ingin mencabik tubuh Sea. Tubuh Sea menggigil saat tiga lelaki itu mendekat. Apalagi aura kejam dari ketiganya begitu kentara. "A-ada apa ya, Pak?" tanyanya dengan hati-hati. "Ada apa, ada apa, bayar hutangmu kepada boss kami sekarang juga!" bentak lelaki satunya lagi yang memiliki tubuh gempal. "Hu-hutang? Saya tidak pernah berhutang pada boss kalian. Selama ini saya ditipu, Pak. Yang menggunakan data saya itu ayah saya dan istrinya, bukan saya," lirih Sea, ia sangat berharap ketiga lelaki itu memiliki belas kasihan padanya. "Ck, kami tidak mau tahu! Kamu harus membayar hutang itu beserta bunganya sekarang juga!" Wajah lelaki berambut gondrong tersebut tampak murka. Ia memberi kode kepada kedua temannya yang lain. Tanpa perasaan kedua lelaki lainnya lantas memukul dan menghancurkan semua benda yang ada di sekitar kost Sea. Sea tampak panik, apalagi penghuni kost yang lain juga tidak ada yang menolong. Bahkan pemilik kost sendiri juga tidak menampakkan batang hidungnya. Entahlah, di mana semua orang, yang jelas saat ini dia benar-benar merasa sendiri. "Pak, stop, jangan hancurkan properti kost saya! Hentikan, Pak! Kalau semua ini rusak, siapa yang akan ganti rugi?" Napas Sea tampak tersengal, ia benar-benar bingung harus melakukan apa sekarang. "Kami tidak akan berhenti sebelum kami mendapatkan uang itu. Ayo, hancurkan lagi," perintah lelaki berambut gondrong tadi pada yang lain. Sea mulai putus asa, ia meraup wajahnya yang memerah, matanya berkaca-kaca, tapi ia berusaha menguatkan diri dengan cara mengepalkan tangannya. "Okay, saya akan membayar hutang itu!" ucapnya dengan penuh keyakinan. Ketiga lelaki yang merupakan seorang debtcollector tersebut sontak menoleh. Mereka memberi kode satu sama lain seraya tersenyum. "Baiklah, kamu akan berhenti, sekarang mana uang itu. Hutangmu sebanyak 800 juta, itu sudah termasuk bunganya." Sea melebarkan matanya, ia sangat shock mendengar nominal yang terlalu besar keluar dari mulut lelaki bertubuh gempal di hadapannya. "A-apa? 800 ju-ta?" Ia tak percaya, tubuhnya lemas dan tak bertenaga. Otaknya seakan tak bisa berpikir. Bagaimana caranya ia bisa mengumpulkan uang sebanyak itu dalam waktu beberapa menit. Benar-benar tidak masuk akal. "Bagaimana? Kamu bisa bayar sekarang kan? Kalau tidak kami akan menghan-" Sea mendongak, ia mengarahkan telapak tangannya ke depan. "Pak, tolong beri waktu saya seminggu lagi, saya mohon. U-uang sebanyak itu, saya harus mengumpulkannya dahulu. Tolong, Pak. Saya janji, saya akan langsung melunasinya," lirihnya. Ketiga debtcollector itu kembali menatap satu sama lain. Mereka tampak mempertimbangkan ucapan Sea. "Baiklah, tapi hanya dua hari. Tidak ada perpanjangan waktu lagi, jika kamu tidak melunasinya. Maka jangan salahkan jika kami membakar kost ini, dan membawamu untuk kami jual," ancam salah satu debt collector itu. Sea hanya bisa mengangguk lemah. Setelahnya, ketiga lelaki yang merupakan debt collector itu meninggalkan Sea seorang diri. Tubuhnya mulai luruh ke tanah, ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menangis tergugu di sana. "Heh, Sea, kamu memang pembawa sial ya! Lihat, gara-gara kamu, kami juga kena imbasnya. Kost-kostan saya rusak parah seperti ini. Kamu itu kalau nggak punya uang makanya jangan banyak gaya. Punya hutang sebanyak itu untuk memenuhi gaya hidupmu pasti kan?" hardik seorang wanita paruh baya yang merupakan Ibu kost Sea. Sea menatap Ibu kostnya itu, ia benar-benar tidak sanggup lagi menjawab. "Saya akan mengganti semuanya, Bu. Tapi beri saya waktu." Ibu kost Sea tersebut mendelik tak suka. "Awas saja kalau tidak kamu ganti. Saya akan melaporkan kamu ke polisi. Oh ya, setelah kamu mengganti kerusakan kost saya, kamu tidak perlu lagi ngekost di sini. Bikin susah saja!" Setelah mengatakan itu, Ibu kost Sea tadi langsung meninggalkan Sea seorang diri. Tidak ada satu pun penghuni kost yang menyaksikan kejadian itu merasa iba. Mereka justru menyoraki Sea. Sea kembali menangis,ia benar-benar merasa terdesak sekarang. "Bagaimana caranya aku melunasi hutang-hutang itu? Aku bahkan tidak punya pekerjaan," gumam Sea pelan, ia nampak sangat putus asa. Ia tidak bisa membayangkan nasibnya jika sampai ancaman para debtcollector tadi benar adanya. Hidupnya pasti akan sangat hancur. Di tengah keputusasaannya, Sea terdiam, tiba-tiba saja ia teringat dengan tawaran Keyvando padanya tadi. Sea mengusap airmatanya, lalu mulai berdiri, ia tersenyum tipis karena menemukan secercah cahaya harapan baru. "Benar, Tuan Vando menawariku pernikahan kontrak itu. Mungkin aku bisa meminta sesuatu padanya, aku bisa memintanya untuk melunasi hutang-hutang ini. Ya, aku harus kembali ke perusahaan itu." Sea tidak peduli dengan penampilannya lagi, ia langsung saja memesan taksi untuk menuju ke perusahaan milik Keyvando. Hingga lima belas menit kemudian, taksi yang Sea tumpangi sampai di gedung Tower Eduardo Company. Matanya menatap penuh keyakinan. "Ya, aku pasti bisa, semangat Sea!" teriaknya sambil mengepalkan tangan ke udara. Sea kemudian berlari menuju pintu masuk perusahaan, tapi naas, gadis itu justru ditahan oleh seorang security. "Mau kemana, Nona?" "Pak, tolong, saya ingin bertemu Tuan Keyvando. Saya sekretarisnya, Pak." Satpam itu terlihat tidak yakin, apalagi penampilan Sea sangat berantakan, dengan rambut acak-acakkan dan mata sembab. "Tidak mungkin, silahkan Nona keluar sekarang. Tuan Vando tidak mungkin punya sekretaris seperti gembel begini." Sea geram dibuatnya, gadis itu sudah berancang-ancang ingin menerobos masuk. Tapi ia justru diseret oleh security tadi dan temannya. Sea berteriak-teriak memanggil nama Keyvando dan meminta untuk dilepaskan. Ia juga sudah tidak peduli dengan tatapan semua orang yang mungkin menganggapnya gila. "Ada apa ini?" Suara yang begitu familiar di telinga Sea itu membuatnya menoleh, begitu juga dengan dua security tadi. "Tu-tuan, mohon maaf, tapi Nona ini memaksa masuk dan ingin bertemu Tuan. Dia mengaku sebagai sekretaris Tuan." Keyvando, ya, lelaki itu menatap Sea seraya menaikkan sebelah alisnya. "Kamu, ada apa lagi? Bukannya tadi kamu menolak untuk menjadi sekretarisku?" sindir Keyvando dengan senyuman mengejek. Sea lantas menggelengkan kepalanya. "Tuan, saya tidak menolak, saya hanya, saya hanya...," Sea menghentikan kalimatnya, ia takut-takut melihat tatapan Keyvando padanya. "Hanya apa?" tanya Keyvando pada Sea. "Saya mau menjadi istri, Tuan," lirihnya hampir tak terdengar. Keyvando tertegun sejenak, lalu memberi kode kepada dua security tadi untuk melepaskan Sea. "Biarkan dia masuk."Sea hanya menunduk seraya memainkan jemarinya. Perasaannya saat ini benar-benar sulit untuk digambarkan. Di sisi lain, ia tidak mau melakukan pernikahan kontrak dengan Keyvando. Tapi, di sisi lain, ia harus segera melunasi hutang-hutang pada para debt collector itu, jika tidak ingin dijual dan mereka akan membakar kost-kostan Sea. Ditambah lagi, Ibu kostnya yang menuntut ganti rugi.Keyvando menatap Sea yang masih menunduk di hadapannya itu. Tatapannya sangat tajam, namun tetap ada sisi lembut yang terlihat di sana. "Apa, lantai itu lebih menarik dari pada lelaki tampan di hadapanmu ini?"Sea reflek mendongak, menatap mata coklat Keyvando yang juga menatapnya. "Ma-af, Tuan," lirihnya, tubuh gadis itu terasa panas dingin, badannya bahkan gemetar."Aku tidak ingin berbasa-basi. Apa kamu siap menjadi istriku, Sea?"Sea mencoba meyakinkan dirinya. Ia mengangguk mantap. Tentu saja hal itu membuat Keyvando tersenyum. "Baiklah, sebentar."Keyvando merogoh kantongnya, lalu kemudian menghubun
“Saya usahakan, Tuan. Sekarang, biarkan saya menyelesaikan masalah saya dulu yah,” jawab Sea dan Keyvando akhirnya melepaskan Sea sambil mengulum senyumnya.Sea pun, bergegas mengurus apa yang harus dia lakukan, karen kelelahan ... ia pun kembali ke kos dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang hingga tanpa sadar mulai terlelap.Suara gedoran pintu dari luar membuat Sea terbangun. Gadis itu mengucek matanya pelan, lalu berjalan dan membuka pintu kamar kostnya."Ck, lama banget sih buka pintu aja?" ujar wanita bertubuh gempal yang terlihat menatap sinis Sea.Sea menghela napasnya pelan, ia cukup kesal karena tidurnya diganggu. "Ada apa, Bu?" tanya Sea dengan nada lembutnya."Nggak usah basa-basi, Sea. Mana uangnya? Ini udah beda hari, jadi kamu harus segera ganti uang itu!" hardik Ibu Kost Sea tersebut.Sea yang memang masih kelelahan tidak mengucapkan apa pun, gadis itu lantas membuka koper kecil miliknya. Ia mengambil segepok uang dengan nominal 100 juta dan kembali ke hadapan ibu k
"Tu-Tuan Bara?!" ucap Bagus saat melihat lelaki berperawakan tinggi besar dengan topi koboi itu datang bersama tiga orang anak buahnya yang lain."Oh, kebetulan sekali, ada kau juga Bagus. Aku ke sini karena ingin menagih hutang pada anakmu itu. Dia berjanji akan melunasinya hari ini," ucapnya lagi.Bagus, Seruni, dan juga Karina langsung menoleh ke arah Sea yang penampilannya sudah tidak karuan dengan rambut acak-acakkan dan pipi yang memerah.Sementara Sea, ia justru tidak menampilkan ekspresi apa pun. Gadis itu mengambil koper kecil berisi uang miliknya. Matanya melirik ke arah keluarganya itu."Ambil ini, Tuan. Uang di sana senilai 900 juta, silahkan ambil semuanya! Tidak perlu dikembalikan sisanya!" ucap Sea tidak ingin berbasa-basi.Bagus, Seruni, dan Sea melebarkan matanya. Ia tidak percaya jika Sea mendapatkan uang sebanyak itu. Padahal setau mereka Sea bahkan belum bekerja.Bara memberi kode kepada anak buahnya untuk mengambil koper yang berisi uang itu dari tangan Sea. "Wah,
Bagus, Seruni, dan juga Karina nampak terkejut melihat seorang lelaki berwajah tampan yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan tatapan dinginnya. Selain itu, pakaian yang lelaki itu gunakan dari atas hingga bawah terlihat branded, sehingga membuat mereka semakin berbinar.Hal itu membuat Karina tidak bisa berkedip, sedangkan Sea, ia tampak mematung melihat kedatangan lelaki berwajah tampan yang tak lain adalah Keyvando. "Ka-kamu calon suami dia?" "Ya, aku calon suaminya. Jadi jangan berani melukai calon istriku." Bruk!Seruni tidak bisa menopang bobot tubuhnya."Mama!" teriak Karina, wanita muda itu langsung membantu sang Ibu untuk tetap berdiri. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Keyvando, lelaki itu langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang Sea.Sea menegang sejenak, tubuhnya kaku karena tidak terbiasa dengan apa yang Keyvando lakukan. Ia menatap ke arah Keyvando memberi kode kepada lelaki itu supaya melepaskan tangannya dari pinggang Sea. Tapi Keyvando tidak men
Mata Sea menatap sekeliling kamar hotel yang saat ini ia dan Keyvando berada. Matanya memicing, seolah curiga dengan lelaki yang terlihat duduk di single sofa tepat berada di depannya itu. Sementara Keyvando, lelaki itu terlihat tenang, ia mengambil gelas yang berisi kopi berwarna hitam, laku menyesapnya perlahan. Terlihat jelas, asap menyeruak keluar dari cangkir tersebut, menandakan jika kopi yang Keyvando minum masih baru dibuat. "Emb, Tuan, kenapa Tuan membawa saya ke sini?" tanyanya dengan nada pelan, takut Keyvando akan tersinggung dengan ucapannya. Tatapan Keyvando berubah, yang semula dingin, mulai menghangat, ia terkekeh pelan. "Apa kamu takut?" Dengan gerakan cepat, Sea menggeleng. Ia berpura-pura bersikap biasa, padahal sebenarnya ia memang sedang ketakutan. Apalagi ia hanya seorang gadis lemah, lalu Keyvando, lelaki di hadapannya terlalu punya kuasa. Jelas Keyvando tau, jika Sea hanya berpura-pura berani. Dalam hati, timbul keinginan untuk mengetes perasaan gadi
Sea mulai membuka matanya perlahan, beberapa kali ia mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya. Tapi, saat ia berusaha bangun dari posisinya sekarang, perasaan berat di atas perutnya membuat ia berhenti. Tatapannya beralih pada perut rata miliknya, matanya melebar. Aaaaaaaa Teriakan Sea membuat Keyvando terkejut, lelaki itu membuka matanya, langsung duduk dan menatap khawatir ke arah Sea. "Sea, ada apa?" tanyanya pada gadis di sampingnya. Sea berusaha mengatur napasnya, lalu menatap tajam ke arah Keyvando. "Apa yang Tuan lakukan padaku?" tuduhnya. Keyvando berusaha mencerna ucapan Sea, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti. "Apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Sea terdiam, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku, ak-aku hanya, emb, Tuan kenapa berada di tempat tidurku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Keyvando masih menatap Sea, tapi Sea justru membuang pandanga
Suara ujung heals seorang gadis terdengar menggema di sepanjang koridor kantor. Keringatnya membasahi pelipis. Pagi ini, dia datang terlambat lagi. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan bibir yang mengumpatnya secara langsung, maupun di belakangnya."Maaf, maafkan saya karna terlambat lagi. Tolong, ijinkan saya untuk melakukan interview lagi, Tuan dan Nyonya," mohon Sea dengan nafas tersengal. Tatapan penuh harap itu, tak lantas mengundang rasa iba pada beberapa orang yang menatapnya muak dan sinis. "Ini sudah jam berapa? Kenapa kamu baru datang? Kamu itu telat tujuh belas menit! Jadi, kamu didiskualifikasi!" bentak salah seorang dari tiga orang yang merupakan seorang HRD."Tapi, Bu, saya tad-""Sudahlah, sekarang kamu pergi dari kantor ini!"Bianca Galensea atau biasa dipanggil Sea, ia hanya bisa menghela napasnya pelan, putus asa dan sesal. Kepalanya menunduk, dia tidak ingin orang melihat air matanya. "Sial sekali nasibku," gumamnya pelan.Namun, saat
Sea mulai membuka matanya perlahan, beberapa kali ia mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya. Tapi, saat ia berusaha bangun dari posisinya sekarang, perasaan berat di atas perutnya membuat ia berhenti. Tatapannya beralih pada perut rata miliknya, matanya melebar. Aaaaaaaa Teriakan Sea membuat Keyvando terkejut, lelaki itu membuka matanya, langsung duduk dan menatap khawatir ke arah Sea. "Sea, ada apa?" tanyanya pada gadis di sampingnya. Sea berusaha mengatur napasnya, lalu menatap tajam ke arah Keyvando. "Apa yang Tuan lakukan padaku?" tuduhnya. Keyvando berusaha mencerna ucapan Sea, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti. "Apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Sea terdiam, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku, ak-aku hanya, emb, Tuan kenapa berada di tempat tidurku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Keyvando masih menatap Sea, tapi Sea justru membuang pandanga
Mata Sea menatap sekeliling kamar hotel yang saat ini ia dan Keyvando berada. Matanya memicing, seolah curiga dengan lelaki yang terlihat duduk di single sofa tepat berada di depannya itu. Sementara Keyvando, lelaki itu terlihat tenang, ia mengambil gelas yang berisi kopi berwarna hitam, laku menyesapnya perlahan. Terlihat jelas, asap menyeruak keluar dari cangkir tersebut, menandakan jika kopi yang Keyvando minum masih baru dibuat. "Emb, Tuan, kenapa Tuan membawa saya ke sini?" tanyanya dengan nada pelan, takut Keyvando akan tersinggung dengan ucapannya. Tatapan Keyvando berubah, yang semula dingin, mulai menghangat, ia terkekeh pelan. "Apa kamu takut?" Dengan gerakan cepat, Sea menggeleng. Ia berpura-pura bersikap biasa, padahal sebenarnya ia memang sedang ketakutan. Apalagi ia hanya seorang gadis lemah, lalu Keyvando, lelaki di hadapannya terlalu punya kuasa. Jelas Keyvando tau, jika Sea hanya berpura-pura berani. Dalam hati, timbul keinginan untuk mengetes perasaan gadi
Bagus, Seruni, dan juga Karina nampak terkejut melihat seorang lelaki berwajah tampan yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan tatapan dinginnya. Selain itu, pakaian yang lelaki itu gunakan dari atas hingga bawah terlihat branded, sehingga membuat mereka semakin berbinar.Hal itu membuat Karina tidak bisa berkedip, sedangkan Sea, ia tampak mematung melihat kedatangan lelaki berwajah tampan yang tak lain adalah Keyvando. "Ka-kamu calon suami dia?" "Ya, aku calon suaminya. Jadi jangan berani melukai calon istriku." Bruk!Seruni tidak bisa menopang bobot tubuhnya."Mama!" teriak Karina, wanita muda itu langsung membantu sang Ibu untuk tetap berdiri. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Keyvando, lelaki itu langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang Sea.Sea menegang sejenak, tubuhnya kaku karena tidak terbiasa dengan apa yang Keyvando lakukan. Ia menatap ke arah Keyvando memberi kode kepada lelaki itu supaya melepaskan tangannya dari pinggang Sea. Tapi Keyvando tidak men
"Tu-Tuan Bara?!" ucap Bagus saat melihat lelaki berperawakan tinggi besar dengan topi koboi itu datang bersama tiga orang anak buahnya yang lain."Oh, kebetulan sekali, ada kau juga Bagus. Aku ke sini karena ingin menagih hutang pada anakmu itu. Dia berjanji akan melunasinya hari ini," ucapnya lagi.Bagus, Seruni, dan juga Karina langsung menoleh ke arah Sea yang penampilannya sudah tidak karuan dengan rambut acak-acakkan dan pipi yang memerah.Sementara Sea, ia justru tidak menampilkan ekspresi apa pun. Gadis itu mengambil koper kecil berisi uang miliknya. Matanya melirik ke arah keluarganya itu."Ambil ini, Tuan. Uang di sana senilai 900 juta, silahkan ambil semuanya! Tidak perlu dikembalikan sisanya!" ucap Sea tidak ingin berbasa-basi.Bagus, Seruni, dan Sea melebarkan matanya. Ia tidak percaya jika Sea mendapatkan uang sebanyak itu. Padahal setau mereka Sea bahkan belum bekerja.Bara memberi kode kepada anak buahnya untuk mengambil koper yang berisi uang itu dari tangan Sea. "Wah,
“Saya usahakan, Tuan. Sekarang, biarkan saya menyelesaikan masalah saya dulu yah,” jawab Sea dan Keyvando akhirnya melepaskan Sea sambil mengulum senyumnya.Sea pun, bergegas mengurus apa yang harus dia lakukan, karen kelelahan ... ia pun kembali ke kos dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang hingga tanpa sadar mulai terlelap.Suara gedoran pintu dari luar membuat Sea terbangun. Gadis itu mengucek matanya pelan, lalu berjalan dan membuka pintu kamar kostnya."Ck, lama banget sih buka pintu aja?" ujar wanita bertubuh gempal yang terlihat menatap sinis Sea.Sea menghela napasnya pelan, ia cukup kesal karena tidurnya diganggu. "Ada apa, Bu?" tanya Sea dengan nada lembutnya."Nggak usah basa-basi, Sea. Mana uangnya? Ini udah beda hari, jadi kamu harus segera ganti uang itu!" hardik Ibu Kost Sea tersebut.Sea yang memang masih kelelahan tidak mengucapkan apa pun, gadis itu lantas membuka koper kecil miliknya. Ia mengambil segepok uang dengan nominal 100 juta dan kembali ke hadapan ibu k
Sea hanya menunduk seraya memainkan jemarinya. Perasaannya saat ini benar-benar sulit untuk digambarkan. Di sisi lain, ia tidak mau melakukan pernikahan kontrak dengan Keyvando. Tapi, di sisi lain, ia harus segera melunasi hutang-hutang pada para debt collector itu, jika tidak ingin dijual dan mereka akan membakar kost-kostan Sea. Ditambah lagi, Ibu kostnya yang menuntut ganti rugi.Keyvando menatap Sea yang masih menunduk di hadapannya itu. Tatapannya sangat tajam, namun tetap ada sisi lembut yang terlihat di sana. "Apa, lantai itu lebih menarik dari pada lelaki tampan di hadapanmu ini?"Sea reflek mendongak, menatap mata coklat Keyvando yang juga menatapnya. "Ma-af, Tuan," lirihnya, tubuh gadis itu terasa panas dingin, badannya bahkan gemetar."Aku tidak ingin berbasa-basi. Apa kamu siap menjadi istriku, Sea?"Sea mencoba meyakinkan dirinya. Ia mengangguk mantap. Tentu saja hal itu membuat Keyvando tersenyum. "Baiklah, sebentar."Keyvando merogoh kantongnya, lalu kemudian menghubun
Suara pintu tersebut terbanting kasar. Sea keluar dari dalam ruangan CEO dengan wajah kesal. Tubuhnya terasa panas karena amarah yang siap untuk diluapkan. Matanya tampak datar seolah ingin menyemprot siapa saja yang ada di hadapannya. "Cih, Boss gila, seenaknya aja minta anak orang jadi istrinya. Mana istri kontrak lagi, dikira aku apaan," gerutu Sea. Gadis itu terus berjalan tanpa peduli dengan pandangan setiap orang yang menatapnya kebingungan."Huh, mending aku nggak usah kerja di sini daripada jadi istrinya dia," ucapnya sekali lagi.Sea memutuskan untuk meninggalkan Eduardo Company, perusahaaan milik Keyvando itu dan pulang ke kostnya.Beberapa saat kemudian, Sea sudah sampai di depan kostnya, gadis itu keluar dari taksi dan berjalan ke area kostnya. "Nah, itu dia!" seru seseorang lelaki berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut gondrong. Matanya sangat tajam seolah ingin mencabik tubuh Sea.Tubuh Sea menggigil saat tiga lelaki itu mendekat. Apalagi aura kejam dari ketiga
Suara ujung heals seorang gadis terdengar menggema di sepanjang koridor kantor. Keringatnya membasahi pelipis. Pagi ini, dia datang terlambat lagi. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan bibir yang mengumpatnya secara langsung, maupun di belakangnya."Maaf, maafkan saya karna terlambat lagi. Tolong, ijinkan saya untuk melakukan interview lagi, Tuan dan Nyonya," mohon Sea dengan nafas tersengal. Tatapan penuh harap itu, tak lantas mengundang rasa iba pada beberapa orang yang menatapnya muak dan sinis. "Ini sudah jam berapa? Kenapa kamu baru datang? Kamu itu telat tujuh belas menit! Jadi, kamu didiskualifikasi!" bentak salah seorang dari tiga orang yang merupakan seorang HRD."Tapi, Bu, saya tad-""Sudahlah, sekarang kamu pergi dari kantor ini!"Bianca Galensea atau biasa dipanggil Sea, ia hanya bisa menghela napasnya pelan, putus asa dan sesal. Kepalanya menunduk, dia tidak ingin orang melihat air matanya. "Sial sekali nasibku," gumamnya pelan.Namun, saat