Sea hanya menunduk seraya memainkan jemarinya. Perasaannya saat ini benar-benar sulit untuk digambarkan.
Di sisi lain, ia tidak mau melakukan pernikahan kontrak dengan Keyvando. Tapi, di sisi lain, ia harus segera melunasi hutang-hutang pada para debt collector itu, jika tidak ingin dijual dan mereka akan membakar kost-kostan Sea. Ditambah lagi, Ibu kostnya yang menuntut ganti rugi. Keyvando menatap Sea yang masih menunduk di hadapannya itu. Tatapannya sangat tajam, namun tetap ada sisi lembut yang terlihat di sana. "Apa, lantai itu lebih menarik dari pada lelaki tampan di hadapanmu ini?" Sea reflek mendongak, menatap mata coklat Keyvando yang juga menatapnya. "Ma-af, Tuan," lirihnya, tubuh gadis itu terasa panas dingin, badannya bahkan gemetar. "Aku tidak ingin berbasa-basi. Apa kamu siap menjadi istriku, Sea?" Sea mencoba meyakinkan dirinya. Ia mengangguk mantap. Tentu saja hal itu membuat Keyvando tersenyum. "Baiklah, sebentar." Keyvando merogoh kantongnya, lalu kemudian menghubungi seseorang. Hingga tidak lama kemudian, sekarang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut yang disisir rapi dan wajah datarnya masuk ke dalam ruangan Keyvando. "Tuan, ini berkas yang anda minta," ucapnya seraya menyerahkan berkas di map berwarna coklat itu pada Keyvando. "Terima kasih, Lucas." Setelah Lucas, asisten Keyvando keluar dari dalam ruangan CEO. Keyvando langsung menyodorkan map yang sudah dibuka itu di hadapan Sea. "Kamu boleh membacanya," ujar Keyvando pada Sea. Sea mengambil map itu dengan tangan gemetar. Matanya menyusuri satu persatu kata yang tertulis di sana. "Tu-tuan, maksudnya ini bagaimana? Kontrak menikah seumur hidup?" tanya Sea pada Keyvando. Keyvando tersenyum penuh arti, tanpa ragu lelaki itu mengangguk. "Ya, apa kau keberatan? Oh, Sea, aku tidak suka bermain-main dengan pernikahan. Jadi, meski ini kontrak, tapi aku hanya ingin satu kali menikah. Dan kehidupan rumah tangga yang kita jalani memang seperti kehidupan rumah tangga biasa." Sea tampak bingung dengan jalan pikiran Keyvando, padahal kebanyakan perjanjian pernikahan yang ia tau dari televisi saat ia menonton drama atau membaca novel, biasanya pihak lelaki atau perempuan menikah karena sebuah keuntungan yang akan diperoleh. Seperti Sea yang akan meminta Keyvando melunasi hutangnya, lalu mungkin Keyvando menikah karena ia membutuhkan pernikahan untuk mendapatkan warisan dan itu pun berjalan dengan batas waktu tertentu. Tapi ini berbeda, Keyvando justru ingin pernikahannya dan Sea berjalan seumur hidup. "Kenapa? Apa kamu keberatan? Aku memang akan menjadikanmu istriku, Sea. Jadi tidak ada perceraian di antara kita," ucap Keyvando tegas. Jantung Sea berdegup kencang. "Pernikahan seumur hidup? Apa aku bisa menikah dengan orang yang tidak aku cintai, dan ini dalam waktu seumur hidup harus menjalani kehidupan dengannya?" ucap Sea dalam hati. Keraguan dalam dirinya semakin jelas. Tapi sekali lagi, ia teringat dengan ancaman para debt collector dan juga ibu kostnya. "Aku butuh uang, ya, aku harus segera mendapatkannya. Lebih baik aku setuju saja," ucap Sea lagi dalam hati. "Tu-tuan, ada yang ingin saya katakan." Keyvando mengerutkan keningnya. "Kenapa? Apa kamu ragu? Jika kamu ragu, kamu bisa mundur sekarang. Karena jika kamu sudah menandatangani surat itu, kamu tidak akan bisa lepas lagi dariku, Sea." Sea meneguk ludahnya kasar, tatapan mata Keyvando seolah menghujam tepat di jantungnya. Seperti sebuah peringatan tanda bahaya baginya, jadi Sea memang harus berhati-hati saat mengambil langkah. "Saya setuju menikah kontrak seumur hidup dengan Tuan. Meski saya tau mungkin kita tidak saling mencint-" "Siapa bilang aku tidak mencintaimu, Sea?" Deg! Sea tertegun sejenak, berusaha mencerna ucapan Keyvando yang terkesan tiba-tiba. Lelaki di hadapannya itu memang terlalu pandai membuatnya tak berkutik. "Mak-sud, Tuan?" Keyvando tersenyum tipis, melihat ekspresi wajah bingung dan takut gadis di hadapannya itu membuatnya merasa gemas. "Sea, dengarkan aku, siapa bilang aku tidak mencintaimu? Aku mencintaimu, maka dari itu aku memintamu menjadi istriku. Selain itu, aku juga pasti akan membuatmu mencintaiku, Sea." Sea semakin pusing, ia memijat kepalanya mendengar ucapan Keyvando yang menurutnya melantur. "Sudahlah, Tuan. Saya setuju, tapi saya ingin meminta persyaratan." Keyvando terdiam, ia menunggu Sea kembali bicara, membiarkan gadis itu menyampaikan apa yang ingin ia ucapkan. "Saya membutuhkan uang 900 juta. Saya akan menandatangani kontrak ini jika saya mendapatkan uangnya," ucap Sea lagi. Keyvando mengubah ekspresi wajahnya, menjadi lebih serius. Matanya menatap lurus ke arah Sea, lalu ia menegakkan badannya perlahan seraya menautkan kedua tangannya satu sama lain. "Baiklah, aku akan mengabulkan sekarang, Sea." Sea tampak terkejut, ia pikir Keyvando akan menolak atau justru memakinya. Namun yang terjadi tidak demikian. Lelaki itu terlihat santai, lalu mengeluarkan dompet dari saku celananya. "Di sini aku uang 5 Milyar, gunakan uang ini sesukamu." Bola mata Sea semakin melebar, mulutnya ternganga mendengar ucapan Keyvando. Apalagi saat lelaki itu mendorong kartu berwarna hitam tersebut padanya. "Kenapa? Apa ini masih kurang?" tanya Keyvando saat melihat Sea yang belum bergerak mengambil kartu itu. Dengan cepat Sea menggeleng, ia segera mengambil kartu itu dan membolak-baliknya. "Tuan, i-ini, ini berisi uang? Tapi, apa ini tidak kebanyakan?" tanya Sea pada Keyvando, ia takut Keyvando mungkin membutuhkan sisa uang itu. Apalagi jumlahnya memang tidak bisa dibilang sedikit. "Tidak, bukankah kamu akan menikah seumur hidup denganku? Jadi, itu bahkan sangat kurang untukmu. Sekarang, kamu bisa menggunakannya. Tapi, kamu harus menandatangani kontrak itu dulu, Sea." Tanpa pikir panjang, Sea langsung membubuhkan tandatangannya di atas kontrak pernikahannya dan Keyvando. Hatinya merasa senang karena akhirnya ia bisa melunasi hutang-hutang kepada debt collector dan mengganti kerusakan properti di kost-nya. "Tuan, ini kontraknya. Saya sudah menandatanganinya." Sea kemudian berdiri, gadis itu langsung menundukkan kepalanya dan mengucapkan terima kasih berulang kali. "Tuan, kalau begitu saya pergi dulu." Keyvando menahan tangan Sea, hal itu membuat Sea mendongakkan kepalanya, menatap mata coklat Keyvando. "Tunggu, Sea. Aku akan mengantarkanmu." Sea menggelengkan kepalanya cepat, ia menolak penawaran Keyvando yang ingin mengantarkannya. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian. "Tidak usah, Tuan. Saya bisa naik taksi sendiri. Lagi pula, saya harus menyelesaikan sesuatu, jadi Tuan tidak perlu mengantarkan saya." Keyvando menatap datar Sea, ia mencengkram tangan Sea dengan erat, membuat gadis itu meringis pelan. "Sa-sakit," lirih Sea. Keyvando segera tersadar, ia kemudian mulai melonggarkan cengkaramannya di pergelangan tangan Sea. Lalu kemudian lelaki itu menghela napas pelan. "Maafkan aku." Sea hanya menunduk, mengusap pelan pergelangan tangannya yang memerah dan sedikit perih. Keyvando lantas mengambil kembali tangan Sea dan mengusapnya lembut, lalu meniupnya pelan. Wajahnya sangat serius, bahkan Sea tanpa sadar terus memandangi wajah tampan Keyvando. "Sudah, sebentar lagi pasti akan sembuh. Maafkan aku Sea, tapi aku tidak suka kamu membantah." “Berjanjilah, untuk tidak lagi ... membantah aku!”“Saya usahakan, Tuan. Sekarang, biarkan saya menyelesaikan masalah saya dulu yah,” jawab Sea dan Keyvando akhirnya melepaskan Sea sambil mengulum senyumnya.Sea pun, bergegas mengurus apa yang harus dia lakukan, karen kelelahan ... ia pun kembali ke kos dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang hingga tanpa sadar mulai terlelap.Suara gedoran pintu dari luar membuat Sea terbangun. Gadis itu mengucek matanya pelan, lalu berjalan dan membuka pintu kamar kostnya."Ck, lama banget sih buka pintu aja?" ujar wanita bertubuh gempal yang terlihat menatap sinis Sea.Sea menghela napasnya pelan, ia cukup kesal karena tidurnya diganggu. "Ada apa, Bu?" tanya Sea dengan nada lembutnya."Nggak usah basa-basi, Sea. Mana uangnya? Ini udah beda hari, jadi kamu harus segera ganti uang itu!" hardik Ibu Kost Sea tersebut.Sea yang memang masih kelelahan tidak mengucapkan apa pun, gadis itu lantas membuka koper kecil miliknya. Ia mengambil segepok uang dengan nominal 100 juta dan kembali ke hadapan ibu k
"Tu-Tuan Bara?!" ucap Bagus saat melihat lelaki berperawakan tinggi besar dengan topi koboi itu datang bersama tiga orang anak buahnya yang lain."Oh, kebetulan sekali, ada kau juga Bagus. Aku ke sini karena ingin menagih hutang pada anakmu itu. Dia berjanji akan melunasinya hari ini," ucapnya lagi.Bagus, Seruni, dan juga Karina langsung menoleh ke arah Sea yang penampilannya sudah tidak karuan dengan rambut acak-acakkan dan pipi yang memerah.Sementara Sea, ia justru tidak menampilkan ekspresi apa pun. Gadis itu mengambil koper kecil berisi uang miliknya. Matanya melirik ke arah keluarganya itu."Ambil ini, Tuan. Uang di sana senilai 900 juta, silahkan ambil semuanya! Tidak perlu dikembalikan sisanya!" ucap Sea tidak ingin berbasa-basi.Bagus, Seruni, dan Sea melebarkan matanya. Ia tidak percaya jika Sea mendapatkan uang sebanyak itu. Padahal setau mereka Sea bahkan belum bekerja.Bara memberi kode kepada anak buahnya untuk mengambil koper yang berisi uang itu dari tangan Sea. "Wah,
Bagus, Seruni, dan juga Karina nampak terkejut melihat seorang lelaki berwajah tampan yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan tatapan dinginnya. Selain itu, pakaian yang lelaki itu gunakan dari atas hingga bawah terlihat branded, sehingga membuat mereka semakin berbinar.Hal itu membuat Karina tidak bisa berkedip, sedangkan Sea, ia tampak mematung melihat kedatangan lelaki berwajah tampan yang tak lain adalah Keyvando. "Ka-kamu calon suami dia?" "Ya, aku calon suaminya. Jadi jangan berani melukai calon istriku." Bruk!Seruni tidak bisa menopang bobot tubuhnya."Mama!" teriak Karina, wanita muda itu langsung membantu sang Ibu untuk tetap berdiri. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Keyvando, lelaki itu langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang Sea.Sea menegang sejenak, tubuhnya kaku karena tidak terbiasa dengan apa yang Keyvando lakukan. Ia menatap ke arah Keyvando memberi kode kepada lelaki itu supaya melepaskan tangannya dari pinggang Sea. Tapi Keyvando tidak men
Mata Sea menatap sekeliling kamar hotel yang saat ini ia dan Keyvando berada. Matanya memicing, seolah curiga dengan lelaki yang terlihat duduk di single sofa tepat berada di depannya itu. Sementara Keyvando, lelaki itu terlihat tenang, ia mengambil gelas yang berisi kopi berwarna hitam, laku menyesapnya perlahan. Terlihat jelas, asap menyeruak keluar dari cangkir tersebut, menandakan jika kopi yang Keyvando minum masih baru dibuat. "Emb, Tuan, kenapa Tuan membawa saya ke sini?" tanyanya dengan nada pelan, takut Keyvando akan tersinggung dengan ucapannya. Tatapan Keyvando berubah, yang semula dingin, mulai menghangat, ia terkekeh pelan. "Apa kamu takut?" Dengan gerakan cepat, Sea menggeleng. Ia berpura-pura bersikap biasa, padahal sebenarnya ia memang sedang ketakutan. Apalagi ia hanya seorang gadis lemah, lalu Keyvando, lelaki di hadapannya terlalu punya kuasa. Jelas Keyvando tau, jika Sea hanya berpura-pura berani. Dalam hati, timbul keinginan untuk mengetes perasaan gadi
Sea mulai membuka matanya perlahan, beberapa kali ia mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya. Tapi, saat ia berusaha bangun dari posisinya sekarang, perasaan berat di atas perutnya membuat ia berhenti. Tatapannya beralih pada perut rata miliknya, matanya melebar. Aaaaaaaa Teriakan Sea membuat Keyvando terkejut, lelaki itu membuka matanya, langsung duduk dan menatap khawatir ke arah Sea. "Sea, ada apa?" tanyanya pada gadis di sampingnya. Sea berusaha mengatur napasnya, lalu menatap tajam ke arah Keyvando. "Apa yang Tuan lakukan padaku?" tuduhnya. Keyvando berusaha mencerna ucapan Sea, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti. "Apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Sea terdiam, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku, ak-aku hanya, emb, Tuan kenapa berada di tempat tidurku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Keyvando masih menatap Sea, tapi Sea justru membuang pandanga
Suara ujung heals seorang gadis terdengar menggema di sepanjang koridor kantor. Keringatnya membasahi pelipis. Pagi ini, dia datang terlambat lagi. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan bibir yang mengumpatnya secara langsung, maupun di belakangnya."Maaf, maafkan saya karna terlambat lagi. Tolong, ijinkan saya untuk melakukan interview lagi, Tuan dan Nyonya," mohon Sea dengan nafas tersengal. Tatapan penuh harap itu, tak lantas mengundang rasa iba pada beberapa orang yang menatapnya muak dan sinis. "Ini sudah jam berapa? Kenapa kamu baru datang? Kamu itu telat tujuh belas menit! Jadi, kamu didiskualifikasi!" bentak salah seorang dari tiga orang yang merupakan seorang HRD."Tapi, Bu, saya tad-""Sudahlah, sekarang kamu pergi dari kantor ini!"Bianca Galensea atau biasa dipanggil Sea, ia hanya bisa menghela napasnya pelan, putus asa dan sesal. Kepalanya menunduk, dia tidak ingin orang melihat air matanya. "Sial sekali nasibku," gumamnya pelan.Namun, saat
Suara pintu tersebut terbanting kasar. Sea keluar dari dalam ruangan CEO dengan wajah kesal. Tubuhnya terasa panas karena amarah yang siap untuk diluapkan. Matanya tampak datar seolah ingin menyemprot siapa saja yang ada di hadapannya. "Cih, Boss gila, seenaknya aja minta anak orang jadi istrinya. Mana istri kontrak lagi, dikira aku apaan," gerutu Sea. Gadis itu terus berjalan tanpa peduli dengan pandangan setiap orang yang menatapnya kebingungan."Huh, mending aku nggak usah kerja di sini daripada jadi istrinya dia," ucapnya sekali lagi.Sea memutuskan untuk meninggalkan Eduardo Company, perusahaaan milik Keyvando itu dan pulang ke kostnya.Beberapa saat kemudian, Sea sudah sampai di depan kostnya, gadis itu keluar dari taksi dan berjalan ke area kostnya. "Nah, itu dia!" seru seseorang lelaki berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut gondrong. Matanya sangat tajam seolah ingin mencabik tubuh Sea.Tubuh Sea menggigil saat tiga lelaki itu mendekat. Apalagi aura kejam dari ketiga
Sea mulai membuka matanya perlahan, beberapa kali ia mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya. Tapi, saat ia berusaha bangun dari posisinya sekarang, perasaan berat di atas perutnya membuat ia berhenti. Tatapannya beralih pada perut rata miliknya, matanya melebar. Aaaaaaaa Teriakan Sea membuat Keyvando terkejut, lelaki itu membuka matanya, langsung duduk dan menatap khawatir ke arah Sea. "Sea, ada apa?" tanyanya pada gadis di sampingnya. Sea berusaha mengatur napasnya, lalu menatap tajam ke arah Keyvando. "Apa yang Tuan lakukan padaku?" tuduhnya. Keyvando berusaha mencerna ucapan Sea, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti. "Apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Sea terdiam, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku, ak-aku hanya, emb, Tuan kenapa berada di tempat tidurku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Keyvando masih menatap Sea, tapi Sea justru membuang pandanga
Mata Sea menatap sekeliling kamar hotel yang saat ini ia dan Keyvando berada. Matanya memicing, seolah curiga dengan lelaki yang terlihat duduk di single sofa tepat berada di depannya itu. Sementara Keyvando, lelaki itu terlihat tenang, ia mengambil gelas yang berisi kopi berwarna hitam, laku menyesapnya perlahan. Terlihat jelas, asap menyeruak keluar dari cangkir tersebut, menandakan jika kopi yang Keyvando minum masih baru dibuat. "Emb, Tuan, kenapa Tuan membawa saya ke sini?" tanyanya dengan nada pelan, takut Keyvando akan tersinggung dengan ucapannya. Tatapan Keyvando berubah, yang semula dingin, mulai menghangat, ia terkekeh pelan. "Apa kamu takut?" Dengan gerakan cepat, Sea menggeleng. Ia berpura-pura bersikap biasa, padahal sebenarnya ia memang sedang ketakutan. Apalagi ia hanya seorang gadis lemah, lalu Keyvando, lelaki di hadapannya terlalu punya kuasa. Jelas Keyvando tau, jika Sea hanya berpura-pura berani. Dalam hati, timbul keinginan untuk mengetes perasaan gadi
Bagus, Seruni, dan juga Karina nampak terkejut melihat seorang lelaki berwajah tampan yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan tatapan dinginnya. Selain itu, pakaian yang lelaki itu gunakan dari atas hingga bawah terlihat branded, sehingga membuat mereka semakin berbinar.Hal itu membuat Karina tidak bisa berkedip, sedangkan Sea, ia tampak mematung melihat kedatangan lelaki berwajah tampan yang tak lain adalah Keyvando. "Ka-kamu calon suami dia?" "Ya, aku calon suaminya. Jadi jangan berani melukai calon istriku." Bruk!Seruni tidak bisa menopang bobot tubuhnya."Mama!" teriak Karina, wanita muda itu langsung membantu sang Ibu untuk tetap berdiri. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Keyvando, lelaki itu langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang Sea.Sea menegang sejenak, tubuhnya kaku karena tidak terbiasa dengan apa yang Keyvando lakukan. Ia menatap ke arah Keyvando memberi kode kepada lelaki itu supaya melepaskan tangannya dari pinggang Sea. Tapi Keyvando tidak men
"Tu-Tuan Bara?!" ucap Bagus saat melihat lelaki berperawakan tinggi besar dengan topi koboi itu datang bersama tiga orang anak buahnya yang lain."Oh, kebetulan sekali, ada kau juga Bagus. Aku ke sini karena ingin menagih hutang pada anakmu itu. Dia berjanji akan melunasinya hari ini," ucapnya lagi.Bagus, Seruni, dan juga Karina langsung menoleh ke arah Sea yang penampilannya sudah tidak karuan dengan rambut acak-acakkan dan pipi yang memerah.Sementara Sea, ia justru tidak menampilkan ekspresi apa pun. Gadis itu mengambil koper kecil berisi uang miliknya. Matanya melirik ke arah keluarganya itu."Ambil ini, Tuan. Uang di sana senilai 900 juta, silahkan ambil semuanya! Tidak perlu dikembalikan sisanya!" ucap Sea tidak ingin berbasa-basi.Bagus, Seruni, dan Sea melebarkan matanya. Ia tidak percaya jika Sea mendapatkan uang sebanyak itu. Padahal setau mereka Sea bahkan belum bekerja.Bara memberi kode kepada anak buahnya untuk mengambil koper yang berisi uang itu dari tangan Sea. "Wah,
“Saya usahakan, Tuan. Sekarang, biarkan saya menyelesaikan masalah saya dulu yah,” jawab Sea dan Keyvando akhirnya melepaskan Sea sambil mengulum senyumnya.Sea pun, bergegas mengurus apa yang harus dia lakukan, karen kelelahan ... ia pun kembali ke kos dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang hingga tanpa sadar mulai terlelap.Suara gedoran pintu dari luar membuat Sea terbangun. Gadis itu mengucek matanya pelan, lalu berjalan dan membuka pintu kamar kostnya."Ck, lama banget sih buka pintu aja?" ujar wanita bertubuh gempal yang terlihat menatap sinis Sea.Sea menghela napasnya pelan, ia cukup kesal karena tidurnya diganggu. "Ada apa, Bu?" tanya Sea dengan nada lembutnya."Nggak usah basa-basi, Sea. Mana uangnya? Ini udah beda hari, jadi kamu harus segera ganti uang itu!" hardik Ibu Kost Sea tersebut.Sea yang memang masih kelelahan tidak mengucapkan apa pun, gadis itu lantas membuka koper kecil miliknya. Ia mengambil segepok uang dengan nominal 100 juta dan kembali ke hadapan ibu k
Sea hanya menunduk seraya memainkan jemarinya. Perasaannya saat ini benar-benar sulit untuk digambarkan. Di sisi lain, ia tidak mau melakukan pernikahan kontrak dengan Keyvando. Tapi, di sisi lain, ia harus segera melunasi hutang-hutang pada para debt collector itu, jika tidak ingin dijual dan mereka akan membakar kost-kostan Sea. Ditambah lagi, Ibu kostnya yang menuntut ganti rugi.Keyvando menatap Sea yang masih menunduk di hadapannya itu. Tatapannya sangat tajam, namun tetap ada sisi lembut yang terlihat di sana. "Apa, lantai itu lebih menarik dari pada lelaki tampan di hadapanmu ini?"Sea reflek mendongak, menatap mata coklat Keyvando yang juga menatapnya. "Ma-af, Tuan," lirihnya, tubuh gadis itu terasa panas dingin, badannya bahkan gemetar."Aku tidak ingin berbasa-basi. Apa kamu siap menjadi istriku, Sea?"Sea mencoba meyakinkan dirinya. Ia mengangguk mantap. Tentu saja hal itu membuat Keyvando tersenyum. "Baiklah, sebentar."Keyvando merogoh kantongnya, lalu kemudian menghubun
Suara pintu tersebut terbanting kasar. Sea keluar dari dalam ruangan CEO dengan wajah kesal. Tubuhnya terasa panas karena amarah yang siap untuk diluapkan. Matanya tampak datar seolah ingin menyemprot siapa saja yang ada di hadapannya. "Cih, Boss gila, seenaknya aja minta anak orang jadi istrinya. Mana istri kontrak lagi, dikira aku apaan," gerutu Sea. Gadis itu terus berjalan tanpa peduli dengan pandangan setiap orang yang menatapnya kebingungan."Huh, mending aku nggak usah kerja di sini daripada jadi istrinya dia," ucapnya sekali lagi.Sea memutuskan untuk meninggalkan Eduardo Company, perusahaaan milik Keyvando itu dan pulang ke kostnya.Beberapa saat kemudian, Sea sudah sampai di depan kostnya, gadis itu keluar dari taksi dan berjalan ke area kostnya. "Nah, itu dia!" seru seseorang lelaki berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut gondrong. Matanya sangat tajam seolah ingin mencabik tubuh Sea.Tubuh Sea menggigil saat tiga lelaki itu mendekat. Apalagi aura kejam dari ketiga
Suara ujung heals seorang gadis terdengar menggema di sepanjang koridor kantor. Keringatnya membasahi pelipis. Pagi ini, dia datang terlambat lagi. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan bibir yang mengumpatnya secara langsung, maupun di belakangnya."Maaf, maafkan saya karna terlambat lagi. Tolong, ijinkan saya untuk melakukan interview lagi, Tuan dan Nyonya," mohon Sea dengan nafas tersengal. Tatapan penuh harap itu, tak lantas mengundang rasa iba pada beberapa orang yang menatapnya muak dan sinis. "Ini sudah jam berapa? Kenapa kamu baru datang? Kamu itu telat tujuh belas menit! Jadi, kamu didiskualifikasi!" bentak salah seorang dari tiga orang yang merupakan seorang HRD."Tapi, Bu, saya tad-""Sudahlah, sekarang kamu pergi dari kantor ini!"Bianca Galensea atau biasa dipanggil Sea, ia hanya bisa menghela napasnya pelan, putus asa dan sesal. Kepalanya menunduk, dia tidak ingin orang melihat air matanya. "Sial sekali nasibku," gumamnya pelan.Namun, saat