"Tu-Tuan Bara?!" ucap Bagus saat melihat lelaki berperawakan tinggi besar dengan topi koboi itu datang bersama tiga orang anak buahnya yang lain.
"Oh, kebetulan sekali, ada kau juga Bagus. Aku ke sini karena ingin menagih hutang pada anakmu itu. Dia berjanji akan melunasinya hari ini," ucapnya lagi. Bagus, Seruni, dan juga Karina langsung menoleh ke arah Sea yang penampilannya sudah tidak karuan dengan rambut acak-acakkan dan pipi yang memerah. Sementara Sea, ia justru tidak menampilkan ekspresi apa pun. Gadis itu mengambil koper kecil berisi uang miliknya. Matanya melirik ke arah keluarganya itu. "Ambil ini, Tuan. Uang di sana senilai 900 juta, silahkan ambil semuanya! Tidak perlu dikembalikan sisanya!" ucap Sea tidak ingin berbasa-basi. Bagus, Seruni, dan Sea melebarkan matanya. Ia tidak percaya jika Sea mendapatkan uang sebanyak itu. Padahal setau mereka Sea bahkan belum bekerja. Bara memberi kode kepada anak buahnya untuk mengambil koper yang berisi uang itu dari tangan Sea. "Wah, ternyata cepat juga kamu mendapatkan uangnya. Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu hanya dalam satu malam?" tanya Bara penasaran. Keluarga Sea yang juga penasaran ikut menatap ke arah Sea. "Tidak mungkin kan kamu menjual diri," tebak Karina pada Sea, dari dulu ia memang tidak menyukai Sea. Sehingga seringkali mencari masalah dengan Sea. "Aku bukan dirimu. Kalau itu, kamu mungkin saja tapi aku tidak. Itu uang halal. Oh ya, kembalikan semua data diriku sekarang, termasuk fotokopi KTP dan surat lainnya. Selain itu, pastikan untuk tidak menerima permohonan hutang dari para sampah ini," ucap Sea dengan tegas, ia terlanjur muak dengan orang-orang itu. Bara terkekeh mendengar ucapan menohok Sea, sedangkan keluarganya tampak geram. "Nona Sea ini cantik, tapi sangat galak. Baiklah, saya akan mengembalikan pada Nona. Tapi saya tidak menjamin untuk tidak menerima pinjaman dari mereka jika penawarannya menggiurkan." Sea mengepalkan tangannya, ia sangat tau sifat keluarga baru Ayahnya itu. Mereka sangat licik dan selalu menjerumuskan Sea dalam kesulitan. "Ini data-data milik, Nona Sea." Sea langsung mengambilnya dari tangan Bara dengan kasar. "Sudahkan? Sekarang lebih baik kalian pergi dari sini!" Bara kembali terkekeh melihat Sea yang meluapkan amarahnya. "Sayang sekali anak kalian ini bisa membayar hutangnya. Jika tidak, mungkin aku akan lebih untung," ujar Bara dan anak buahnya, lalu lelaki itu meninggalkan Sea dan juga keluarganya. Setelah kepergian Bara dan anak buahnya Bagus, Seruni, dan juga Karina kembali menatap Sea yang juga menatap mereka sinis. "Kenapa? Kalian pikir akan semudah itu menyingkirkan aku?" ejek Sea seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Benarkan tebakan kami, kamu pasti sudah menjual diri," ucap Seruni pada Sea, wanita itu tidak membiarkan Sea tenang sebentar saja. Sea memutar bola matanya malas, ia sebenarnya lelah menghadapi ketiga orang itu. Tapi mau bagaimana lagi, jika hanya diam maka mereka akan semakin senang. "Ya kerja, memangnya aku kalian? Bisanya, hanya berhutang dan menyusahkan orang lain. Sudah miskin banyak gaya," sini Sea. Karina, Seruni, dan juga Bagus memelototkan matanya mendengar jawaban Sea yang begitu berani. Mereka pikir Sea akan diam saja, tapi lagi dan lagi Sea berani menjawab. "Begini caramu bicara dengan keluargamu sendiri, Sea? Dasar tidak punya sopan santun!" murka Bagus, ia ingin memukul Sea, tapi Sea kembali mencekal tangan Bagus dan menghempaskannya. "Stop ya, Tuan Bagus. Kamu pikir, kamu siapa?! Berani, memukulku seperti ini! Aku sudah cukup bersabar selama ini membiarkan kalian memperlakukanku dengan buruk. Tapi sekarang, aku tidak akan membiarkan ini terjadi lagi!" teriak Sea pada Bagus. Wajah bagus semakin memerah, urat-urat di keningnya terlihat mengetat seokah akan putus. "Kamu, benar-benar, aku ini Ayahmu, Sea!" Sea terkekeh menanggapi ucapan Bagus, matanya yang teramat dingin seakan apa menggambarkan betapa perasaan sayangnya pada Ayahnya sudah menghilang. "Ayah? Apa, anda yakin?” “Bukannya, saya ini hanya anak tidak berguna? Anak tidak tau diuntung? Anak tidak tau diri? Dan anak kurang ajar? Bukankah itu, yang selalu anda katakan mengenai saya?” “Maaf Tuan Bagus, tapi Ayah saya sudah lama mati, saya tidak punya Ayah! Karena tidak ada seorang Ayah yang tega menggadaikan anaknya sendiri untuk sejumlah uang!" Suasana di kamar kost milik Sea itu terlihat menegang, beberapa orang penghuni kost pun tidak ada yang berani ikut campur. Sea mengungkapkan semua kekecewaannya, tidak ada rasa sakit hati lagi yang ia sisakan, hanya perasan marah dan benci yang menguasai dirinya sekarang. Bagus terdiam mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari mulut Sea. Apalagi memang semua yang Sea katakan benar. Selama ini, ia tidak pernah sedikit pun memperlakukan Sea dengan baik. Ia selalu mukul dan mencaci maki gadis itu. "Halah, Pa, jangan terpengaruh sama ucapannya. Lagian kan dia memang pantas diperlakukan kayak gitu. Papa harus ingat, Sea itu hanya bisa bikin Papa malu, dia tidak pernah membanggakan Papa. Dia sama seperti ibunya, tukang selingkuh," ucap Seruni pada suaminya, wanita itu menatap sinis ke arah Sea. Sea berdecih pelan mendengar semua yang Seruni katakan. Dari dulu, wanita itu memang selalu membuat Ayahnya membencinya. "Apa yang dikatakan Mama benar, Pa. Lihat sekarang, dia saja berani melawan Papa. Bisa-bisa nanti dia membunuh Papa. Anak kayak dia nggak ada untungnya dipelihara. Dia itu tidak berguna, Pa.” “Dasar pelacur, kamu pasti menjual dirimu kan? Makanya, dapat uang sebanyak itu? Kalau tidak mana mungkin. Bikin malu Papa!" Sea ingin sekali menyumpal mululut busuk Karina itu, tapi ia mengurungkan niatnya. "Harusnya kamu mengatakan itu pada dirimu sendiri, Karina. Bukannya kamu ya yang suka menjadi simpanan Om-om?" ucap Sea sambil tersenyum miring. Karina melebarkan matanya, ia kembali mengangkat tangannya untuk menampar Sea. Tapi lagi dan lagi Sea kembali menahan tangan Karina dan mendorongnya. "Arghh, sakit, kamu, tutup mulutmu itu! Kamu yang pelacur! Kalau tidak dari mana kamu bisa melunasi hutang itu? Harusnya kamu sekarang sudah menjadi jalang di rumah bordir milik Tuan Bara, tapi kamu malah melunasinya," ujar Karina pada Sea. Sea melebarkan matanya, ia tidak menyangka dengan apa yang Karina katakan. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan tiga orang di hadapannya itu. “Oh, jadi kalian memang sengaja melakukan itu? Kalian bermaksud menyingkirkanku, iya?" Bagus, Seruni, dan juga Karina diam sejenak, tapi kemudian Karina dan Seruni tertawa sinis. "Kalau iya memang kenapa?” “Lagi pula apa salahnya menjadi seorang pelacur? Itu lebih cocok untukmu, dengan begitu kami juga bisa mendapatkan uang tanpa harus bekerja. Tapi, gara-gara kamu membayarnya, kami jadi kehilangan sumber keuangan. Dasar kurang ajar!" murka Seruni sambil mengangkat tangannya. "Jauhkan tanganmu dari calon istriku!"Bagus, Seruni, dan juga Karina nampak terkejut melihat seorang lelaki berwajah tampan yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan tatapan dinginnya. Selain itu, pakaian yang lelaki itu gunakan dari atas hingga bawah terlihat branded, sehingga membuat mereka semakin berbinar.Hal itu membuat Karina tidak bisa berkedip, sedangkan Sea, ia tampak mematung melihat kedatangan lelaki berwajah tampan yang tak lain adalah Keyvando. "Ka-kamu calon suami dia?" "Ya, aku calon suaminya. Jadi jangan berani melukai calon istriku." Bruk!Seruni tidak bisa menopang bobot tubuhnya."Mama!" teriak Karina, wanita muda itu langsung membantu sang Ibu untuk tetap berdiri. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Keyvando, lelaki itu langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang Sea.Sea menegang sejenak, tubuhnya kaku karena tidak terbiasa dengan apa yang Keyvando lakukan. Ia menatap ke arah Keyvando memberi kode kepada lelaki itu supaya melepaskan tangannya dari pinggang Sea. Tapi Keyvando tidak men
Mata Sea menatap sekeliling kamar hotel yang saat ini ia dan Keyvando berada. Matanya memicing, seolah curiga dengan lelaki yang terlihat duduk di single sofa tepat berada di depannya itu. Sementara Keyvando, lelaki itu terlihat tenang, ia mengambil gelas yang berisi kopi berwarna hitam, laku menyesapnya perlahan. Terlihat jelas, asap menyeruak keluar dari cangkir tersebut, menandakan jika kopi yang Keyvando minum masih baru dibuat. "Emb, Tuan, kenapa Tuan membawa saya ke sini?" tanyanya dengan nada pelan, takut Keyvando akan tersinggung dengan ucapannya. Tatapan Keyvando berubah, yang semula dingin, mulai menghangat, ia terkekeh pelan. "Apa kamu takut?" Dengan gerakan cepat, Sea menggeleng. Ia berpura-pura bersikap biasa, padahal sebenarnya ia memang sedang ketakutan. Apalagi ia hanya seorang gadis lemah, lalu Keyvando, lelaki di hadapannya terlalu punya kuasa. Jelas Keyvando tau, jika Sea hanya berpura-pura berani. Dalam hati, timbul keinginan untuk mengetes perasaan gadi
Sea mulai membuka matanya perlahan, beberapa kali ia mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya. Tapi, saat ia berusaha bangun dari posisinya sekarang, perasaan berat di atas perutnya membuat ia berhenti. Tatapannya beralih pada perut rata miliknya, matanya melebar. Aaaaaaaa Teriakan Sea membuat Keyvando terkejut, lelaki itu membuka matanya, langsung duduk dan menatap khawatir ke arah Sea. "Sea, ada apa?" tanyanya pada gadis di sampingnya. Sea berusaha mengatur napasnya, lalu menatap tajam ke arah Keyvando. "Apa yang Tuan lakukan padaku?" tuduhnya. Keyvando berusaha mencerna ucapan Sea, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti. "Apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Sea terdiam, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku, ak-aku hanya, emb, Tuan kenapa berada di tempat tidurku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Keyvando masih menatap Sea, tapi Sea justru membuang pandanga
Sea dan juga Keyvando keluar dari kantor khusus yang mengurus pernikahan dengan ekspresi berbeda. Sea memasang wajah cemberut, seraya memandang buku nikah yang ada di tangannya. Sedangkan Keyvando, lelaki itu tampak puas, ia memandangi buku nikahnya seolah merupakan hak yang paling berharga di hidupnya. "Sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Jangan lupa, kamu juga saat ini merupakan sekretarisku, Sea Sayang," ucap Keyvando berbisik. Sea bergidik mendengar suara Keyvando yang terngiang di telinganya. Matanya membeliak, lalu dengan cepat berjalan menuju ke mobil Keyvando. "Ayo pulang ke rumah Tuan," ucap Sea tanpa basa basi. Keyvando menghentikan langkahnya, menatap Sea tidak percaya. Beberapa detik kemudian, lelaki tersebut membuka pintu mobil untuk Sea. Membiarkan gadis itu masuk dan duduk dengan tenang, tidak lupa ia memasangkan seatbelt pada tubuh Sea. Sea tampak diam, ia mulai terbiasa dengan perlakuan Keyvando yang tiba-tiba. Setelah selesai, Keyvando menyusul Se
Wanita muda itu berusaha mendekat ke arah Keyvando, tapi Lucas yang ternyata berpas-pasan dengannya di depan pintu tadi langsung menghadangnya. "Kak, aku Karina. Apa Kakak lupa? Dulu kita satu SMA Kak," ucap Karina ia tersenyum. Keyvando menatap datar Karina, ia tampak jijik dengan senyuman yang sengaja dibuat-buat oleh wanita muda itu. Bahkan Lucas tampak bergidik ngeri, apalagi pakaian yang Karina gunakan terkesan sangat terbuka dengan panjang 5 CM di atas lutut dan belahan dada rendah. "Lucas, urus wanita ini!" perintah Keyvando, lelaki itu kemudian masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu kasar Sedangkan Lucas, ia langsung menarik paksa Karina. Meski wanita muda itu terus berteriak, meminta untuk dilepaskan dan juga ingin bertemu dengan Keyvando. Banyak karyawan Eduardo Company yang menatap heran ke arah Karina. Lucas juga terus menarik paksa Karina dan membawanya keluar. Bruk Lucas mendorong Karina kasar, membuat Karina meringis kesakitan dan tidak terima. "Sia
Sea duduk dengan tenang seorang diri di meja makan panjang yang terdapat di ruang makan mansion milik Keyvando. Wanita itu tampak makan dengan tenang, hanya seorang diri. Ia tidak mempedulikan bagaimana tatapan beberapa pelayan yang tidak suka dengannya. "Bibi, aku sudah selesai," ucap Sea setelah ia menghabiskan makanannya. Sea mengucapkan terima kasih, lalu ia beranjak dari ruangan makan itu menuju ke kamarnya kembali. Maureen mendekat, lalu mulai memberi kode pada beberapa pelayan untuk mengemas sisa makanan Sea. "Bibi Maureen, kenapa kita harus menurut dengannya? Dia hanyalah gadis kampung yang kebetulan beruntung dipungut oleh Tuan Muda Keyvando," ucap salah seorang pelayan dengan rambut ikal bernama Arina. Maureen menoleh ke arah Arina, matanya menatap tajam Arina. Meminta pelayan muda itu untuk Tidka membantah. Namun Arina justru memberengut sebal. Meski begitu, ia tetap mengerjakan pekerjaannya. "Enak sekali jadi Sea, dipungut menjadi seorang Cinderella oleh Tuan Mud
Keyvando mengetuk pintu kamar Sea beberapa kali. Tapi, tidak juga ada sahutan dari dalam kamar itu. Tentu saja hal tersebut membuat Keyvando mengerutkan keningnya. Ia memutar kenop pintu kamar Sea perlahan. Matanya memicing saat melihat Sea yang sedang merenung menatap ke arah jendela kamarnya. "Sea," panggil Keyvando. Sontak saja Sea terlonjak karena mendengar Keyvando yang ada di belakangnya. Ia sedikit menjauh, bersikap waspada pada Keyvando. "Tuan, ada apa?" tanyanya dengan nada pelan. Keyvando menatap Sea dengan pandangan dingin tak berekspresi. "Ikut aku ke mansion utama keluarga Eduardo." Ucapan Keyvando itu membuat Sea melebarkan matanya, bagaimana mungkin ia ke Mansion utama keluarha Eduardo sekarang. Jujur saja, ia belum siap. "Kenapa? Aoa ada yang salah?" tanya Keyvando pada Sea. "Tuan, say-" "Sea, jangan memanggilku Tuan. Panggil namaku saja atau mungkin gunakan panggilan yang tidak formal." Sea terdiam, ia nampak berpikir, hingga akhirnya menatap ke arah Keyvand
Suara ujung heals seorang gadis terdengar menggema di sepanjang koridor kantor. Keringatnya membasahi pelipis. Pagi ini, dia datang terlambat lagi. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menatapnya sinis dan bibir yang mengumpatnya secara langsung, maupun di belakangnya."Maaf, maafkan saya karna terlambat lagi. Tolong, ijinkan saya untuk melakukan interview lagi, Tuan dan Nyonya," mohon Sea dengan nafas tersengal. Tatapan penuh harap itu, tak lantas mengundang rasa iba pada beberapa orang yang menatapnya muak dan sinis. "Ini sudah jam berapa? Kenapa kamu baru datang? Kamu itu telat tujuh belas menit! Jadi, kamu didiskualifikasi!" bentak salah seorang dari tiga orang yang merupakan seorang HRD."Tapi, Bu, saya tad-""Sudahlah, sekarang kamu pergi dari kantor ini!"Bianca Galensea atau biasa dipanggil Sea, ia hanya bisa menghela napasnya pelan, putus asa dan sesal. Kepalanya menunduk, dia tidak ingin orang melihat air matanya. "Sial sekali nasibku," gumamnya pelan.Namun, saat
Keyvando mengetuk pintu kamar Sea beberapa kali. Tapi, tidak juga ada sahutan dari dalam kamar itu. Tentu saja hal tersebut membuat Keyvando mengerutkan keningnya. Ia memutar kenop pintu kamar Sea perlahan. Matanya memicing saat melihat Sea yang sedang merenung menatap ke arah jendela kamarnya. "Sea," panggil Keyvando. Sontak saja Sea terlonjak karena mendengar Keyvando yang ada di belakangnya. Ia sedikit menjauh, bersikap waspada pada Keyvando. "Tuan, ada apa?" tanyanya dengan nada pelan. Keyvando menatap Sea dengan pandangan dingin tak berekspresi. "Ikut aku ke mansion utama keluarga Eduardo." Ucapan Keyvando itu membuat Sea melebarkan matanya, bagaimana mungkin ia ke Mansion utama keluarha Eduardo sekarang. Jujur saja, ia belum siap. "Kenapa? Aoa ada yang salah?" tanya Keyvando pada Sea. "Tuan, say-" "Sea, jangan memanggilku Tuan. Panggil namaku saja atau mungkin gunakan panggilan yang tidak formal." Sea terdiam, ia nampak berpikir, hingga akhirnya menatap ke arah Keyvand
Sea duduk dengan tenang seorang diri di meja makan panjang yang terdapat di ruang makan mansion milik Keyvando. Wanita itu tampak makan dengan tenang, hanya seorang diri. Ia tidak mempedulikan bagaimana tatapan beberapa pelayan yang tidak suka dengannya. "Bibi, aku sudah selesai," ucap Sea setelah ia menghabiskan makanannya. Sea mengucapkan terima kasih, lalu ia beranjak dari ruangan makan itu menuju ke kamarnya kembali. Maureen mendekat, lalu mulai memberi kode pada beberapa pelayan untuk mengemas sisa makanan Sea. "Bibi Maureen, kenapa kita harus menurut dengannya? Dia hanyalah gadis kampung yang kebetulan beruntung dipungut oleh Tuan Muda Keyvando," ucap salah seorang pelayan dengan rambut ikal bernama Arina. Maureen menoleh ke arah Arina, matanya menatap tajam Arina. Meminta pelayan muda itu untuk Tidka membantah. Namun Arina justru memberengut sebal. Meski begitu, ia tetap mengerjakan pekerjaannya. "Enak sekali jadi Sea, dipungut menjadi seorang Cinderella oleh Tuan Mud
Wanita muda itu berusaha mendekat ke arah Keyvando, tapi Lucas yang ternyata berpas-pasan dengannya di depan pintu tadi langsung menghadangnya. "Kak, aku Karina. Apa Kakak lupa? Dulu kita satu SMA Kak," ucap Karina ia tersenyum. Keyvando menatap datar Karina, ia tampak jijik dengan senyuman yang sengaja dibuat-buat oleh wanita muda itu. Bahkan Lucas tampak bergidik ngeri, apalagi pakaian yang Karina gunakan terkesan sangat terbuka dengan panjang 5 CM di atas lutut dan belahan dada rendah. "Lucas, urus wanita ini!" perintah Keyvando, lelaki itu kemudian masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintu kasar Sedangkan Lucas, ia langsung menarik paksa Karina. Meski wanita muda itu terus berteriak, meminta untuk dilepaskan dan juga ingin bertemu dengan Keyvando. Banyak karyawan Eduardo Company yang menatap heran ke arah Karina. Lucas juga terus menarik paksa Karina dan membawanya keluar. Bruk Lucas mendorong Karina kasar, membuat Karina meringis kesakitan dan tidak terima. "Sia
Sea dan juga Keyvando keluar dari kantor khusus yang mengurus pernikahan dengan ekspresi berbeda. Sea memasang wajah cemberut, seraya memandang buku nikah yang ada di tangannya. Sedangkan Keyvando, lelaki itu tampak puas, ia memandangi buku nikahnya seolah merupakan hak yang paling berharga di hidupnya. "Sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Jangan lupa, kamu juga saat ini merupakan sekretarisku, Sea Sayang," ucap Keyvando berbisik. Sea bergidik mendengar suara Keyvando yang terngiang di telinganya. Matanya membeliak, lalu dengan cepat berjalan menuju ke mobil Keyvando. "Ayo pulang ke rumah Tuan," ucap Sea tanpa basa basi. Keyvando menghentikan langkahnya, menatap Sea tidak percaya. Beberapa detik kemudian, lelaki tersebut membuka pintu mobil untuk Sea. Membiarkan gadis itu masuk dan duduk dengan tenang, tidak lupa ia memasangkan seatbelt pada tubuh Sea. Sea tampak diam, ia mulai terbiasa dengan perlakuan Keyvando yang tiba-tiba. Setelah selesai, Keyvando menyusul Se
Sea mulai membuka matanya perlahan, beberapa kali ia mengerjapkan mata dan merenggangkan tubuhnya. Tapi, saat ia berusaha bangun dari posisinya sekarang, perasaan berat di atas perutnya membuat ia berhenti. Tatapannya beralih pada perut rata miliknya, matanya melebar. Aaaaaaaa Teriakan Sea membuat Keyvando terkejut, lelaki itu membuka matanya, langsung duduk dan menatap khawatir ke arah Sea. "Sea, ada apa?" tanyanya pada gadis di sampingnya. Sea berusaha mengatur napasnya, lalu menatap tajam ke arah Keyvando. "Apa yang Tuan lakukan padaku?" tuduhnya. Keyvando berusaha mencerna ucapan Sea, sampai akhirnya ia menyadari sesuatu dan tersenyum penuh arti. "Apa kamu berharap aku melakukan sesuatu padamu? Sea terdiam, lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku, ak-aku hanya, emb, Tuan kenapa berada di tempat tidurku?" tanyanya mengalihkan pembicaraan. Keyvando masih menatap Sea, tapi Sea justru membuang pandanga
Mata Sea menatap sekeliling kamar hotel yang saat ini ia dan Keyvando berada. Matanya memicing, seolah curiga dengan lelaki yang terlihat duduk di single sofa tepat berada di depannya itu. Sementara Keyvando, lelaki itu terlihat tenang, ia mengambil gelas yang berisi kopi berwarna hitam, laku menyesapnya perlahan. Terlihat jelas, asap menyeruak keluar dari cangkir tersebut, menandakan jika kopi yang Keyvando minum masih baru dibuat. "Emb, Tuan, kenapa Tuan membawa saya ke sini?" tanyanya dengan nada pelan, takut Keyvando akan tersinggung dengan ucapannya. Tatapan Keyvando berubah, yang semula dingin, mulai menghangat, ia terkekeh pelan. "Apa kamu takut?" Dengan gerakan cepat, Sea menggeleng. Ia berpura-pura bersikap biasa, padahal sebenarnya ia memang sedang ketakutan. Apalagi ia hanya seorang gadis lemah, lalu Keyvando, lelaki di hadapannya terlalu punya kuasa. Jelas Keyvando tau, jika Sea hanya berpura-pura berani. Dalam hati, timbul keinginan untuk mengetes perasaan gadi
Bagus, Seruni, dan juga Karina nampak terkejut melihat seorang lelaki berwajah tampan yang berjalan mendekat ke arah mereka dengan tatapan dinginnya. Selain itu, pakaian yang lelaki itu gunakan dari atas hingga bawah terlihat branded, sehingga membuat mereka semakin berbinar.Hal itu membuat Karina tidak bisa berkedip, sedangkan Sea, ia tampak mematung melihat kedatangan lelaki berwajah tampan yang tak lain adalah Keyvando. "Ka-kamu calon suami dia?" "Ya, aku calon suaminya. Jadi jangan berani melukai calon istriku." Bruk!Seruni tidak bisa menopang bobot tubuhnya."Mama!" teriak Karina, wanita muda itu langsung membantu sang Ibu untuk tetap berdiri. "Sayang, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Keyvando, lelaki itu langsung saja melingkarkan tangannya di pinggang Sea.Sea menegang sejenak, tubuhnya kaku karena tidak terbiasa dengan apa yang Keyvando lakukan. Ia menatap ke arah Keyvando memberi kode kepada lelaki itu supaya melepaskan tangannya dari pinggang Sea. Tapi Keyvando tidak men
"Tu-Tuan Bara?!" ucap Bagus saat melihat lelaki berperawakan tinggi besar dengan topi koboi itu datang bersama tiga orang anak buahnya yang lain."Oh, kebetulan sekali, ada kau juga Bagus. Aku ke sini karena ingin menagih hutang pada anakmu itu. Dia berjanji akan melunasinya hari ini," ucapnya lagi.Bagus, Seruni, dan juga Karina langsung menoleh ke arah Sea yang penampilannya sudah tidak karuan dengan rambut acak-acakkan dan pipi yang memerah.Sementara Sea, ia justru tidak menampilkan ekspresi apa pun. Gadis itu mengambil koper kecil berisi uang miliknya. Matanya melirik ke arah keluarganya itu."Ambil ini, Tuan. Uang di sana senilai 900 juta, silahkan ambil semuanya! Tidak perlu dikembalikan sisanya!" ucap Sea tidak ingin berbasa-basi.Bagus, Seruni, dan Sea melebarkan matanya. Ia tidak percaya jika Sea mendapatkan uang sebanyak itu. Padahal setau mereka Sea bahkan belum bekerja.Bara memberi kode kepada anak buahnya untuk mengambil koper yang berisi uang itu dari tangan Sea. "Wah,
“Saya usahakan, Tuan. Sekarang, biarkan saya menyelesaikan masalah saya dulu yah,” jawab Sea dan Keyvando akhirnya melepaskan Sea sambil mengulum senyumnya.Sea pun, bergegas mengurus apa yang harus dia lakukan, karen kelelahan ... ia pun kembali ke kos dan menghempaskan tubuhnya di atas ranjang hingga tanpa sadar mulai terlelap.Suara gedoran pintu dari luar membuat Sea terbangun. Gadis itu mengucek matanya pelan, lalu berjalan dan membuka pintu kamar kostnya."Ck, lama banget sih buka pintu aja?" ujar wanita bertubuh gempal yang terlihat menatap sinis Sea.Sea menghela napasnya pelan, ia cukup kesal karena tidurnya diganggu. "Ada apa, Bu?" tanya Sea dengan nada lembutnya."Nggak usah basa-basi, Sea. Mana uangnya? Ini udah beda hari, jadi kamu harus segera ganti uang itu!" hardik Ibu Kost Sea tersebut.Sea yang memang masih kelelahan tidak mengucapkan apa pun, gadis itu lantas membuka koper kecil miliknya. Ia mengambil segepok uang dengan nominal 100 juta dan kembali ke hadapan ibu k