Share

Phuket

Author: Nayla
last update Last Updated: 2021-06-19 04:50:29

Phuket, Thailand.

Thalita berdiri di anak tangga pesawat. Matanya menyisir sekeliling. Dia masih belum percaya semudah itu Arion bisa membawanya ke sini. Kali ini Arion membawanya dengan pesawat pribadi.

"Thalita! Cepatlah turun," teriak Arion dari bawah.

Thalita dengan santai menuruni tangga bak ratu. Dia bukan sedang mengagumi kekayaan laki-laki itu. Dari awal mereka berangkat, Thalita sudah membuat emosi Arion.

Terlambat bangun. Tidak mau pergi. Bahkan dia mogok makan. Thalita memang suka membangkang pada Arion. Dia selalu mencari cara untuk memancing emosi Arion.

Shitt!

Arion mendatangi Thalita dan mengangkat gadis itu seperti karung beras. Thalita meronta-ronta membuat Arion harus memukul pantat gadis itu.

Di luar bandara sudah ada supir yang menjemput mereka. Dari perjalanan sampai ke hotel mereka selalu berdebat .

"Aku ingin kamar sendiri," pinta Thalita dengan paksa.

"Tidak akan!" tegas Arion. Dia menyeret tangan Thalita mengikutinya ke kamar mereka.

"Seharusnya aku tidak ikut acara honeymoon kalian," gumam Andre seorang diri. Dia membawa kopernya mencari kamarnya.

Arion membuka kamar. Sepasang burung terbentuk dari handuk sudah menghiasi atas tempat tidur. Membuat Thalita mual. Dia membuka kamar mandi. Bathtub sudah bergenang air bertabur bunga mawar merah.

Thalita berdiri sambil melipat tangannya ke dada. Matanya tajam melihat Arion, kali ini ia tidak akan kalah. Sekamar dengan Arion membuatnya sesak nafas.

"Baik...Aku akan pindah kamar." Arion keluar kamar. Dia tidak ingin merusak mood Thalita.

Thalita tersenyum. Dia menarik tirai dengan girang. Pemandangan di balkon sangat indah. Rasanya ingin langsung berlari ke pantai itu.

Andre datang tepat pukul 8.00 malam menjemput Thalita, Arion menyuruhnya menemani gadis itu berkeliling. Thalita tidak perduli itu. Mereka mengisi perut di restoran dekat pantai.

"Kemana Arion pergi?" tanya Thalita. "Aku senang dia enggak ada. Aku hanya menanyakan saja." Thalita berkelit. Dia memesan tomyam seafood.

"Club."

"Club. Sendiri?" tanya Thalita.

"Dia mengundang kawannya untuk datang ke Phuket. Mereka sering berkumpul bersama," jawab Andre. Dia tidak terlalu suka melihat Thalita. Tapi, dia mencoba bersikap biasa.

"Aku ingin kesana."

"Boleh juga," sahut Andre. Dia lebih suka ke sana melihat wanita-wanita cantik. Dari pada berkeliling mengukur jalanan bersama Thalita.

"Tidak. Tidak...Arion akan membunuhku jika membawamu." Andre berubah pikiran.

Thalita menatap Andre. Baru kali ini mereka duduk bersama dan bicara. Yah, Ia akui Andre tampan dan sangat memegang teguh pada pekerjaannya.

"Kau tidak ingin kesana? Kau akan menyesal." Thalita belum menyerah, "Kita hanya melihat saja di mana Arion. Hanya sebentar."

Andre terpengaruh. Mereka memasuki daerah rawan Walking streat, Pattaya. Nightlife. Astagaa...Ini adalah tempat neraka.

Dari awal masuk lorong mereka sudah diseguhi wanita-wanita berbaju bikini. Thalita melihat Andre mengeluarkan air liurnya. Kedua sisi sudah berjejer cafe berbau alkohol. Wanita-wanita berbaju bikini menawarkan minuman dengan harga fantastis, sekalian membooking mereka.

Andre menatap liar pada gadis berbikini di depannya. Tubuh Andre menegang. Jemarinya merasakan payudara gadis itu padat dan kenyal.

Thalita menarik tangan Andre yang berada di atas payudara gadis itu.

"Jangan bodoh Andre! Dia laki laki, apa kau enggak bisa membedakan," ucap Thalita yang sudah terkikih.

"Oh Gosh! Shit."

Thalita menggeleng prihatin. Andre berdecak kesal. Di sini harus jeli melihat wanita, karena sangat susah membedakan. Bahkan yang kw lebih cantik dari wanita asli.

Aluna muzik yang kencang dengan penari striptis bisa dinikmati tanpa masuk ke dalam cafe. Mereka melakukannya dengan terbuka. Pantas saja laki-laki sangat menyukai Thailand.

"Kau tahu dimana Arion?"

"Tolong. Kita jangan kesana."

"Jangan khawatir kita enggak akan mengganggu," ucap Thalita merengek.

Lagi-lagi Andre tak berdaya. Mereka masuk ke salah satu bar. Tentu saja Andre tahu dimana seorang Arion akan menyewa tempat yang khusus.

Andre menunjukkan pintu. Thalita membukanya dengan ekspresi datar. Hanya sekedar melihat. Arion sedang memandang penari striptis tanpa ekspresi. Dia duduk di tengah teman-temannya. Thalita masuk berkeliling sebentar dan keluar tanpa menutup kembali pintu itu.

Arion menutupi keterkejutannya. Dia bukan takut Thalita tahu dia berada di sini. Kenapa Thalita datang ke tempat seperti ini? Arion menatap Thalita. Gadis itu mengenakan dress mini berwarna gelap. Begitu sexy.

Mata dinginnya mengekori gerak-gerik Thalita. Wanita itu sengaja memancing emosi. Damn it! Arion tidak berhenti memaki dirinya dalam hati. Ia mencoba tidak terpengaruh.

"Kau mengenalnya? Gadis itu?" tanya Davit pada Arion. Laki-laki itu tidak menjawab, ia tidak suka ada yang menanyakan Thalita dengan ketertarikan.

Andre sibuk dengan minuman alkohol yang dia pesan.Thalita berada tidak jauh dari matanya.

"Gadis itu sangat menggoda. Dia sangat sexy," ucap Davit memandangi Thalita. Disambut persetujuan teman temannya.

"Kalian mengenalnya?" salah satu teman Arion bertanya. "Kita bertaruh siapa yang akan mendapatkan dia."

"Hohooo. Tidak bisa aku yang melihat lebih dulu. Jelas dia akan jatuh kepelukanku malam ini," tutur Davit dengan mata liar.

Arion menekan gelas dalam genggamannya. Ia benar-benar dibakar rasa cemburu. Percakapan kawan-kawannya sangat menggangu. Rasa panas menjalar ke dalam sel darahnya. Ia tidak Sudi pria lain melirik, membicarakan bahkan menyentuh miliknya. Thalita miliknya.

Davit berdiri dengan gagah. Ia menghampiri Thalita. Gadis itu tersenyum padanya. Seperti mendapatkan respon. Ia mengajak Thalita menari. Tidak perlu basa-basi Thalita mengikuti kemauan Davit. Ia tahu laki-laki itu tadi duduk bersama Arion.

Arion menatap Thalita yang menari dengan Davit. Ia merasa atap ini akan runtuh di atas kepalanya. Thalita tidak pernah tersenyum seperti itu padanya. Dadanya sesak.

Arion melihat lengan Davit melingkar ke pinggang Thalita membuatnya geram. Kedua orang itu bergerak semakin dekat mengikuti alunan musik. Shit! Rahang Arion mengeras.

"Heii... Lepaskan tanganmu dari pantatku!" teriak Thalita. Laki-laki itu semakin kurang ajar. Davit tidak kuasa untuk menyentuh lekukan tubuh Thalita yang seperti gitar Spanyol.

"Jangan kurang ajar bajingan!" maki Thalita menghempaskan tangan Davit dari bokongnya.

Arion menarik lengan Thalita ke belakang badannya lalu memukul kepala Davit dengan botol minuman secepat kilat.

Andre terkejut. Arion memukul teman terdekatnya. Mengenaskan.

***

Tok! Tok! Tokk!

Arion baru saja mandi. Ia berjalan ke pintu. Setelah kejadian di bar mereka langsung pulang.

"Aku ingin tidur di sini. Bersamamu." Thalita datang mengenakan piyama. Dia tidak bermaksud menggoda. Arion terkejut.

"Jangan mencabar aku, Thalita," suara Arion frustasi. Bersama Thalita pada waktu malam membuatnya semakin tersiksa.

"Aku hanya ingin tidur di kamarmu. Bukan ingin kau menyentuhku!" tegas Thalita.

Walaupun kecewa Arion tidak bisa menolak keinginan Thalita. Dia akan melakukan apa pun untuk Thalita.

"Aku hanya minum di sana. Tidak lebih." Arion membuka suara. Mereka sedang duduk bersampingan di tempat tidur.

Thalita terdiam. Entahlah dia senang mendengar itu. Bukan berarti Thalita mulai tertarik pada Arion. Tadi, Arion melindunginya. Membuat Thalita memikirkan laki-laki itu. Dia masih takut mengingat kejadian tadi.

"Maaf... Karena aku kau memukul temanmu."

"Dia pantas mendapatkan! Ini terakhir kali aku melihatmu bertingkah seperti itu." Arion memperingatkan.

"Aku tahu." Thalita menarik selimut menutupi hingga ke dada. Dia membelakangi Arion. "Terima kasih," ucap Thalita pelan. Dia benar- benar takut saat itu. Sentuhan laki-laki tadi membuatnya shock. Dia mencoba bermain api dan terbakar sendiri.

Arion menatap belakang Thalita. Dia ingin menyentuh gadis itu. Tapi, semua lamunannya dibuyarkan. Belum waktunya. Gadis itu belum menerimanya.

***

Suara handphone Arion. Thalita terbangun. Matanya menatap sekeliling. Ini kamar Arion. Dan ia sedang tertidur dengan posisi memeluk pria itu.

Ia memeluk Arion? Tidak !

Ia melepaskan pelukannya dan menjauh dari laki-laki itu. Jangan sampai Arion terbangun.

Dia mengambil handphone Arion. Panggilan tak terjawab dari Andre, pasti Andre ingin memberi kabar tentang laki-laki yang dipukul Arion. Andre yang mengurus laki-laki itu semalam.

Untunglah dia masih tertidur. Thalita bernafas lega. Ia meletakkan handphone kembali ke atas meja.

"Dari siapa?" suara Arion terdengar.

"Ma-Maaf! Aku enggak sengaja melihat," suara Thalita gugup. Kenapa dia merasa gugup pada Arion. "Tadi Andre menelpon."

"Jam berapa sekarang?"

"Pukul lima kurang," jawab Thalita melihat kembali ke handphone itu.

"Kita masih punya waktu untuk tidur lagi sebelum pukul delapan," kata Arion. Dia menutup matanya kembali.

"Kita akan pergi jam delapan nanti?" Thalita penasaran.

"Iya...Aku sudah menyuruh Andre menyewa kapal pesiar. Kita akan berkeliling di Karabi." Arion mencelikkan matanya melihat ekspresi gadis itu. Dia tersenyum.

"Sekarang tidurlah! Aku akan membangunkanmu nanti," ucap Arion.

Thalita kembali berbaring dan menyelimutinya lagi. Dia salah, dia fikir Andre memberi kabar tentang pria yang dipukul Arion.

"Kau boleh memelukku lagi kalau kau mau." Arion bergumam dari balik punggungnya.

Dia tahu? Oh Tuhan. Betapa malunya Thalita. Wajahnya sudah merah padam. Apakah Arion tidak pernah tidur, dia selalu bangun saat Thalita terjaga.

***

Arion menyewa kapal pesiar private. Jangan tanya berapa yang dia habiskan. Menakjubkan hanya melihatnya saja. Thalita terperangah. Seumur hidup ia tidak pernah menaiki kapal pesiar seperti ini.

Arion mengenakan kaus polos dan celena sedekul. Dia berbeda. Terlihat lebih santai. Wajahnya juga berseri, padahal dia baru semalam memukul sahabat karibnya.

"Kau senang?" Arion membelai rambut Thalita dari belakang. Gadis itu berdiri di tepi sambil memegang besi pencagah. Dia memandangi lautan yang mereka lewati.

Thalita merona, dia mengangguk dan tersenyum. Andre melihat dari tingkat atas sepasang suami istri itu. Apakah Arion sedang meniru adegan Titanic? Andre tersenyum sinis.

"Selamat berbahagia Arion. Dan selamat menikmati kekacauan yang kau perbuat," gumam Andre. Dia mengangkat gelasnya ke udara seorang diri.

"Aku akan berenang." Arion membuka bajunya. Dia meletakkan di samping Thalita yang terduduk. Thalita melirik bagian tubuh Arion yang terdedah, gadis itu jadi malu sendiri.

Byurr...

Thalita memandangi Arion yang sedang meloncat di balik kacamata hitamnya sambil berjemur. Sudah lama dia tidak menyantaikan diri. Selama ini isi otaknya hanya ingin melarikan diri. Perlahan matanya tertutup.

Setelah puas berenang Arion naik. Dia tidak mau menggangu Thalita yang tertidur pulas. Ia memandangi gadis itu sangat lekat, wanita itu mengenakan kaus lengan panjang dan celana panjang bahan membuat Arion tertawa geli. Tubuhnya menutupi cahaya matahari yang menyinari Thalita.

Thalita belum juga bangun. Arion mengelilingi kapal karena bosan. Matanya tertuju pada matahari yang berwarna merah. Hampir tenggelam.

"Sudah saatnya kau memulangkan Thalita, Arion," suara Andre datang dari belakang.

Arion tidak mengindahkan Andre. Dia masih berdiri dengan tenang melihat ke depan.

"Faradita menghubungiku. Dia mencarimu," kata Andre lagi. Dia berdiri di samping Arion.

"Jangan hari ini Andre. Aku tidak mau membahas apa pun,"ucap Arion. Dia tidak mau merusak mood-nya yang sedang baik.

"Kau jangan membentuk duniamu sendiri! Thalita akan menyusahkanmu."Andre mengingatkan.

"Dia akan menjadi masalah bagimu!"

"Berhenti menyeret Thalita. Dia hidupku." Arion menarik kerah Andre dengan emosi.

Thalita melangkah mundur. Dia mendengar ucapan Andre. Tapi tidak terlalu jelas. Ia tahu Andre membencinya. Dia menjauh dari kedua laki-laki itu. Dadanya sesak.

"Kau lupa. Thalita adalah istriku!" tegas Arion menghempaskan Andre. Wajahnya frustasi.

"Lalu bagaimana dengan Fara?" Andre tidak menyerah. Baginya memberi saran yang terbaik untuk Arion adalah tugas sebagai sepupu.

"Persetan!" Arion meninggalkan Andre .

Faradita. Dia melupakan gadis itu semenjak bersama Thalita. Arion mencintai Thalita. Arion berjalan ke belakang kapal mencari istrinya.

"Thalita."

Thalita menoleh pada suara itu. Dia sedang meringkuk seorang diri di sudut jendela kaca.

"Apa yang kau lakukan?" Arion bingung mendapatkan Thalita lemas tidak bergairah.

Thalita mencondongkan tubuhnya agar bisa dekat dengan Arion."Kapan kita pulang ke Indonesia. Aku rindu suasana di sana."

Arion terdiam. Harusnya dia sadar Thalita tidak pernah bahagia bersamanya. Gadis itu jarang tertawa lepas dan bicara banyak.

"Aku ingin pulang." Thalita melanjutkan.

Arion tidak bisa berkonsentrasi. Dia belum siap berpisah dengan Thalita. Tidak! Gadis itu sekarang istrinya. Mereka tidak akan berpisah. Tapi, Arion pernah berjanji melepaskan Thalita. Apa gadis itu tidak ada sedikit pun memiliki perasaan terhadap Arion.

"Kita akan pulang." Arion mendesah pasrah.

Thalita memeluk Arion tiba-tiba. Dia mencari ketenangan dalam diri siaminya. Arion tahu pelukan itu bukan arti yang sebenarnya. Dia mengelus puncak rambut Thalita.

Thalita mengeratkan pelukannya. Arion menyukai perubahan Thalita. Ia terlalu banyak berharap mimpi indahnya menjadi kenyataan. Hidup bersama gadis ini untuk selamanya. Thalita satu-satunya yang ada di hatinya.

***

HAI JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YAHH!! TINGGALKAN JEJAK KALIAN KARENA SANGAT BERARTI BUAT AUTHOR.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Uswatunhasanah
iya....tak ape..tak ape...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Second Lead   Bimbang

    Apartmen South Moritz begitu mewah. Pada malam hari pemandangan dari balkon sangat indah dihiasi lampu berwarna-warni. Thalita berdiri di tepi jendela apartment itu melihat panorama Jakarta. Matanya kosong menatap pemandangan di luar jendela. Tangannya gemetar, menahan perasaannya. Hampir sebulan Thalita tinggal di sini. Seakan baru semalam berlaku. Dia tidak bisa meninggalkan Arion, karena waktu mereka belum habis, setahun. Perjanjian mereka. Harusnya dia senang Arion jarang pulang. Laki-laki itu kembali ke rumah orang-tuanya. Arion belum memperkenalkan Thalita pada orangtuanya. Ya, pernikahan mereka masih dirahasiakan oleh media bahkan keluarga Arion juga tidak tahu. Tapi, ia tidak perduli itu. Karena pernikahan mereka hanya sementara. Entah

    Last Updated : 2021-06-19
  • Second Lead   Merindukan

    Bab 9 Merindukan Arion pulang ke rumah dari bermain golf bersama client. Andre mengikuti dari belakang membawa alat-alat Arion. Kadang Arion bertingkah menyebalkan saat dalam mood yang tidak baik. Sekertaris membawakan tas berisi alat golf. Apa-apaan! Andre mengeluh dalam hati. Langkah Arion terhenti. Dia melihat ke ruang tamu. Faradita Caramel, gadis itu sedang berbincang dengan Ratna, Ibunya. "Eh... Arion sudah pulang? Sini. Fara dari tadi nungguin kamu," panggil Ratna. Dia mendatangi Arion dan memaksa bertemu Faradita. Arion berasa serba salah. Wanita itu mengenakan dress casual. Dari atas sampai bawah semua berjenama yang dipakai Faradita. Wanita itu cantik. Matanya biru dengan hidung yang mancung sempurna. Harusnya ia senang melihat gadis itu. Dari dulu gadis itu selalu berada di sekitarnya, mengganggu ha

    Last Updated : 2021-06-19
  • Second Lead   Hujan lebat

    Thalita keluar dengan tergesa-gesa.Pakaiannya sudah rapih. Rambutnya sudah ditata. Memakai makeup yang tidak terlalu tebal. Pagi ini ia akan interview. "Non! Sarapan dulu," teriak Mbok Nur.Thalita terhenti dan tersenyum pada wanita paruh baya itu, "Nggak sempat Mbok. Doaiin ya, semoga interviewnya lancar." "Iya...Mbok doain." Mbok Nur melihat Thalita hingga tak terlihat. "Punya suami kaya raya. Buat apa susah-susah cari kerja. Non Thalita ada-ada saja?" gumam Mbok Nur. Dia kembali ke belakang menyelesaikan pekerjaannya. Thalita sudah memesan grab car. Walaupun Arion sudah menyediakan mobil dan supir pribadi, Thalita tidak pernah menggunakannya. Hari ini dia interview di boutique terkenal, Lady's boutique. Tempat bekerja Renata yang baru. Jika diterima mereka akan satu tempat kerja lagi. Tidak ada yang melamar kec

    Last Updated : 2021-06-19
  • Second Lead   Hatimu

    Thalita memakaikan patung dengan gaun berwarna cream untuk dipajang. Helaan nafas saat melihat harga yang tercantum. Arion pernah membelikan baju semahal ini. Bahkan lebih mahal. Terkadang membodohi diri sendiri itu mudah. Cukup merindukannya walau tak terbalaskan, cukup bertahan meskipun dia sudah tak lagi nyaman. Setelah selesai menyusun pakaian. Thalita berdiri menunggu pelanggan. Gadis itu akan tersenyum pada orang yang melihat ke arah toko mereka. Pagi ini belum ramai pengunjung. "Sepertinya kau tahu banyak tentang barang mahal? Maksudku sudah terbiasa. Gimana ya ngomongnya. Kau ngerti kan? Aku bukan mau meledek." Fara berhati-hati menyampaikan. Dia merasa puas dengan pekerjaan Thalita. Gadis itu tahu memperlakukan barang mahal. "Kebetulan dulu ada seseorang yang memperkenalkan aku dengan kemewahan," ucap Thalita sam

    Last Updated : 2021-06-20
  • Second Lead   Aku suka

    Sudah banyak malam yang terlewati menahan rindu yang tak kunjung henti. Thalita memandangi ponselnya yang senyap. Ada ragu dalam hati. Apa Arion sudah lupa ada seseorang yang harus dia kabari.Thalita merenung di kamarnya. Pulang kerja tadi dia membereskan apartment hingga kebagian sudut sudut. Melakukan semua pekerjaan rumah. Ia menyibukkan diri.Di lemari ada baju Arion. Thalita mendekap kaus oblong milik Arion. Tanpa dia sadari baju itu sudah dimasukkan ke dalam tubuhnya. Terlalu besar tapi sangat nyaman. Thalita memakai hingga tertidur."Thalita. Bangun. Nggak berangkat kerja?" suara lembut Mbok Nur membangunkan."Jam berapa Mbok?" suara Thalita lemas di balik selimut."Kenapa Non? Lemes banget." Mbok Nur meletakkan tangannya ke dahi Thalita."Aduuh, Non panas banget badannya." Mbok Nur panik. Ia pergi ke dapur mengambil air untuk mengompres Thalita."Ini pasti gara-gara beberesan kemarin. Mbok udah larang malah enggak denge

    Last Updated : 2021-06-20
  • Second Lead   Meow

    Arion mengecek berkas yang di bawa Andre padanya. Mereka berada di ruang tengah. Projek yang sedang berjalan di Malaysia memberikan perkembangan yang pesat. Mood Arion sangat baik hari ini. Andre menautkan alisnya melihat pemandangan di depannya. Thalita berbaring sambil membaca novel di sofa. Di bawah Arion duduk dengan meja yang berserak. Luar biasa Arion bisa bekerja di bawah. "Sulaiman mengambil bagiannya dengan baik,” ucap Arion. Dia tidak menemukan sesuatu yang salah dalam berkas. Andre mengangguk, matanya masih risih memandangi sepasang suami istri itu. Andre tidak akan bertanya apa pun. Dia sedang berfikir untuk memfoto mereka dan memberikan pada Fara. Gadis itu akan mempercayainya. Andre tersenyum picik membayangkan wajah Fara. Tunggu kenapa dia membayangkan Fara? "Kenapa kau tersenyum seperti itu? Ada yang salah?" tan

    Last Updated : 2021-06-21
  • Second Lead   Keadaan

    Thalita membuka matanya terlihat seorang laki-laki tertidur pulas. Jemarinya menyentuh rambut laki-laki itu. Perasaan aneh bergejolak. Baru kali ini dia menyisir laki-laki itu dengan pandangan lembut. Rambutnya yang biasa rapih kini berantakan. Dia menuruni tangannya meraba kening, mata, hidung, bibirnya dan turun ke dadanya yang bidang. Sekarang semua itu miliknya. Thalita menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya. Dia tersipu malu saat menyadari tidak ada sehelai benang pun dalam tubuhnya. Dia turun dari tempat tidur pelan mengutip baju-baju yang berantakan. Asataga... kamar mereka seperti kapal pecah. Mereka melakukan hubungan selayaknya suami istri. Seharusnya sudah sejak dahulu. Thalita merona mengingatnya. Berulang kali Arion membisikan kata cinta di telinganya. Bisika

    Last Updated : 2021-06-21
  • Second Lead   Bahagia

    Thalita merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Setelah seharian dia memakai high'hels mundar mandir sambil tersenyum meladeni para pembeli. Hari ini di toko banyak pengunjung. "Suami macem apa seharian enggak ada kasih kabar sama istrinya!" Thalita melirik jam dinding pukul 10 biasanya pukul 8 Arion sudah pulang. Sudah terbiasa di rumah seorang diri, Thalita tidak takut lagi untuk mundar-mandir tengah malam. Sebentar ke kamar terus berpindah ke dapur ngutak-atik kompor lalu pindah ke ruang tv. Tangannya berulang kali mengganti Chanel TV.Tidak lama kemudian suara pintu terbuka. "Thalita." Arion kaget istrinya sudah ada di depannya melipat tangan ke depan dada dengan tatapan tajam. "Kenapa berdiri di situ? Wajahmu mengerikan.” Arion melepaskan jas hitamnya. &nb

    Last Updated : 2021-06-21

Latest chapter

  • Second Lead   Ending

    "Cepat Thalita! Kau selalu lama kalau sudah berdandan.” Arion berdiri dengan kesal menunggu Thalita di luar mobil. “Iya, maaf-maaf.” Thalita dengan cepat memasukkan anting di telinganya. Arion membuatnya tergesa-gesa sedari tadi di hotel. Thalita keluar dari mobil dengan wajah cemberut, lalu bergegas mengikuti langkah Arion. Di satu sisi tampak Renata sedang sibuk mengamati hidangan. Rasanya semua ingin ia makan. Kapan lagi ia menikmati bermacam-macam hidangan seperti ini. Ardi berdiri di pinggiran dengan wajah cemberut pura-pura tidak melihat kelakuan pacarnya. Mereka semua sedang ada di sebuah perayaaan. Andre dan Fara mengundang ke acara pernikahan mereka yang diadakan di Bali. Dengan suasana out door membuat acara semakin meriah. Thalit

  • Second Lead   Anak kami

    Arion menatap takjub bayi mungil didalam gendongan Ratna. Benar-benar sangat tampan dan menggemaskan. Thalita telah memberinya seorang anak laki-laki, tepat pukul 10 pagi tadi dengan normal. “Kau sekarang seorang ayah, Arion,” ucap Ratna dengan mata berbinar-binar. Arion menatap anaknya dengan penuh kebahagiaan. Mereka masih di rumah sakit. Thalita masih tertidur pulas di ranjangnya.Terima kasih Thalita untuk hadiahmu yang terindah. “Kau telah memilih nama untuk anakmu?” tanya Ferdinand.Arion mengangguk,” Arsenio Kyler Ortega.” Ferdinand menyukai nama itu. Kelak Arsenio akan menjadi anak yang membanggakan. Laki-laki yang bertanggung jawab. Mata Arion tidak berkedip dari wajah mungil itu. &

  • Second Lead   Bersama

    Arion memberikan embun pada kaca oleh mulutnya, lalu mengelap dengan tangannya. Ia mendekatkan wajahnya ke depan kaca, matanya dengan tajam menyapu ruangan di balik kaca. Hatinya was-was dengan kesal. "Apa dia sudah pulang? Tapi kenapa tidak ada yang memberitahuku,” gumam Arion seorang diri. "Atau dia diculik lagi. Ah, wanita itu selalu membuatku khawatir.” Thalita yang ada di belakang Arion tersenyum geli melihat pemandangan di depannya. Tapi dia tidak akan memperlihatkan wajahnya yang senang melihat Arion.Hai baby, kau lihat nak, ayahmu datang. Tingkahnya sangat menggemaskan. Thalita berdehem. Mata mereka saling bertemu, lumayan lama mereka saling menatap meluapkan rasa rindu yang mengusik sanubari.

  • Second Lead   Rela dan ikhlas itu berbeda

    Thalita menonton standup comedy. Untungnya dia dapat kamar VVIP jadi kamarnya mempunyai service lebih, seperti kulkas dan tv. Hari ini tidak ada yang menungguinya di rumah sakit. Davina dan Renata lagi ada pekerjaan. Thalita tertawa terbahak-bahak menonton comedian Dodit sampai perutnya keram kebanyakan ketawa. Tiba-tiba suara ketukan pintu kamarnya terdengar. Thalita memelankan suara televisi-nya. "Tumben Renata ketuk pintu. Biasanya asal main nyelonong,” gumam Thalita. Dia memperhatikan pintu menunggu orang yang mengetuk pintunya masuk ke dalam. Thalita terkesiap melihat orang yang sedang masuk ke dalam dan menutup kembali pintu yang dia buka. Matanya terpaku pada Fara, tunangan bapa bayinya. "Kenapa

  • Second Lead   Melepaskan

    Di sinilah Arion sekarang, di depan Fara dengan keadaan yang canggung. Tadi dia datang ke rumah Fara tanpa memberi tahu Fara dan langsung mengajak tunangannya itu untuk keluar. Mereka makan di restoran Eropa. Arion menyukai masakan Perancis begitu juga dengan Fara. Karena Thalita sekarang lidah Arion terbiasa dengan masakan Indonesia banget ala-ala kampung. Apalagi lalapan dan sambel terasi. “Kenapa makanmu sangat rakus, tidak biasanya. Kau tidak diet? Berat badanmu akan naik jika cara makanmu seperti ini,” ucap Arion menatap Fara lalu menggeleng. "Aku butuh tenaga,” sahut Fara, meminum mineralnya dan lanjut melahap hidangannya lagi. "Okey, kalau kurang aku bisa pesanin lagi.” Arion meletakkan sendoknya dan hanya menjadi penonton untuk Fara. Mungkin Fara sudah terlalu banyak pik

  • Second Lead   Belum Mengelus

    "Ini sudah seminggu kau di rumah sakit Lit, seminggu juga kau menolak kedatangan Arion. Yakin, kau enggak mau nemuin Arion,” ucap Renata yang menemani Thalita di rumah sakit.Maaf ya nak, kita enggak boleh ketemu bapa kamu sekarang. Thalita hanya tersenyum tipis saja mendengar protesan Renata bukan cuma Renata tapi Davina juga setiap hari mengingatkan Thalita dengan ucapan berbau Arion. Tubuh Thalita masih lemah dan masih memerlukan infus untuk membantu memulihkan kondisinya, untunglah keadaan bayi dalam perutnya baik-baik saja . Davina dan Renata bergantian menjaga Thalita. Orang tua Arion juga datang dan Thalita menyambut dengan hangat kecuali Arion. "Inget ya Lit, bapa dari sijabang bayi itu Arion. Dia berhaklah liha

  • Second Lead   Dalang

    Darah terasa menderu dan menerjang naik hingga ke puncak kepala ketika menggenggam foto-foto tersebut dengan erat sebelum meremukkannya dengan kasar, entah siapa yang mengirim padanya. Foto Thalita yang sedang disekap dengan ikatan tali dan mulut yang disumpal."Beraninya kau melakukan itu pada Thalita!" erangnya dengan hidung kembang kempis. Arion mengambil jaket dan juga kunci mobil di nakas, dengan cepat dia mengambil mobilnya yang ada di bagasi bawah. Arion tahu tempat yang ada di foto itu, mereka dengan sengaja memberikan petunjuk lokasi atau terlalu bodoh. Tidak perduli apa rencana Morgan baginya yang terpenting menemukan Thalita. Kini Arion berada di gerbong kereta api yang tak terpakai, sekitaran tampak sepi

  • Second Lead   Menakutkan

    MorganThalita menelan ludah seakan tidak percaya laki-laki itu menculiknya. Dia bukan Morgan yang Thalita kenal, bukan Morgan yang pernah menjadi tunangannya, bukan Morgan yang pernah tersenyum padanya dan bukan Morgan yang meninggalkan acara pertunangan mereka.Dia Morgan, tapi dengan suara yang terdengar tajam. Morgan yang membuat bulu kudu Thalita merinding. Morgan menarik tali lampu meja yang tergantung, kini Thalita bisa melihat dengan jelas wajah Morgan yang menyeringai."Masi ingat dulu kau melarangku ngerokok, melarangku minum dan juga kau akan marah kalau aku begadang. Karena takut aku jatuh sakit."Kalau saja mulut Thalita tidak disumpal dia akan menjerit meraung-raung hingga orang luar bisa mendengar. Thalita membrontak namun semua itu percuma.Morgan menarik ingusnya dengan menggesek telunjuknya ke hidung, tidak ada cairan walaupun suara itu nyaring. Dia seperti orang

  • Second Lead   Hamil

    Thalita hamil Deva terbelalak. Namun ekpresi-nya berubah menjadi santai dan tertawa sinis."Se-brengsek itu aku dalam pikiran kalian! Aku tidak sejahat itu. Aku tahu aku salah tapi, aku---“ "Jangan coba menipuku Deva Mahendra!” Arion kembali menarik kerah Deva dengan wajah ingin membunuh. Andre dan Ardi kembali memisahkan mereka supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. "Aku memang membencimu, Arion Ortega. Keluargamu yang kaya raya itu sudah membuat keluargaku hancur! Kau kecelakaan dan semua menyalahkan aku, karena apa? Kau adalah anak yang terbuat dari sendok emas yang sangat berharga! Fara, dia sama sekali tidak menganggap aku ada di saat aku dulu selalu ada untuknya, karena kau aku dikirim ke Sydney. Orangtuaku takut keluargamu yang berpengaruh itu men

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status